Sebenarnya aku gak mau banyak basa basi, jadi i hope you enjoy this story and don't forget to vote.
Happy reading
°
°
°
°Ini sudah keberapa harinya aku berada di Balrado. Dan selama itu aku masih tetap mendekati Evan dengan segala upayaku agar dia luluh.
Hari ini kami memiliki janji untuk minum teh bersama dan bercerita banyak hal.
Butuh 4 hari sampai dia bisa mengosongkan jadwalnya terlebih dahulu. Itupun aku membujuknya dengan susah payah.
Jadi aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas seperti sekarang ini yang mungkin hanya datang sekali selama hidupku.
Sungguh aku masih tetap berpikir bagaimana bisa orang dengan fisik sesempurna Violin bisa menjadi manusia.
Apakah di kehidupan sebelumnya dia menjadi pahlawan? Dan itulah alasan mengapa hidupnya bisa sesempurna ini.
Aku sungguh tidak sabar untuk turun saat melihat Evan menungguku di bawah.
Hingga saat ini aku masih bertanya-tanya bagaimana bentuk putra mahkota sehingga membuat Lucy memilihnya dibanding Evan. Sedangkan Evan saja sudah sesempurna ini.
Tuk tuk tuk
Suara sepatuku menuruni satu persatu anak tangga.
"Maaf membuatku lama menunggu" Ucapku kepada Evan.
Evan langsung pergi setelah melihatku menghampirinya. Bagaimana bisa dia membiarkanku berjalan sendirian!
----------------------<><><>----------------------
"Jadi apa yang ingin dibicarakan?" Tanya Evan to the point.
"Hei apakah kau tidak bisa berbasa basi terlebih dahulu? Atau setidaknya nikmatilah dulu teh yang ada di depanmu itu" Seumur hidupku baru kali ini aku bertemu seseorang yang bisa membuatku darah tinggi hanya dalam sekejap.
Keterdiaman Evan membuatku merasa tidak nyaman. Apakah sebegitu tidak sukanya dia tea time bersamaku?
Jika terus berjalan seperti ini, sangat memungkinkan setelah sebulanpun dia tetap tidak menyukaiku.
Aku harus mencari bahan pembicaraan yang menurutnya menarik agar kami bisa saling mengerti satu sama lain.
"Apa hobimu?" Tanyaku
"Berlatih pedang"
"Makanan kesukaanmu?"
"Ubi bakar"
Apa apaan itu? Sejak kapan dia menyukai ubi bakar. Hei makanan yang paling dia suka adalah pie dan pancake. Bagaimana bisa dia berbohong tentang makanan hanya agar terlihat keren.
"Apa kau yakin makanan kesukaanmu ubi bakar?"
"Ada masalah?" Tanyanya dingin.
"Tidak. Tentu tidak. Hanya saja aku berpikir bahwa makanan kesukaanmu adalah pie dan pancake"
"Jangan asal bicara! Aku bahkan tidak suka makanan manis"
Ya tuhan bagaimana bisa dia berkata seperti itu sedangkan 3 hari yang lalu dia menghabiskan satu loyang pie yang kubuat seorang diri.
"Jadi.... "
"Jadi apa?" Tanyaku
"Apa makanan dan minuman kesukaanmu, serta hobimu?"
Sepertinya baru kali ini aku melihat dia berinisiatif untuk mengetahui kehidupan orang lain
"Emmm makanan kesukaanku adalah sup jamur, lalu hobiku berjalan jalan, dan minuman kesukaanku adalah americano" Jawabku.
Pffftt
Apaan itu mengapa dia tertawa?!!!
"Apanya yang lucu?!" Tanyaku galak
"Hei kau tidak perlu berbohong dengan mengatakan suka americano. Aku tahu kau ingin berlagak keren tapi sejujurnya kau tidak perlu sampai seperti itu di depanku" Katanya meremehkanku
"Apa apaan omonganmu itu. Bukankah aku yang seharusnya bilang begitu?!! Melihat bagaimana kau memakan pie buatanku sebegitu lahapnya" Huhuhu aku tersenyum kemenangan
"Hei! Kapan aku?!"
Pfttt
Sungguh saat ini dia terlihat seperti anak anjing yang ketahuan mencuri oleh majikannya
"Hei kau seharusnya tenang jika kau tidak merasa melakukannya. Lagian pria yang suka makan pie menurutku imut kok. Jadi tidak usah berlagak sok keren di depan ku"
"A-A-APAA?!!! IMUT!! AKU TIDAK IMUT!"
Sungguh dia sangat menggemaskan saat ini. Mungkin jika di zaman ini sudah ada ponsel maka aku akan memotretnya dan menjadikannya foto untuk wallpaper hpku.
"Sial!"
Evan berlalu pergi entah kemana dengan kuping memerah.
Evan pov
Hei bagaimana bisa dia mengatakan pria yang lebih tua 4 tahun darinya imut?
Dan apa apaan ini mengapa diriku seperti sedang salah tingkah. Sungguh mengesalkan.
Pasti dia merasa menang karena aku langsung kabur begitu saja. Lagipula tidak sopan mengatai orang imut.
Huhhh bisa gila aku. Hanya karena hal sepele seperti ini bisa membuatku yang paling berbakat menyembunyikan perasaan menjadi salah tingkah.
Baru kali ini aku merasakan jantungku berdetak seperti lari marathon. Apakah aku sakit jantung?
Atau ini sama seperti perasaan yang kurasakan kepada Lucy dulu? Entahlah aku sungguh pusing memikirkannya.
Violin, apakah efekmu sebesar ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I
Historical FictionReinkarnasi. Yah percaya atau tidak itu terjadi padaku yang entah bagaimana caranya bisa masuk kedalam suatu webnovel yang kubaca sampai berkali kali sangking sukanya. Namun di kehidupan ini aku hanya figuran biasa yang mungkin hanya akan sekedar le...