Sebenarnya aku gak mau banyak basa basi, jadi i hope you enjoy this story and don't forget to vote.
Happy reading
°
°
°
°Ini hari kedua aku pulang ke Balrado. Setelah membagikan croissant kemarin, aku langsung membersihkan tubuhku dan tidur. Aku sampai melewatkan makan malamku.
Karena akupun sejujurnya tidak yakin apakah kuat menahan gemuruh hatiku melihat Evan dan Lucy di sana.
Setelah kemarin sarapan bersama, akhirnya kuputuskan untuk makan sendiri di kamarku dengan tenang.
Setidaknya aku tidak akan melihat mereka untuk beberapa waktu ini.
Setelah sarapan, kuputuskan untuk pergi menuju taman salju yang berada di belakang istana.
Karena suhu Balrado yang selalu dingin, sangat jarang orang di kerajaan mengunjungi tempat itu. Orang lain mungkin lebih memilih berdiam diri di depan perapian.
Kulangkahkan kakiku menuju taman tersebut.
Buk
Dengan tidak sengaja aku jatuh akibat bertabrakan dengan seseorang di persimpangan jalan menuju pintu keluar.
"Kau baik-baik saja?"
Suara itu. Suara yang sangat kurindukan. Suara yang dapat membuat hatiku lebih baik dari apapun.
Kutengokkan kepalaku ke atas secara perlahan. Bingo! Evan menatapku dengan raut khawatir serta tangan yang seolah mengajakku pergi ke tempat indah.
Hatiku bergetar hanya karena melihat matanya. Aku tak menyangka diriku di dunia ini sangat lemah dengan tatapan seseorang.
"Aku baik-baik saja" Jawabku sambil berdiri dan mengabaikan uluran tangannya.
Kulihat Evan menurunkan tangannya dengan kikuk. Aku jadi sedikit merasa bersalah.
Kulanjutkan perjalananku menuju pintu keluar.
"Kau mau kemana?" Tanyanya.
"Bukan urusanmu" Jawabku sambil melenggang pergi.
"Tentu urusanku"
Kuhentukan langkah kakiku yang sangat ingin pergi dari hadapannya.
"Aku juga akan terkena dampaknya jika kau kenapa-napa" Lanjutnya.
Hah... Aku tak menyangka jika dia akan mengatakan itu. Alih-alih menghawatirkanku, dia justru lebih takut dia akan terkena masalah jika aku kenapa-napa.
Aku tidak mengenalinya untuk sekarang ini. Atau justru aku memang tidak pernah kenal dengannya?
"Hanya aku yang akan bertanggung jawab atas diriku sendiri. Jadi kau tidak perlu khawatir jika sesuatu terjadi kepadaku" Jawabku lugas.
Tak kusangka aku dapat mengatakannya dengan lantang.
Tanpa menoleh lagi, kulanjutkan langkah kakiku yang sempat tertunda akibatnya.
Perlahan-lahan dapat kulihat taman salju yang sangat cantik dengan ranting yang memiliki tetesan air beku diujungnya.
Tempat ini sungguh sangat indah. Aku tidak mengerti mengapa tempat ini jarang dikunjungi.
Kulihat terdapat pula air mancur beku yang justru menambah kesan indah.
Kulangkahkan kakiku pelan-pelan. Aku tidak ingin aku jatuh karena licin.
Kududukkan diriku di bangku taman yang terurupi salju tipis. Sangat dingin di sini, namun aku sangat menyukainya.
"Apa yang kau lakukan?"
Aku terlonjak kaget akibat suara bariton yang terdengar di telingaku. Kupalingkan kepalaku ke arah suara yang terdengar.
Yang pertama kali kulihat adalah pria bertudung yang menutupi kepalanya. Namun mata merah itu membuatku mengingatnya.
"Kau..."
Dia adalah ksatria yang kulihat kemarin saat membagikan croissant di barak. Dan dia juga adalah orang yang melenggang pergi tanpa mau mengambil jatahnya.
"Jadi apa yang kau lakukan di sini?" Suara baritonnya terdengar lagi.
"Ah.. Apakah taman ini tidak boleh dikunjungi?" Tanyaku takut-takut.
"Yang kupertanyakan adalah sedang apa kau di sini!" Jawabnya dengan suara lebuh keras.
"A-aku hanya ingin bersantai" Aku tidak mengerti mengapa aku takut kepadanya. Namun dapat kurasakan aura yang menyeramkan menguar.
"Tidak ada seorangpun yang ingin bersantai di tengahnya dingin seperimu" Katanya dengan nada tegas.
"Itu karena tidak ada tempat lain lagi bagiku" Kataku menunduk.
"Apa maksudnya?" Tanyanya sambil duduk di sebelahku.
"Kau tahu aku calon tunangan Evan?"
Kulihat dia mengangguk.
Wow bagaimana bisa dia tahu bahwa aku calon tunangan Evan namun tetap bersikap kurang ajar seperti itu?!
"Lucy mengambil tempatku. Oh atau justru yang lebih tepat adalah Lucy mengambil tempatnya kembali" Kataku.
"Tempat? Apa maksudmu?!Tidak ada tempat untuk wanita itu di sini!"
Kutengokkan wajahku ke arahnya. Dapat kulihat kilat kemarahan dari matanya.
"Dia hanya wanita penggoda yang berusaha menaiki tahta dengan wajah dan mulutnya yang busuk itu" Ucapnya lagi.
Aku tidak tahu pria ini ada dendam apa kepada Lucy, tapi dapat kurasakan bahwa dia sedang sangat marah.
To be continue...
Heheh maaf ya guys aku nanggung banget nulisnya... Tapi bakalan kepanjangan kalo aku langsungin di chap ini. Jadi bakal aku buat jadi 2 chap. Dan di chap selanjutnya masih di hari yang sama kok.
Jadi aku minta maaf banget ya kalo gantung.
Last word, i hope you guys have a great day. Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I
Historical FictionReinkarnasi. Yah percaya atau tidak itu terjadi padaku yang entah bagaimana caranya bisa masuk kedalam suatu webnovel yang kubaca sampai berkali kali sangking sukanya. Namun di kehidupan ini aku hanya figuran biasa yang mungkin hanya akan sekedar le...