Seluruh badan Seokjin seakan membeku di depan tubuh yang membujur kaku dengan di tutupi kain berwarna putih itu.
"Tuan Kim meninggal karena over dosis obat-obatan terlarang, semalam dia di bawa ke sini namun nyawanya sudah tidak bisa tertolong," jelas seorang dokter di sampingnya, menyingkap kain putih itu. Memperlihatkan wajah pamannya yang sudah pucat pasi. Meyakinkan Seokjin kalau dugaan itu bukan pamannya lenyap begitu saja.
Seokjin harus menelan pil kepahitan kalau dia kehilangan seseorang yang menjadi pijakannya selama ini. Seseorang yang membuatnya berani menantang dunia dan meninggalkan kenyamanan keluarganya yang dia pikir munafik.
Air mata jatuh di wajah tampan Seokjin, meninggalkan sesak yang tidak bisa di tahannya, setengah jiwanya hilang, dia bahkan tidak bisa merasakan apapun sekarang. Hampa, sedih, sendirian. Ya Seokjin benar-benar sendirian sekarang.
"Seokjin!" seseorang menubruknya, memeluknya dengan sangat erat,
"Eomma," panggil Seokjin serak, itu suara pertama yang dia keluarkan sejak dia menyaksikan tubuh kaku pamannya di depan matanya sendiri.
"Ya sayang, eomma di sini,"
"Paman meninggalkan aku,"
Nyonya Kim memeluknya semakin erat,
"Masih ada eomma, appa dan adikmu, kau tidak sendirian,"
Seokjin tidak tahu, dia tidak bisa mendengar apapun, hatinya tiba-tiba membeku. Dia tidak mau percaya lagi pada siapapun.
**
"Hyung, Park-ssi kenapa?" tanya Taehyung takut-takut, saat mereka sudah mengantarkan Bo Young ke rumahnya dan memastikan wanita itu sudah tenang.
"Adiknya meninggal, dan dia sangat kehilangan adiknya itu," jelas Seokjin, sembari memasukan password pintu rumahnya.
"Park Jimin itu?" tanya Taehyung tiba-tiba merasa bersalah,
"Hyung, aku tadi bertanya tentang adiknya, aku tak tahu, apa karena aku mengungkitnya dia jadi begitu sedih?" tanyanya kalut,
Seokjin mendesah lalu menatapnya, "Jangan menyalahkan dirimu, dia sudah begitu saat pertama kali aku bertemu dengannya,"
"Jin hyung, kenapa kau menunjukku saat menenangkan park-ssi?" tanya Taehyung penasaran.
"Kau," Seokjin berhenti, lalu melanjutkan, "Kau bisa jadi adiknya," kata Seokjin menghindari tatapan Taehyung,
"Tapi aku adikmu, aku tidak mau jadi adik siapapun kecuali hyung," protes Taehyung tiba-tiba,
"Tae, saat kau lihat dia begitu, apa kau tidak kasihan? Setidaknya dengan begitu dia lebih tenang," Seokjin memberi alasan.
Taehyung menatap Seokjin marah, itu bukan hal yang bisa dia terima begitu saja.
"Apa kau masih tidak mengakuiku sebagai adikmu?!" protesnya kesal, habis sudah kesabaran Taehyung kali ini. Dia sangat menghargai Bo Young karena sangat baik dengannya, tapi dia tidak suka cara berfikir Seokjin dan cara menempatkan dirinya di depan Bo Young sekalipun itu memang untuk membantu perempuan itu.
"Taehyung, aku lelah, aku tidak ingin kita bertengkar," kata Seokjin, dia akan melangkahkan kakinya ke dalam kamar.
"Aku juga sedih! Aku juga bisa marah hyung!" kata Taehyung dengan keras, membuat Seokjin berbalik.
"Maumu apa? Kau mau apa dariku?" Seokjin menatap Taehyung, dia tidak marah atau membalas kata-kata Taehyung dengan acuh seperti biasanya, dia menatap Taehyung dengan tatapan pasrah. Dia sudah kehabisan energi untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Over The Moon
FanfictionKeluarga Kim Seokjin awalnya nampak baik-baik saja dan harmonis, namun sejak kehadiran bayi kecil di rumahnya dan membuatnya menjadi seorang kakak, merubah banyak kepribadiannya. Kim Seokjin menjadi pemarah dan pembangkang bahkan dia sendiri berjanj...