Chapter 18

10.7K 986 51
                                    

"oke na, besok gue kabarin ke pak seungwoo. tolong kabarin anak-anak yang lain besok sore kita rapat. jamnya lo tentuin aja, intinya diatas jam 4"

"sialan lo, mentang-mentang lo ketua, nyuruh gue seenaknya"

"makanya jadi ketua dong, dah ya gue matiin dulu, mau bayar belanjaan"

"iye, tia-"

belum selesai pemuda na itu menyelesaikan ucapannya diseberang telepon, haechan langsung menutup sambungan suara itu tanpa merasa bersalah.

jangan salahkan dia, karena sekarang ia mendapat giliran untuk membayar satu keranjang belanjaan yang dititip oleh bundanya tadi pagi. ia menolak pada awalnya, namun saat diancam akan dibuang koleksi game psnya, ia dengan cepat menarik secarik kertas yang bundanya pegang.

"totalnya lima ratus dua ribu ya mas"

haechan mengeluarkan dompetnya, mencari satu kartu debit yang bundanya berikan tadi. namun, kartu tersebut tidak ada.

panik.

dengan cepat ia mengecek isi dompetnya, siapa tahu terdapat uang miliknya yang bisa ditalangkan dulu. malangnya, ia hanya membawa uang sebesar 200 ribu saja, dengan pecahan uang dua ribu lainnya di dalam dompet.

"mbak sebentar, kartu saya ketinggalan" ia dengan panik mengambil handphonenya, mencoba menelepon sang abang yang saat ini mungkin masih bermimpi di alam lain.

"sialan gadiangkat, mbak punya saya ditunda dulu bisa? aduh saya gatau kartu atm saya keting-"

"pakai ini aja mbak" sebuah kartu diserahkan dan diterima oleh kasir. selesai memberikan pinnya, sosok yang tadinya memakai masker itu kemudian menoleh menatap haechan yang masih terdiam. sepertinya anak itu masih mencerna keadaan.

"dek, jangan ngelamun. ayo pulang"

"BENTAR, KAKAK SEJAK KAPAN PULANGG??!!"

teriakan cukup keras itu membuat sekitar mereka menoleh dengan tatapan ingin tahu. sosok itu yang memang sang kekasih, mark, yang dengan cepat menarik haechan keluar dari supermarket itu.

"kakkk, kakak, kakkk, kakak ih"

ucapan berkali-kali itu masih belum digubris mark. ia masih sibuk memasukkan kantong plastik.berisi belanjaan ke dalam mobil milik ayahnya haechan.

"udah, masuk mobil dulu ayo, lagi panas banget ini"

selepas mark berucap, mereka masuk ke mobil dengan mark mengambil alih posisi kemudi. "dek, kunci mobilnya siniin"

haechan memberikannya, selanjutnya ia menarik pelan hoodie mark yang berwarna biru itu. "kak, jawab adek duluu"

mark yang sebenarnya sedang dengan mood buruk sedari pagi, kemudian terkekeh pelan mendengar suara rengekan dari haechan disampingnya. "iyaa sayang, kenapa?"

"kakak bukannya pulang besok?"

"ada kendala disana, banyak yang sakit tapi masih dipaksa ikut kegiatan, jadi angkatan kakak semua protes ke dosen yang bimbing kami. akhirnya semalam dikabarin pihak kampus kalau hari ini disuruh pulang aja"

"kakak ga kenapa-napa kan?"

"engga, sayang. sini peluk dulu, kakak kangen kamu" mark merentangkan kedua tangannya cukup lebar. haechan dengan semangat menghamburkan tubuhnya ke pelukan yang ia rindukan itu.

"kakak kenapa bisa di sini juga?"

"kakak tadi ke rumah kamu, trus bunda bilang kamu ke supermarket tapi lupa bawa kartu debit. yaudah kakak nyusulin kamu aja kesini"

pawang [markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang