Budayakan Vote & Comment
Sorry for typo
©Park_213
[031021]
Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.Waktu kami tiba di pintu masuk apartemenku, rintik hujan musim dingin mulai turun. Meski untung saja baru turun sekarang, saat kami sudah sampai.
Jimin melihat ke arah langit sejenak, kemudian mulai menaiki tangga.
Tadinya, aku hendak menggunakan lift karena tulang panggul dan kakiku sakit, tetapi Jimin naik menggunakan tangga, sehingga aku pun terpaksa mengikutinya.
Apa lantai tiga memang setinggi ini, ya?
Begitu aku membuka pintu, suhu hangat menyeruak ke seluruh tubuh, dan tubuhku yang terasa sakit pun seakan terobati seketika.
Jimin masuk ke ruang tamu tanpa kata, kemudian duduk sembari menyandarkan punggungnya pada salah satu permukaan dinding.
Aku bertanya, “Jimin, kau mau minum?”
Tanpa sadar, aku merasa Jimin seperti seorang teman dan bicara menggunakan banmal. Kupikir Jimin akan marah, tetapi dia hanya menolak tawaranku seperti tak tertarik dan tak bertenaga.
Aku teringat akan luka Jimin.
“Kita harus mensterilkan luka di tanganmu dulu. Darahnya banyak.”
Aku pergi ke dapur dan membuka bufet, lalu mengeluarkan disinfektan dan perban. Aku khawatir akan pria mungil ini yang bersikap seperti anak kecil dan berpura-pura baik baik saja.
Begitulah.
Jimin yang masuk ke rumahku seperti anak kecil atau kucing yang tersesat dan sedang mencari tempat untuk melarikan diri, juga seperti anak anjing yang dibuang dan mencari tempat perlindungan.
Bagaimanapun, menurutku Jimin bukan manusia sempurna.
Aku mengoleskan disinfektan ke tangan Jimin. Saat itu lah aku baru sadar bahwa dia mengenakan sweater berwarna ungu.
Apa yang kulihat dari dirinya sejak tadi?
Pikiranku terlalu semrawut sampai tidak tahu pakaian apa yang dia kenakan.
Entah disinfektan yang mengalir di tangannya itu tidak terasa perih, Jimin tak mengerutkan dahi sedikit pun. Dia hanya duduk termangu dan berbisik, “Hari ini aku akan menginap di sini.”
Aku merasa senang karena kelihatannya dia mulai merasa nyaman terhadapku. Meskipun kata menginap agak membuatku tidak nyaman dan khawatir.
Aku ingin memastikan perasaan Jimin.
“Kau sampai bersedia datang kemari, berarti kau membuka hatimu untukku, kan?”
Dia balik bertanya, “Bagaimana denganmu? Apa kau membuka pintu rumahmu karena kau membuka hatimu untukku?”
Pertanyaan sulit.
Aku merasa pertanyaanku masuk akal, tetapi entah mengapa aku merasa pertanyaan Jimin sulit dijawab karena memiliki lebih banyak arti.
Akhirnya, aku mengganti topik pembicaraan.
“Kurasa ayahmu sangat menyukai sesuatu yang manis sampai menamai mu Jimin.”
“Kalau begitu, apa ayahmu suka kukis?”
Aku terbahak. Dia pandai bermain kata.
“Aku anak tunggal. Ibuku sangat menyukai hal-hal manis, mungkin karena itu namaku Jungkook, Jungkookie, Kookie. Lucu, bukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter In Heart [KM] ✓
RomanceKau membuatku tak bisa hidup tanpamu, dan sekarang kau bertanya ada apa denganku? Genre: - Sad - Romance - Fanfiction - Boys Love Main Cast: Jimin aka Sub! Jungkook aka Dom! Start: 02-10-2021 Finish: 31-10-2021 Status: Completed ⚠️WARNING⚠️ - KookM...