4. Aku Benci Hujan

2K 261 19
                                    

..

...

Pagi yang cerah menyambut, memberi semangat lebih pada setiap insan untuk melakukan aktivitasnya, namun tidak bagi tiffany.

Senyum manis berganti menjadi rasa sakit yang luar biasa... Kedua tangannya memegangi perutnya, dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya.

Tiffany kehilangan cahaya di wajahnya... Ia tampak pucat, seperti orang mati.

"a-aaargh!" ia meringis sambil berusaha mengumpulkan kekuatan agar bisa turun dari tempat tidur.

"astaga, siapa makhluk mengerikan itu?" ia sangat terkejut saat melihat dirinya di cermin. Sungguh berantakan.

"ini tidak boleh terjadi.. Aku harus tetap cantik meskipun sedang sakit.."

Si eye smile itu duduk di depan meja rias, lalu memakai make up sebisanya... Ia kemudian berganti pakaian dan turun ke bawah, setelah taxi yang dipesannya tiba.

Melihat tiffany yang berjalan terhuyung, supir taxipun membantu untuk memeganginya..

"agassi, kenapa anda tidak menelepon ambulans?"

"shireoyo! naik ambulans sama sekali tidak keren.."

Supir taxi: "..."

Tiffany terpaksa harus pergi ke rumah sakit saat tubuhnya tidak mampu lagi menahan rasa sakit yang disebabkan 'masa period' nya.

Si supir bahkan sampai mengantarnya ke dalam...

" Gomawo ahjussi!"

" sama-sama agassi, semoga anda lekas membaik."

Supir taxi pun pergi setelah tiffany membayarnya.. Tapi ia tidak menyangka kalau si cantik ternyata memberinya uang lebih.

Tiffany masuk ke ruang dokter setelah perawat memanggil namanya.

"nona, saya harus melihat bagaimana warnanya?" kata dokter.

"what the.. ?" tiffany merasa tidak nyaman. Bagaimana bisa ia membiarkan seorang pria, melihat 'privasinya', meskipun dia seorang dokter.

Dokter itu segera mengerti isi kepala tiffany lalu tersenyum.

"jangan khawatir nona, rekan saya yang akan melakukannya.. Dan dia seorang dokter wanita."

Perkataan dokter itu tidak membuatnya lebih baik. Sampai seseorang masuk ke dalam ruangan tempatnya berada.

"god!" tiffany tak berkedip melihat dokter wanita dengan aura swag yang begitu kental mendekati dirinya.

"taeyeon-ah, kuserahkan padamu!" kata si dokter pria, sebelum ia keluar ruangan.

"Mm!"

"astaga senyumnya!" batin fanny.

"permisi!" taeyeon tiba-tiba saja menyingkap rok tiffany dan menurunkan celana dalamnya.

"tunggu!" tiffany panik mendapat serangan dadakan, namun ia terlambat untuk menghentikan kim taeyeon.

Dia hanya bisa menyembunyikan wajah malunya saat taeyeon memeriksanya dengan santai.

"syukurlah, ini tidak parah!"

"sudah? Begitu-saja?" tiffany kelihatan tidak senang saat taeyeon memakaikan celana dalamnya lagi. Padahal jika lebih lama pun, dia rela.

"Mm!.. Aku akan menuliskan resep untukmu."

Tiffany masih bingung. Bisa-bisanya taeyeon bersikap santai setelah melihat 'milik' orang lain. Dia sepenuhnya lupa kalau dokter memang dituntut untuk profesional.

The Last Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang