04. Surprised

688 62 2
                                    

"Paman, tolong jelaskan padaku tentang hubungan appaku dengan wanita itu ?!" Desak Seokjin kepada adik ayahnya itu.

Si paman yang Seokjin maksud sedang asik duduk di ruang tamu dengan putung rokok di tangannya. Dia tinggal di sebuah flat kecil tak terurus. Keponakannya, Kim Seokjin, datang dan membrondongkan banyak pertanyaan kepadanya perihal kakaknya.

"Kau masih kecil, kau tidak akan mengerti Seokjin." pungkas pamannya, santai. Menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya dari mulut dan hidungnya. Seokjin terbatuk saat asap rokok pamannya itu terhisap hidungnya.

"Aku. Aku akan mencoba mengerti," jawab Seokjin di tengah batuknya, dia tampak yakin dengan keputusannya untuk datang menemui pamannya untuk mengungkap kebenaran tentang peilaku ayah kandungan sendiri selama ini.

Paman Seokjin memiringkan bibirnya,

"Kakakku sudah terkenal playboy saat muda, kau tahu, dengan wajah tampanya yang persis sepertimu itu," Si paman menatap Seokjin menyeringai, menunjukan gigi kuningnya, "Kau bisa bayangkan berapa wanita takluk padanya. Selain dia pelit dan sombong ya dia suka sekali main perempuan,"

"Tapi appa sudah memilikiku dan eomma," Seokjin kaget bukan main mendengar penuturan pamannya itu.

"Kau percaya padanya?" Paman Seokjin menyipitkan matanya, melihat ke dalam mata Seokjin dan membuat manik mata hazel yang murni itu bergetar.

"Aku percaya pada appa tentu saja," katanya, namun ada nada ragu di dalamnya,

Paman Seokjin mendengus, lalu menyeringai lagi,

"Kau sangat polos Seokjin, makanya kau di bodohi, bahkan ibumu juga, ah, kau memang mirip kakak iparku ya?" paman Seokjin mengatakannya dengan wajah datar dan tak tertarik, tak ada emosi di wajahnya. Dingin dan tak punya hati.

"Jadi adikku itu dari wanita itu? Begitu kan paman? Tolong jelaskan padaku kenapa aku tiba-tiba punya adik?" Seokjin tampak tak sabar, karena dia merasa, pertanyaanya belum juga terjawab.

"Ayahmu berselingkuh dan lahirlah Kim Taehyung, kau puas?"

"Tapi paman," Seokjin masih ingin menyangkal.

"Kau tidak percaya? Tapi sayangnya ibu anak itu meninggal, kasihan sekali kan adikmu?"

Tubuh Seokjin bergetar, menahan rasa sedih dan kecewanya. Bukan karena mendengar ibu bayi itu meninggal, namun kenyataan telak yang baru dia dengar dari pamannya. Jadi gossip yang selama ini dia dengan benar adanya.

"Yang kasihan adalah ibuku dan aku," katanya kemudian, dengan mata yang sudah merah dan berair. Seokjin meremat kedua tangannya dengan marah.

Paman Seokjin menepuk baju Seokjin.

"Ibumu di bodohi ayahmu tentu saja, aku pikir ibumu tidak tahu tentang itu, atau ya memang ibumu sebodoh itu, hahaha," paman Seokjin tertawa dengan nada yang mengerikan, seperti mengejek sampai rasanya membuat darah Seokjin mendidih.

"Ibuku tak bodoh!" kata Seokjin tak terima, dia ingin marah tentu saja. Dia butuh orang yang menerima kemarahannya dengan takdir yang dia punya yang nyatanya Tuhan berikan pada dia dan ibunya. Takdir yang sungguh tidak adil atas kesetiaan dan pengapdian ibunya sendiri kepada ayahnya.

"Tapi aku sanksi kalau ibumu akan meninggalkan ayahmu, dia sangat mencintainya, tentu saja. Lalu bagaimana denganmu Seokjin?"

"Aku akan membenci ayahku seumur hidup," kata Seokjin, tekadnya sudah bulat. Dia akan pergi dari rumah ayahnya secepatnya, apapun yang terjadi.

Over The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang