Dix

634 96 9
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[301021]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Aku menelusuri tangga apartemen lantai tiga sambil menggendong Minji si anjing. Napasku tersendat, tidak seperti biasanya. Mungkin karena berat badan si anjing, tetapi kurasa bukan hanya itu alasannya. Dadaku terasa sesak dan sulit bernafas, seperti orang yang terkena gejala penyakit cinta.

Tapi, seketika aku terperanjat. Jimin sedang duduk di tangga lantai tiga.

Apa aku berhalusinasi?

Aku mencurigai kedua mataku, tetapi tidak. Ini nyata. Jimin seperti hantu, muncul dan menghilang sesuka hati. Dan, kini dia memutuskan menungguku.

"Annyeong, Jungkookie!"

"Oh, annyeonghaseyo." aku menyapanya dengan nada kaku.

Aku tak sanggup menatap matanya karena malu sudah lama tidak bertemu.

Begitu aku membuka pintu, Jimin langsung masuk ke dan membuka sepatu seolah itu adalah hal biasa.

Jimin beranjak ke dapur dan mencari makanan anjing begitu aku menurunkan si anjing dari pelukanku. Secepat kilat, dia menemukan wadah dan menumpahkan makanan anjing tersebut secukupnya.

Jangan-jangan Minji si anjing adalah anjing yang dilepaskan Jimin?

Si anjing membuangku yang merupakan pemiliknya, dan berlari menghampiri Jimin, menggoyangkan ekornya dengan gembira, dan telentang, memperlihatkan perutnya.

Aku merasa dikhianati oleh Minji. Aku menyesal memperlakukannya dengan baik. Padahal, waktu itu aku menangis tersedu-sedu karena dia.

Aku cemburu. Aku berubah jahat dan spontan mengatakan hal aneh.

"Aku akan berkencan dengan wanita lain." Sesungguhnya, aku sedang mengutarakan isi hati, bahwa aku memberontak karena lelah menantinya.

"Benarkah? Bagus sekali," jawab Jimin acuh tak acuh.

Sebenarnya apa yang bagus?

Rasanya aneh sekali dia bilang bahwa berkencan dengan orang lain adalah hal yang bagus, sementara dia masuk ke rumahku seolah itu adalah hal yang sudah biasa dia lakukan.

Jimin bersikap seperti orang yang tidak pernah menyukaiku sama sekali. Dia membelai bokong Minji dengan lagak tak peduli. Meski terdengar kekanak-kanakan, sesungguhnya aku berharap hati kami bisa menyatu....

"Kau tidak cemburu?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Kau berharap aku cemburu?"

"Entahlah." jawabku merajuk.

Aku merasa sangat tidak puas karena sepertinya posisi kami berubah. Sebelumnya, aku merasa seperti berada di atas, dan sekarang aku merasa berada di bawah dalam sekejap.

Jimin pun bicara. "Aku mengubah perasaanku."

"Maksudmu?"

"Kau menolak saat aku menginginkanmu, kan? Maka dari itu, aku mengubah perasaanku. Ternyata setelah kau tidak menjadi milikku, kau berubah menjadi milikku selamanya. Sederhana, bukan?"

Winter In Heart [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang