25. Faith (2)

466 35 13
                                    

Bo Young tidak bisa menahan air matanya, dia pelan-pelan melangkahkan kakinya ke dalam ruang baca itu. Butuh lima jam dengan diantar oleh orang suruhan Yoongi untuk sampai ke tempat ini. Melewati hutan belantara dan banyak bukit. Akhirnya dia bisa menemuinya, laki-laki tercintanya yang amat dia rindukan, tengah tertidur dengan memeluk sebuah buku bacaan di atas dadanya. Bo Young mendekat, menatapi dengan sendu kekasihnya itu lalu menyentuh pipi yang dulunya berlemak itu tampak tirus membuat wajah tampan tunangannya itu tampak bertambah dua tahun lebih tua dari usianya. Dilihat surai hitamnya memanjang dan terjatuh di keningnya.

Bo Young menatap lembut sang pujaan hati yang berbulan-bulan di rindukannya, menyingkap surai yang jatuh di wajahnya hati-hati agar dia bisa melihat lebih jelas wajah tampan itu. Kim Seokjin perlahan bergerak, indra perasanya merasakan sentuhan hangat tangan mugil Bo Young, mata dengan bulu mata indah itu ikut bergerak. Sangat pelan terbuka.

Seokjin mengerjab, dilihatnya wajah perempuan itu tertangkap di indra penglihatannya. Perlahan fokus dan menampakan wajah mungil dengan senyum hangat mengembang.

"Chagiya," panggil Bo Young lembut, masih mengelus pipi Seokjin,

Mata hazel itu membulat, buku di dadanya terjatuh bersamaan gerak tubuh Seokjin yang tiba-tiba.

Bukkk...

Namun Seokjin tidak peduli,

"Kau," kata Seokjin masih belum mempercayai penglihatannya, dia sempat mengusap ke dua matanya beberapa kali, untuk memastikan kebenaran yang nampak di depannya itu.

"Iya, aku di sini," Bo Young berusaha tetap tersenyum, meski yang dia rasakan di dadanya lebih bergemuruh dari penampakannya. Badannya bergetar. Bagaimana bertemu dengan Seokjin menjadi moment paling mendebarkan untuknya. Dadanya sendiri sesak dan jantungnya memompa darahnya lebih cepat dari biasanya.

Namun di sisi lain, Bo Young luar biasa lega, pada akhirnya dia bisa menemukan laki-laki di depannya. Berbulan-bulan ini hidupnya seperti neraka menunggu kabar dari calon suaminya yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, apalagi dalam keadaan sakit parah. Bo Young tidak pernah akan menyangka hal ini dia alami lagi. Tidak setelah dia kehilangan adiknya, Jimin. Dia tidak mau lagi kehilangan orang yang dia cintai. Dan sampai akhirnya usaha keras dan kepercayaannya pada Seokjin mengantarkan dirinya menemukan cintanya kembali.

"Ini bukan mimpi?" tanya Seokjin masih tidak percaya, meraih satu tangan mungil di wajahnya dengan tangannya.

Bo Young menangkup wajah Seokjin dengan kedua tangannya, mengelusnya lembut, membuat Seokjin merasakan hangatnya tangan Bo Young.

Seokjin segera menarik tubuh Bo Young dalam dekapannya.

"Aku merindukanmu," bisik Bo Young,

"Maafkan aku," isak Seokjin kemudian,

Bo Young mengeratkan pelukannya di tubuh Seokjin, mengelus bahu lebar kesayanganya itu. Inipun rasanya seperti mimpi untuk Bo Young. Andai ini mimpipun Bo Young tidak mau terbangun. Dia tidak mau berpisah lagi dengan Seokjin. Apapun alasannya.

"Akhirnya aku menemukanmu," kata Bo Young kemudian.

Seokjin tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis di pelukan Bo Young. Dia merindukannya? Tentu saja, tak satu detikpun Seokjin tidak merindukan Bo Young. Hal yang paling berat yang dia rasakan saat dalam perlarian ini adalah Park Bo Young. Bagaimana bisa dia meninggalkan wanita yang dia begitu cintai ini. Seokjin sangat menderita saat mengingatnya, dia bahkan membuat dirinya membenci dirinya sendiri andai sesuatu terjadi pada Bo Young karena dirinya.

Bo Young melepas pelukan Seokjin, menyejajarkan tubuhnya dengan Seokjin. Wajah Bo Young tampak berseri. Dia kembali meraih wajah Seokjin, membersihkan air mata yang masih mengalir dari kelopak mata indah itu. Laki-laki tampannya itu tidak boleh menangis lagi. Jadi dia mendekatkan wajahnya pada Seokjin. Mengecup bibir plum milik Seokjin dengan lembut namun dalam.

Over The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang