Quatorze

663 75 2
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[311021]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Aku menaruh sebuket bunga krisan putih di atas pusara yang bertuliskan nama seseorang yang kucintai.

Park Jimin.

"Tega sekali dirimu. Setelah memaksa menikah, kau malah pergi begitu saja. Apa kau bahagia sekarang?" ucapku sambil mengelus pusara Jimin.

Aku masih tak percaya.

Seseorang yang datang dan pergi sesuka hati ini telah pergi.

Seseorang yang sering membuatku jengkel dan bingung telah pergi.

Seseorang yang memaksaku menikah dengannya telah pergi.

Seseorang yang telah merebut hatiku telah pergi......

Untuk selamanya....

Apa kehidupan memang sesingkat ini?

Aku termenung.

Seketika ingatan itu muncul kembali....

Flashback On

Aku baru saja ingin meminum air yang baru kutuang ke dalam gelas sebelum Taehyung menarik lenganku kasar. Ia membawaku ke dalam mobilnya dengan tergesa-gesa. Di kursi depan aku dapat melihat Yoongi yang tengah menangis dalam diam.

Aku mengerutkan kening bingung. Saat ingin bertanya Taehyung sudah lebih dulu menyuruhku untuk tidak bertanya apapun dahulu.

Aku semakin bingung saat mobil Taehyung berhenti di depan rumah sakit Seoul. Baru saja aku ingin bertanya, Taehyung sudah menarik tanganku keluar.

Aku, Taehyung, dan Yoongi berlari di koridor rumah sakit. Kami berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang telah ditunggu oleh seorang dokter.

"Ini hasil identifikasi yang Anda inginkan, Tuan Taehyung." ucap dokter itu sambil memberikan sebuah amplop cokelat yang langsung diterima oleh Taehyung.

Dengan perlahan, Taehyung membuka amplop itu dan mengeluarkan isinya.

Aku mengerutkan kening saat melihat kata-kata yang tak asing.

Kenapa nama Jimin tertulis disana?

Amplop beserta isinya terjatuh di lantai. Bersamaan dengan itu, Yoongi jatuh terduduk sambil menangis histeris sedangkan Taehyung terduduk di lantai sambil memeluk Yoongi.

Aku langsung mengambil isi dari amplop itu dan membacanya.

Detik itu juga aku menyesal.

Seharusnya aku tak mengikuti Taehyung kemari. Seharusnya aku tak mengambil isi amplop itu.

Disana tertulis bahwa korban tabrak lari meninggal di tempat. Yang membuatku terkejut adalah nama korban yang tertera disana.

Jimin.

Apa dia adalah Jimin yang kukenal?

Di dunia ini ada banyak Park Jimin.

Setidaknya itulah yang ada dipikiranku.

Tapi, kenapa hatiku sakit sekali?

Kenapa aku merasa jiwaku dilepas paksa dari ragaku?

Telingaku berdengung. Pikiranku kosong.

Aku tertawa. Taehyung, Yoongi, dan dokter terkejut melihat diriku yang tertawa.

"Apa ini? Hahahahaha, lelucon ini sangat lucu! Hei, Taehyung, dimana kau dapat ide membuat lelucon seperti ini? Sungguh ini sangat lucu!"

Aku terus tertawa seperti orang gila. Tapi, entah kenapa air mataku ikut mengalir. Semakin keras aku tertawa semakin banyak air mata yang keluar.

Taehyung dan Yoongi menatapku prihatin. Yoongi langsung memeluk diriku dan mengelus punggungku, sedangkan Taehyung mengelus kepalaku sambil menahan tangis.

Detik itu juga aku berhenti tertawa. Aku membalas pelukan Yoongi dengan erat dan menangis meraung.

Saat kami sudah sedikit tenang, kami memutuskan untuk ke rumahku. Disana Taehyung mulai bercerita kalau tepat saat Jimin keluar dari rumahku ia bertemu dengan Minji si anjing. Saat Jimin menghampirinya Minji malah berlari yang membuat Jimin mau tak mau mengejar anjing itu. Tapi, saat mengejar Minji, Jimin tak melihat kalau ada sebuah mobil yang tengah melaju dari arah persimpangan jalan. Dan kecelakaan itu terjadi. Tubuh Jimin terpental dan terguling sejauh lima meter.

"Darimana kau tahu? Apa–"

"Tidak. Aku mengetahuinya dari rekaman cctv jalan. Aku meminta tolong pada temanku untuk melihatnya." jelas Taehyung.

"Saat ingin dibawa ke rumah sakit, Jimin sempat berkata 'syukurlah anjing itu selamat, jadi aku tak punya penyesalan lagi.' dan setelah itu Jimin dinyatakan meninggal dunia." sambung Taehyung.

Air mata kembali membasahi kedua pipiku. Aku menutup kedua mataku.

Aku masih tak percaya dengan semua ini.

Aku harap ini semua hanya mimpi.

Ketika aku membuka mata, aku akan menemukan Jimin yang tengah membersihkan rumahku, mencuci piring, dan memberi makan Minji.

Flashback Off

"Tapi ternyata itu bukan mimpi. Konyol sekali diriku." ucapku sambil terkekeh.

Aku menghapus air mata yang entah sejak kapan mengalir di kedua pipiku. Kembali aku mengelus lembut pusara Jimin.

"Aku harap kau bahagia disana, my love Park Jimin." ucapku sembari mengecup lembut pusara Jimin.

Tepat saat itu juga salju pertama turun. Untuk pertama kalinya aku merasa salju pertama adalah hal terburuk dalam hidupku.

Musim dingin yang penuh dengan kenangan singkat diriku dan Jimin.

Musim dingin yang sangat dingin hingga membekukan hatiku.



























The End














A/N
Bercanda syng² ku.😚💜




To be continued...

Winter In Heart [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang