L i m a B e l a s

153 10 1
                                    

♡ S e l a m a t M e m b a c a ♡

Nadya tidak langsung pulang ke rumah. Ia memilih untuk mampir ke rumah sepupunya, Nino. Saat ini dirinya sudah berdiri didepan gerbang kediaman Nino. Tangannya terulur untuk menekan bel berkali-kali, sampai akhirnya sosok cowok bertubuh jangkung yang terlihat belum mengganti seragamnya pun keluar dengan berlari kecil,

"Nad? Kena ..."

Belum sempat Nino menyelesaikan perkataannya, Nadya sudah memeluk tubuh Nino erat. Nino mengerjapkan matanya bingung,  kedua tangannya perlahan bergerak untuk mengusap punggung mungil Nadya, memberikan ketenangan disana,

"Nangis aja gak apa-apa, jangan lo tahan." ujar Nino dengan nada setengah berbisik. Nadya tidak perduli dengan air matanya yang kini membasahi seragam putih Nino,

"No ..."

"Hm?"

"Raga, No ..."

"Kenapa sama Raga? Belum puas dia nyakitin lo?" tanya Nino dengan rasa emosi yang masih sanggup ia tahan.

Nadya menggeleng lalu mengangkat wajahnya, "Lapar ..." manja Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat menggemaskan di mata Nino. Nino mengusap air mata Nadya dan mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam rumah.

Raiden keluar dari rumah diikuti Lintang di belakangnya. Raiden berbalik lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu untuk pamit berjualan,

"Rai jualan dulu ya, Ibu Negara,"

"Iya, hati-hati." balas Lintang.

Cowok itu pun mulai pergi mendorong gerobaknya menuju tempat biasa ia berjualan. Sesekali ia menyapa para tetangga yang masih berada di luar. Apalagi saat ia melihat beberapa anak kecil yang baru saja pulang mengaji di mushola, Raiden semangat menyapa dan melakukan high five dengan mereka.

Tidak terasa, sampailah Raiden di depan komplek perumahan. Raiden mulai menyiapkan peralatan dan menurunkan kursi dari gerobak terlebih dahulu. Kemudian mengelap meja yang memang sudah tersedia disana.

"No! Berhenti!"

Nino yang kaget saat bahunya ditepuk oleh Nadya pun mengeremkan motornya, "Lo napa nyuruh gue berhenti?" tanya Nino yang membuka sedikit kaca helm fullface nya.

"Beli nasi goreng yuk." ajak Nadya pada Nino. Nino mengernyitkan keningnya bingung,

"Lo gak salah? Tadi di rumah gue 'kan lo udah makan sampai tiga piring." ujar Nino yang masih dalam rasa bingung.

"Lo mah begitu. Gak bisa bikin gue seneng dikit. Gue masih lapar!"

Nino menghembuskan napas berat lalu memilih untuk mengiyakan permintaan sepupunya saja. Nino memarkirkan motor dan Nadya turun dengan hati-hati. Nadya tersenyum lebar melihat Raiden yang masih sibuk membersihkan meja,

"Kak Raiden!" sapa Nadya melambaikan tangannya.

Raiden menoleh ke sumber suara, ia melihat Nadya datang bersama dengan cowok yang tidak dikenalnya. Nadya berlari kecil mendekati cowok itu,

"Baru buka?" tanya Nadya basa-basi,

"Mau tutup." Raiden menahan tawanya. Nadya langsung memukul pelan lengan Raiden,

"Bisa banget jawabnya!"

Akhirnya tawa Raiden lepas juga. Raiden menyuruh Nadya duduk dengan memberi satu kursi yang sebenarnya bisa saja Nadya ambil sendiri. Nino pun ikut mendekat dan berdiri di sebelah Nadya,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Love Story  [ HIATUS! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang