Sebenarnya aku gak mau banyak basa basi, jadi i hope you enjoy this story and don't forget to vote
°
°
°Di sinilah aku berada. Kamar Evan yang memiliki harum mint serta musk.
Aku tidak tahu dimana Evan berada, tapi saat kami bertemu di koridor sayap kiri, Evan berkata untuk langsung ke kamarnya saja.
Sudah setengah jam aku menunggu dan belum ada tanda tanda Evan akan muncul. Apakah Evan tidak akan datang?
Drap drap drap
Suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru.
"Kenapa kau lama sekali?" Tanyaku saat melihat Evan memasuki kamar.
Wah wangi semerbak apa ini. Aku merasa Evan sehabis mandi dilihat bagaimana rambutnya yang basah dan wajahnya yang segar.
"Apa kau habis mandi?"
"Ah ya. Bu.. Bukankah jika ingin tidur bersama membutuhkan persiapan?" Jawabnya bersemu.
Hah? Persiapa apa? Memang apa yang akan kami lakukan sampai harus melakukan persiapan. Sampai sini aku masih belum mengerti apa yang dimaksud Evan.
Memilih mengabaikannya, aku langsung mengeluarkan permainan yang sudah kusiapkan sebelumnya.
Mulai dari kartu poker, monopoli, catur, dam, sampai ular tanggapun aku bawa.
Evan terlihat bingung serta linglung saat melihatku mengeluarkan seluruh permainan ini.
"Apa yang kita lakukan dengan permainan ini?" Tanyanya.
"Apa lagi? Tentu saja kita akan memainkannya" Memang apalagi yang dia pikirkan?
Niat awalku kan memang membuatnya bermainan permainan bersamaku hingga capek dan tertidur.
"Bagaimana dengan tidur bersama?" Tanya Evan.
"Oh ralat. Sebenarnya maksudku bermain permainan bersama di kamarmu sampai larut malam" Sebenarnya sih sama saja, karena akupun akan tidur di kamar Evan malam ini.
"Jadi kau kesini dan mengajakku untuk tidur bersama itu... Bermain permainan di kamarku? Itu saja?" Tanyanya.
"Memang apa yang kau pikirkan? Memang kita bisa melakukan apalagi saat di kamar berdua?"
"Atau kau mau kita bercerita kehidupan masing-masing sampai larut dibandingkan bermain permainan?" Tanyaku.
"Apa-apaan ini?" Tanyanya garang
"Apa?" Mengapa dia jadi marah? Memang aku melakukan apa?
"Aku tidak mau bermain" Katanya dengan wajah jutek.
"Kok gitu? Kan tadi siang kamu mau" Sungguh mengapa dia seperti mempermainkanku.
"Memang apa keuntunganku jika mengikuti perintahmu?" Kata Evan.
Iya juga, mengapa Evan harus menurut kepadaku?
"Emm kau mau apa? Bagaimana kalau kita menentukan hukuman untuk pemain yang kalah" Jawabku.
"Kau yakin?"
Aku mengangguk
"Hukumannya apa saja?"
Aku mengangguk
"Baiklah. Aku pastikan kau tidak akan menang" Mengapa Evan jadi bersemangat?
-------------------<><><>-------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I
Ficción históricaReinkarnasi. Yah percaya atau tidak itu terjadi padaku yang entah bagaimana caranya bisa masuk kedalam suatu webnovel yang kubaca sampai berkali kali sangking sukanya. Namun di kehidupan ini aku hanya figuran biasa yang mungkin hanya akan sekedar le...