Chapter 9

17.3K 1.6K 32
                                    

"chan, kantin ga?" seruan dari pemuda dari samping kursinya.

"nana mana? ikut ga dia?" haechan mengambil backpacknya kemudian berjalan beriringan dengan renjun, pemuda yang memanggilnya tadi.

"udah di kantin dia bareng jeno sama yangyang, kelas mereka udah selesai duluan daritadi"

renjun, pemuda disamping haechan ini
sibuk mengetik pesan tanpa memandang jalan, hanya mengikuti arah haechan yang saat ini memandangnya dengan kerutan bingung. tumben sekali renjun menjadi candu gadget seperti itu.

"lo ngechat siapa? serius amat, ciee pacar ya? kenalin bisa kali njun" wajah jahil itu muncul, senang melihat wajah kaget dari sang sahabat yang sudah memasang aba-aba untuk memukulnya
"eits,  marah-marah, ntar pacar lo takut"

"pacar siapa sih chan? sepupu gue mau datang minggu depan, nanyain bisa jemput atau engga"

"oh kirain elu mau punya pacar. eh tapi susah deh, mana ada yang tahan sama orang emosian kaya lo, ntar baru ditanya bentar udah disambit pake celurit"

"anjing, bener bener lu ya"

kemudian aksi kejar-kejaran antara haechan dan renjun dimulai. pemandangan seperti ini akhirnya kembali lagi setelah mereka selama sebulan kemarin sibuk dengan acara bazar. banyak mahasiswa yang tertawa menatap aksi ketua dan bendahara bem mereka yang dapat dikatakan sebagai tom and jerry.

"HAECHAN, RENJUN KANTINNYA KELEWATAN GOBLOK" teriakan dari laki-laki tak tahu malu bernama yangyang, menghasilkan jeno dan jaemin yang menutup muka mereka dengan laporan praktikum yang entah darimana asalnya.

"elu sih, ngejarnya cepet banget, biasa juga lelet" seru haechan saat mereka duduk di bangku, membuat renjun yang duduk disebelah jaemin mendelik tak senang.

"lu yang nyebelin babi"

"cih monyet"

"anjing emang lu chan, nyebelin banget hari ini"

jaemin terkekeh sembari mengelus pundak renjun. haechan dan renjun itu lucu sekali bagi dia, sudah bersahabat dalam waktu yang cukup lama tapi masih sering adu mulut. satunya jahil, satunya emosian, memang saling melengkapi.

"gaada pawangkan emang begitu haechannya, njun" jeno akhirnya membuka suaranya.

berteman dalam kurun waktu hampir 3 tahun dengan keempat laki-laki disekitarnya ini cukup membuatnya pusing. mereka memiliki perbedaan sifat yang jika disatukan benar-benar membuat hidupnya sangat tidak tenang.

"bang mark lu kemana emangnya chan? ga keliatan dari pagi"  jaemin bertanya saat suasana mereka berangsur tenang.

haechan yang ditanya hanya menggeleng pelan, menandakan ia tak tahu. "gaada kabar dari kemarin"

jawaban haechan membuat keempat pria itu mengernyit bingung. "lah, lu ga cari dia?"

"nyari kemana?yang ada nyari selingkuhan kali" ia berujar acuh tak acuh, menghasilkan pria yang berdiri dibelakangnya menepuk belakang kepalanya pelan

"anjing" haechan tersentak kaget saat merasakan tepukan itu.

"mulutmu dek, asal nyeplos aja"

"loh, kak?"

mark, pria yang menepuk kepala haechan tadi menaikkan alisnya, pertanda kata apa?

"serem amat tiba tiba muncul" haechan beralih duduk menghadap mark, menarik pinggang pria itu untuk ia peluk "kangen" cicitnya pelan, berharap hanya mark yang dapat mendengar ujaran itu.

mark tersenyum pelan "maaf ga ngabarin, kemarin kakak pulang ke rumah tapi handphone kakak malah ketinggalan di apart, ini baru balik langsung ke kampus sini nyariin kamu"

usakan pelan haechan dapatkan di rambutnya. "makan bareng adek ga?"

mark kemudian menatap teman-teman haechan sekilas, lalu menggeleng "gausah, kamu makan bareng temen kamu aja. kamu selesai hari ini jam 3 kan? ntar tunggu diparkiran ya, pulang bareng kakak"

"kakak mau kemana?" haechan melepaskan pelukannya, menatap mark yang saat ini mensejajarkan wajah mereka sehingga ia harus membungkuk

"makan di warung depan bareng lucas, sayang. udah kamu makan sana, bentar lagi kelas kamu mulai kan? jangan makan yang pedes ya, semangat kelasnya" kecupan di pipi haechan dapatkan sebelum mark meninggalkan ia dan area kantin.

"dunia serasa milik berdua ye" renjun mencibir haechan yang saat ini sibuk memilih menu.

"iri aja lu jomblo"

"bangsat"

---
jarum jam telah menunjukkan pukul 3 lewat 22 menit, namun dosen perempuan tua di depan sana masih saja asik berceloteh mengenai kehidupannya yang menurut haechan sama sekali tidak penting.

"ga berbusa apa ya tu mulut?" haechan bermonolog dalam hati.

"njun, psst, njun, woi njun. anjing njun lu denger tapi gamau noleh, jahat banget" haechan memasang muka sok sedihnya. sekilas info, haechan ini pintar akting. bahkan sering kali dinobatkan sebagai aktor tidak tahu malu oleh teman-temannya.

"apasih njing? lo mau kena siraman rohani tu penyihir tua atau bagaimana?"
renjun menukikkan alisnya kesal.

"yaelah gajelas juga dia ngejelasin apaan, cabut kuy, kak mark udah nungguin di parkiran"

"gamau, lo aja sendirian"

"yah njun, ga bestie kita"

"sejak kapan lo bestie gue?"

haechan kemudian diam dan memasang wajah akan menangis. biasa, akting.

"gamempan tu muka, gue bukan bang mark" renjun berujar ketus. namun ucapan dan tindakannya berbanding terbalik. ia mengemas barangnya kemudian beranjak kedepan.

"bu, saya sama haechan izin keluar lebih cepat karena bentar lagi ada rapat internal bem"

"silahkan"

haechan kemudian tersenyum sumringah, sahabatnya benar benar tsundere sekali, ia jadi gemas. kemudian ia beranjak menyusul renjun yang telah keluar ruangan terlebih dahulu. "ah emang lo itu bestie gue, sayang banget deh"

haechan berusaha memeluk renjun, mengabaikan teriakan tak suka dari pria disampingnya.

"adek"

aksi peluk paksa itu berhenti, haechan menolehkan kepalanya kekanan, di mana sang kekasih rupanya duduk dikursi koridor dekat ruangan kelasnya

"katanya kakak nunggu diparkiran?"

"gajadi"

"oh, yaudah njun gue pulang dulu ya, makasih atas kebaikan lo tadi" haechan melambaikan tangannya dengan senyum sumringah.

mark hanya menunduk kecil bermaksud pamit ke renjun yang mengangguk.

"kak, ayo pulang"

mark dan haechan berjalan beriringan menuju parkiran kampus, sesekali dapat renjun lihat bagaimana bahagia dan tawa sang sahabat yang keluar saat bersama mark. juga ia dapat melihat bagaimana mark menyayangi sosok sahabat sedari smpnya itu.

mark dan haechan itu,
cocok.

renjun kemudian tersenyum dan meninggalkan tempat ia berdiri tadi. suara dering ponsel dari saku celana membuat renjun berhenti lagi di samping motornya.
"halo bang, udah di bandara ya?"

---

pawang [markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang