28. Faith (5)

1.3K 59 15
                                    

 "Eugh," Seokjin mengerakan tubuhnya yang kaku, dia lupa berapa hari dia berbaring di tempat tidur. Hanya tidur, ke kamar mandi dan terbangun saat Bo Young memaksanya minum obat. Seokjin jadi ingat saat dirinya sakit dulu sebelum datang ke tempat ini. Tubuhnya benar-benar sudah tidak bisa diandalkan.

Seseorang melingkarkan lengan di pinggangnya dan Seokjin yakin itu adalah Bo Young, dia mengerutu sedikit, dia kan sakit demam, bisa-bisa kekasihnya itu tertular kalau terus menempel padanya. Seokjin memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Bo Young. Kekasihnya pasti sangat lelah mengurusnya beberapa hari ini.

Seokjin tertegun sepersekian detik saat menyadari itu bukan Bo Young, tangan di pinggangnya lebih besar dari lengan Bo Young. Wajah itu, wajah yang beberapa ini menemaninya di alam mimpi hadir di depannya sekarang. Memiringkan tubuhnya dan tertidur di punggungnya.

Seokjin menyibak rambut ikal anak itu. Yang sepertinya tidak terpengaruh akan gerakannya. Seokjin tidak tahu ini jam berapa, dia tidak mengenal hari dan jam sejak sakit.

"Kapan kau datang?" bisik Seokjin, menatap wajah anak laki-laki yang masih terlelap,

Lengan itu mengikis jarak tubuhnya dan anak itu,

"Baru saja, aku mabuk perjalanan, biarkan seperti ini dulu," bibir itu menjawab, tanpa membuka matanya.

Seokjin menyunggingkan senyumnya perlahan, jadi dia hanya menatap wajah adik yang sangat dia rindukan itu. Seraya bersyukur kalau adiknya dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Memang sedikit masuk angin karena perjalanan lama yang dia tempuh. Tapi Seokjin lega, dia masih bisa menyentuh adiknya itu.

"Hyung," Taehyung bergumam, matanya masih tertutup,

"Aku kangen," katanya,

Seokjin tersenyum, mengeratkan pelukannya.

"Aku juga, Kim Taehyung,"

"Jangan pergi lagi, kumohon," bisiknya lagi, sebelum air mata itu turun di antara sela-sela kelopak matanya.

Seokjin mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Taehyung.

"Jangan menangis lagi, hyung di sini,"

.

.

.

"Apa Taehyung tidur?" Bo Young bertanya saat melihat Seokjin keluar dari kamarnya.

Meski wajahnya masih pucat, Seokjin ingin menemui Bo Young. Mereka sekarang duduk di meja makan, nampak Bo Young baru saja menyelesaikan masakannya untuk makan malam.

"Iya. Maaf sepertinya malam ini dia akan tidur di tempat tidurku," kata Seokjin. Dia menerima sup hangat buatan Bo Young saat perempuan itu menyodorkannya padanya.

"Gwencana," Bo Young menjawabnya dengan senyum hangat.

Lega rasanya Seokjin sudah bisa menerima kehadiran adiknya dengan senang, bahkan nampak di wajah pucat laki-lakinya yang sudah berhari-hari sakit ini, semburat kebahagiaan yang sepertinya hanya Taehyung yang bisa melakukannya padanya.

"Kau senang adikmu ke sini?" tanya Bo Young, menyangga dagunya mengawasi Seokjin yang sudah bisa makan dengan lahap. Sepertinya semangat hidupnya naik drastis.

Seokjin tersenyum dengan mulut penuh dan belepotan kuah sup.

Bo Young meraih tisu dan membersihkannya dengan terkikik.

"Kau lapar sekali rupanya?"

"Aku tidak bisa menelan dengan baik, tapi sekarang sudah baikan, radangku sungguh menyiksa sekali chagiya," Seokjin menunjukan wajahnya memelas.

Over The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang