S e b e l a s

128 15 5
                                    

♡ H a p p y R e a d i n g! ♡



"Nih makanan Jennie." ujar Raiden menaruh bungkus plastik hitam berisi pakan burung peliharaan Irwan. Pria paruh baya itu tersenyum lebar,

"Makasih banyak, Den."

Raiden bergumam saja lalu masuk ke dalam kamar untuk mandi dan melaksanakan sholat Ashar. Selesai sholat, Raiden keluar dan berjalan menuju ruang makan. Ia membuka tudung saji dan melihat ada bakul nasi juga lauk telur mata sapi beserta botol kecap disana.

"Ibu sama Bapak udah makan?" tanya Raiden sambil mengambil nasi dalam piring.

"Udah, Den." jawab orang tuanya bersamaan.

Nadya merebahkan diri di atas kasur, kedua matanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya terus tertuju ke arah Raiden yang hari ini terlihat berbeda. Ia merindukan sifat humoris yang selalu melekat dalam diri Raiden.

"Gue harus berpikir positif. Mungkin kak Raiden lagi banyak pikiran, makanya dia berubah gak kayak biasanya." gumam Nadya pelan.

Merasa lelah dan mengantuk, Nadya pun memejamkan kedua matanya erat dan perlahan mulai memasuki alam bawah sadarnya.


"Mas, nasi goreng pedas satu bungkus ya." pesan seorang ibu paruh baya dengan rambut yang dikuncir satu membawa anak laki-lakinya.

Raiden mengangguk dan mempersilahkan ibu tersebut duduk menunggu pesanannya siap. Raiden masih melayani pesanan yang lain dan sebentar lagi akan matang.

"Nih, total tiga belas juta." ujar Raiden memberikan bungkus nasi goreng kepada seorang remaja laki-laki berkaos putih yang memang sudah lama menjadi pelanggan nasi goreng Raiden. Dia hanya tertawa dengan lelucon yang Raiden lontarkan. Dia mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari kantong celananya,

"Masih jomblo, Bang?"

Raiden yang sedang mengambil uang kembalian di laci gerobak pun menoleh cepat dan kaget menatap wajah laki-laki yang berusia dua tahun lebih muda darinya, "Buset, lo tau darimana gue jomblo?" tanya Raiden balik bertanya.

Tentunya masih dengan ekspresi kaget yang menghiasi wajahnya.

"Ya elah, nama abang udah terkenal di SMP saya, Bang. Gak percaya? tanya aja pak Haji!" balas laki-laki bernama Geo yang menirukan gaya bicara Ucup di salah satu kartun.

"Et dah. Gue bukan artis padahal, bisa terkenal sampe sekolah lain ya." heran Raiden sambil memberikan uang kembalian berjumlah tujuh ribu rupiah.

"Mungkin kalau Abang punya pacar, nama Abang bakal lebih trending lagi."

Raiden menghembuskan napas pelan, memangnya kalau dirinya tidak punya pacar bisa mati ya? Kenapa mereka sibuk membicarakan dirinya yang menjomblo sejak lahir?

"Dah buruan pulang sana." Raiden mendorong pelan pundak Geo agar pulang.

Raiden kembali melanjutkan aktivitasnya memasak nasi goreng pesanan ibu yang datang tadi bersama anaknya. Baru saja Raiden menyalakan kompor, tiba-tiba suara ibu paruh baya tersebut membuat gerakan tangan Raiden terhenti,

"Adek ini ganteng loh, masa iya belum punya pacar?" tanyanya.

Raiden meringis sambil mengusap pelan tengkuk lehernya yang terasa dingin karena angin malam. Raiden menoleh ke belakang dan tersenyum kikuk ke arah ibu itu,

Our Love Story  [ HIATUS! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang