Bab 24. Teman Masa Kecil

37 7 8
                                    

Bismillah Buayawati Up!🙌




Selamat membaca Rebuy
Awas jangan gila😤

🐊🐊🐊

Waktu sudah berjalan selama tiga hari, dan selama itu pula keadaan menjadi sedikit mereda. Walau Aulia tidak mengikuti ulangan sejak kejadian itu karena dilarang oleh kakaknya dia sangat mengkhawatirkan kondisi adiknya tersebut.

Besok adalah hari terakhir di mana semua siswa Sma Nusa Bhakti Kencana mengikuti ulangan tengah semester.

-
-
-

”Senja,” panggil Lily dengan pelan, tak seperti biasanya. Dia tampak sedang membaca buku-buku pelajaran untuk persiapan ulangan esok hari begitupun dengan Senja yang berada di sampingnya. Mereka tengah berada di atas kasur.

Tanpa menoleh ke arah yang memanggil, Senja hanya berdehem merespon panggilan dari Lilbarusan.

“Hmm.” Dia tetap fokus membaca bukunya.

“Gue mau nanya.”

”Apa?” tanya Senja sembari membuka lembaran buku selanjutnya yang akan ia baca.

Lily terdiam seketika sebelum akhirnya kembali berbicara.

”Bedanya temen sama sahabat itu apa sih?” Netra hitamnya seketika menatap wajah Senja.

”Beda lah!” balasnya memberikan tekanan pada kata tersebut. Senja seketika menghentikan aktifitas membacanya dan mulai merespon dengan menatap sahabatnya.

”Nih ya, gue kasih tau. Kalau diibaratkan temen itu adalah langit dan sahabat adalah buminya.” Senja memberi sedikit jeda sebelum melanjutkan kata-katanya.

”Kalau langit bisa menjatuhkan hujan, maka bumi bisa menerima hujan apa adanya.” Matanya sekarang memandang lurus ke depan membayangkan kata-kata tersebut dengan senyuman.

”Artinya teman itu nggak seistimewa sahabat yang bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.”

”Tapi bahayanya ....” potong Senja menatap lawan bicaranya kembali, kemudian menutup buku bacaannya tersebut. Lily terlihat menunggu ucapan Senja selanjutnya.

“Sahabat itu bisa jadi musuh. Bahkan, musuh terbesar lebih daripada seorang teman,” lanjutnya memberikan penekanan disetiap kata-katanya.

Lily kemudian manggut-manggut sambil mencerna apa yang telah Senja ucapkan kemudian tak lama tersenyum miring.

”Sok puitis banget lo!” imbuh Lily meledek.

”Lo ngomong apaan sih, Ja, kok gue nggak ngerti?” lanjutnya mengangkatkan dagu.

Senja sontak cengingiran mendengar jawaban dari temannya. ”Iya juga sih, gua aja yang ngomongnya kagak ngerti.”

”Dasaar sinting,” ketus Lily menyentil jidatnya.

”Ngakak anjim.” Sedangkan Senja memegangi perut tak kuat menahan tawanya. Dia baru sadar perkataan bijaknya tadi mampu menjadi lelucon, lantaran tidak biasanya dia seserius itu.

Mereka berdua seketika tertawa kompak saling mengeluarkan kegilaaannya. Sangat aneh sekali padahal tidak ada yang lucu. Beginilah jika jiwa kewarasan antara dua sahabat ini miring, kacaunya tidak ada limanya.

”Tapi sumpah lo bijak banget sih.” Akhirnya sekarang Lily mengakui kehebatan temannya itu.

”Iya lah, lo kemana aja. Baru nyadar ya.” decak Senja begitu sombong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUAYAWATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang