D u a B e l a s

134 12 1
                                    

♡ H a p p y R e a d i n g! ♡






Wenny masuk ke dalam UKS dengan wajah gusar. Ia mendengar kabar bahwa Nadya dibawa ke UKS oleh Raiden. Ia menggeser gorden hijau lalu duduk di kursi tepi brankar,

"Lo gak apa-apa?" tanya Wenny begitu sudah tiba.

Nadya tersenyum tipis lalu menggeleng, "Gue gak apa-apa. Cuma luka di lutut aja." tunjuknya ke arah lutut yang sudah diberi obat.

"Tapi tetep aja lo terluka, Nad. Kurang ajar bener tuh cewek-cewek. Kalo gak suka ya debat aja jangan sampai dorong gitu." kesal Wenny. Gadis itu ingin sekali membalas dendam para siswi yang sudah membuat sahabatnya celaka.

Wenny beranjak ingin pergi ke lapangan. Namun tangan Nadya menahan lengannya, "Eh, mau kemana?"

"Gue mau ke lapangan! Gue gak terima mereka dorong lo kayak gitu."

Nadya melotot,"Jangan cari ribut, Wen. Gue udah gak apa-apa," balas Nadya menyuruh Wenny agar duduk kembali. Wenny menurut seraya mendengus.

"Raiden yang bawa lo kesini? Lo bilang katanya dia kayak lagi marah sama lo?" tanya Wenny tiba-tiba membuat perasaan Nadya mendadak jadi sedih.

"Gue gak tau. Gue perasaan gak punya salah apa-apa sama dia. Tapi sekarang dia berubah, bukan kak Raiden yang gue kenal. Gue minta maaf meskipun gue gak tau salah gue dimana, tapi tetap aja gue gak dimaafin. Gue bingung." jelas Nadya menundukan kepalanya.

Wenny merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia kembali bersuara meskipun kini terdengar seperti berbisik, "Mungkin ada sesuatu yang buat kak Raiden berubah, Nad. Lo harus cari tau."

Pelajaran olahraga telah selesai. Para siswa kelas 11 TKR 5 kembali ke gedung C dan masuk ke dalam kelas. Sesampainya mereka di kelas, semuanya tidak ada yang langsung ganti baju. Melainkan ada yang sedang duduk di bawah AC, bermain ponsel dan tiduran di lantai.

Raiden menyandarkan punggungnya pada kursi. Tangannya bergerak untuk mengeluarkan ponsel dari kantong celana olahraganya, ada beberapa pesan masuk yang belum sempat ia baca.

"Irwan."

Cowok yang sedang bermain ponsel itu menggeram kesal. Ia memukul pundak sang pelaku yang memanggil nama bapaknya dengan kencang, "Bapak gue disebut-sebut. Bisa bersin nanti dia di rumah."

"Oh iya ya." Indra mengangguk saja sambil mengambil cemilan basrengnya yang dibeli tadi di kantin.

"Mau?"

Raiden mendelik sekilas, lalu menggeleng, "Kalo gue mau bisa marah lo nanti. Lo kan nawarin cuma basa-basi, padahal aslinya gak rela kalo makanan lo diminta."

Indra tersenyum, "Cie tau aja. Iyalah gue cuma basa-basi aja. Soal basreng gak boleh ada yang minta, favorit gue ini." ujarnya menunjukan bungkus basreng di tangannya.

"Ya elah."

Raiden berdiri dan mengambil cepat bungkus berisi basreng dengan dari tangan Indra. Raiden berlari keluar kelas, tak perduli dengan teriakan Indra di tempatnya,

"RAIDEN KAMPRET LO!"

"Ya sekian dari materi teknik berkomunikasi yang baik hari ini. Minggu depan akan ada praktek di lab, dan nilai praktek tersebut ibu masukan ke dalam nilai ketrampilan. Ibu harap kalian mempersiapkannya dengan baik. Mengerti?"

Our Love Story  [ HIATUS! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang