9.Derita

4.4K 671 12
                                    

Sebenarnya aku gak mau banyak basa basi, jadi i hope you enjoy this story and don't forget to vote.

Happy reading
°
°
°
°

Selama perjalanan, aku dan Evan sama sama bungkam. Akupun sedikit bingung apakah harus mengajaknya berbicara. Namun, saat melihatnya tertidur dengan kepala yang bersandar di kaca kereta kuda membuat ku jadi tidak tega.

Akhirnya ku putuskan untuk berpindah duduk di sampingnya agar kepalanya tidak terbentur akibat kereta kuda yang berguncang ini.

Setelah berpindah, kuletakkan kepalanya dengan berhati hati ke atas bahuku. Sungguh akupun bingung dapat keberanian dari mana aku bisa berbuat seperti ini.

Ku pandangi bulu mata lentiknya serta hidungnya yang membutku ingin mengecup benda mancung itu.

Aku menggeleng geleng

Sejak kapan aku menjadi wanita cabul seperti ini. Tidak tidak tidak ini bagai bukan diriku saja.

Pada akhirnya akupun ikut terlelap dengan kepala yang bersentuhan dengan kepala Evan. Yah aku harap dia tidak akan mengamuk melihat aku seperti ini.

Ya semoga saja

-------------------<><><>-------------------

Sudah 7 jam berlalu. Aku terbangun karena kusir yang memberitahuku bahwa sudah sampai

Kutolehlan kepalaku ke samping dan tak ada seorangpun disana. Aku berfikir bahwa Evan mungkin pergi terlebih dahulu karena pekerjaanya.

Aku memakluminya. Karena kutahu dia sesibuk itu, bahkan Ayahku yang bukan raja saja hanya keluar dari ruang kerjanya saat jam makan.

Akupun diantarkan seorang pelayan bernama Rosie menuju kamar yang sudah di siapkan.

Dapat kulihat kamar ini sudah didekorasi sebagaimana kamar perempuan. Ya walaupun tidak sebagus kamarku, namun aku tetap menghargainya

"Rosie.. Apakah aku bisa meminta kayu bakar tambahan? Aku masih merasa dingin di sini" Sungguh kakiku sudah gemetar saat ini

Aku duga bahwa suhu di sini adalah 2° celcius. Wah bagaimana orang orang ini bisa bertahan hidup di tempat mengerikan ini, pikirku

"Tentu nona akan saya siapkan. Apakah ada lagi yang nona butuhkan?"

"Emmm bisakah kau memberi tahuku dimana letak dapur di kerajaan ini?"

"Tentu nona. Anda bisa mengikuti saya"

Tuk tuk tuk

Dapat kulihat dapur berisi para koki yang sedang terdiam

"Permisi... Maaf mengganggu tapi mengapa kalian terlihat lesu seperti itu?" Tanyaku

"Ah nona! Maafkan kami. Kami hanya sedang bingung mau memasak apa untuk tuan Evan karena seluruh bahan masakan yang ada sudah habis untuk dibagikan kepada masyarakat. Atas perintah tuan Evan" Kata seorang laki laki yang sepertinya seorang kepala koki

"Lalu bagaimana kalian makan?" Sungguh menyedihkan kehidupan di sini

"Ah kalau itu tidak usah dipikirkan nona. Kami sudah biasa tidak makan. Karena kamipun tahu tuan Evan berbuat begitu karena rakyatnya yang hampir mati kelaparan" Jawab kepala koki

"Namun bagaimana kalian bisa bekerja jika kalian saja tidak makan apapun!"

Seluruh orang di dapur termasuk Rosie menunduk akibat perkataanku

Aku berfikir bagaimana bisa mereka hidup dengan segala kesengsaraan ini namun tetap tersenyum seperti tidak ada masalah.

"Kau! Pengawal yang disana" Kataku.

"Saya nona?" Tanyanya.

''Iya. Kau bisa mengajak temanmu untuk mengambil seluruh bahan makanan di kereta kuda yang sudah kusiapkan sebelum datang ke sini"

"Baiklah nona" Ujarnya bersemangat.

''Baiklah kalian bisa bersiap untuk memasak karena seluruh bahan masakan sudah ada sekarang. Dan jangan lupa untuk membuat makanan untuk diri kalian sendiri!" Ucapku tegas.

-------------------<><><>-------------------

Seluruh makanan sudah disajikan dan tinggal menunggu Evan datang.

Tok tok tok

Sudah 25 menit aku menunggu namun belum ada tanda tanda Evan akan datang. Akhirnya kuputuskan untuk mendatanginya di ruang kerja.

"Permisi..." Ucapku sembari mengintip ruang kerjanya

"Ada apa?" Tanyanya.

"Ini jam makan siang. Apa yang kau lakukan?" Kataku.

"Aku tidak makan siang"

Huhh sungguh tsundere satu ini

"Jika kau berkata seperti itu karna mengira koki tidak akan masak karena tidak ada bahan pangan, maka kau salah. Aku sudah berjaga jaga dengan membawa banyak bahan makanan dari rumahku"

Huuuhhh

Kulihat dia menghela nafas

"Aku tidak tahu apakah aku berhak mengatakan ini, namun sebaiknya kita batalkan saja perunangan ini" Jawab Evan.

"Apa maksudmu?!! Apakah aku melakukan kesalahan?! Mengapa kau seperti ini?!!" Sungguh aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu tepa di hari dimana dia menjemputku menuju kediamannya

"Jika kau tidak mau makan bersamaku, maka aku tidak akan memaksa. Tapi jangan pernah berfikir untuk membatalkan pertunangan kita" Ucapku final lalu langsung pergi menuju kamarku.

Evan pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Evan pov

Sungguh bukan itu maksudku. Aku hanya merasa bersalah karena di hari pertama dia datang ke sini sudah mendapat fakta bagaimana miskinnya negara ini.

Aku tidak bisa membuatnya bertahan di sisiku hanya untuk keuntunganku. Mungkin jika dia orang yang semena mena maka aku akan bertindak tidak peduli.

Namun, bagaimana aku bisa tidak peduli kepada perempuan yang membiarkan kepalaku berada di bahunya untuk waktu yang lama sampai kulihat tidurnya pun tidak tenang akibat bahunya yang pegal.

Aku bukanlah orang yang pintar mengekspresikan diriku sendiri. Itulah mengapa banyak orang salah paham terhadapku.

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang