Yuta dan Jaehyun tak lupa Ten berlari kecil menuju kamar Taeyong.
Terlihat disana Taeyong sedang menopang tubuhnya pada dinding kamar mandi.
"Bubu, mual lagi?" Tanya Ten yang menghampiri Taeyong terlebih dulu.
Yang ditanya hanya mengangguk lesu.
"Yut, bawa Taeyong ke ranjang."
Yuta mengangguk cepat, lantas membopong tubuh mungil Taeyong ke ranjang merah muda Taeyong.
"Em, Jae bisa tolong jaga Bubu dulu disini?"
Jaehyun tanpa menoleh ke arah Ten karena sibuk memandangi wajah pucat Taeyong pun mengangguk.
Ten segera membawa Yuta ikut dengannya.
"Bubu sakit apa, hm?" Tanya Jaehyun lembut seraya menata rambut Taeyong yang sedikit berantakan.
Yang ditanya bukannya menjawab, malah menarik tangan Jaehyun yang tengah merapihkan poninya dan mendusalkan wajahnya pada tangan kekar Jaehyun.
"Mau peluk?" Tanya Jaehyun lagi, sungguh sebenarnya ia gemas sekali dengan tingkah Taeyong pada tangannya!
Taeyong mendongak sedikit menatap Jaehyun, "boleh?"
Ow, jangan ditanya, lebih dari peluk pun boleh, Jaehyun segera mengangguk.
Lantas Taeyong segera bangkit dan memeluk perut Jaehyun erat dengan lagi-lagi mendusalkan wajahnya diperut Jaehyun.
"Gemes banget sih," ungkapnya dengan tangan mengelus pinggang Taeyong, percayalah Jaehyun hanya modus. Modus yang membuat Taeyong nyaman!
"Bau kak Jae enak, Bubu suka."
Jaehyun rasanya ingin melayang saat itu juga, bisa dipastikan telinganya memerah sekali sekarang. Beruntung Taeyong sedang mendusal diperut nya jika tidak, ia akan melihat telinga nya yang tak bisa berbohong itu!
...
Taeyong pergi ke dapur dengan mata menjelajah, ditangannya telah ada buah nanas, buah pepaya, jahe dan juga kayu manis.
Ten belum pulang dari kampusnya. Ia segera berlari menuju dapur.
Hal pertama yang ia lakukan adalah mengupas buah nanas. Ah sangat menyebalkan, nanas itu sulit sekali dikupas, menurut Taeyong.
"Ah!" Ia meringis ketika tangannya tergores pisau sedikit.
"Ish, Bubu ngga suka buah nanas!" Gerutunya.
Setelah beberapa lama akhirnya nanas telah seutuhnya terkupas, ia segera membelahnya menjadi beberapa bagian dan mencucinya sebelum ia makan.
Satu bagian yang cukup besar masuk kedalam mulut kecil Taeyong, walaupun rasanya tak sedap karena masam dan sedikit terasa gatal dilidahnya, ia memaksakan untuk menelan hingga habis buah itu.
Setelah menghabiskan setengah dari satu buah nanas, ia beralih pada buah pepaya; mengupas dan membuang bijinya lalu melahapnya setelah ia cuci.
Berbeda dengan nanas, pepaya jauh lebih nikmat.
"Bubu suka buah pepaya," gumamnya dengan mulut penuh.
Ia mengambil jahe dan kayu manis disela memakan pepaya nya, menggeprek jahe itu dan memasukkannya pada panci yang sudah terisi air mendidih, tak lupa kayu manis pun ikut ia masukkan kedalamnya. Entah apa yang akan ia buat.
"Baunya menyengat, Bubu ngga suka, hiks."
Dengan terpaksa yang sangat terpaksa, ia menuangkan air rebusan jahe dengan kayu manis itu kedalam gelas, meniupnya sedikit dan meminumnya dengan menutup hidung.
"Whoek, rasanya aneh!"
"Huhu Bubu ngga suka!"
"Astaga Bubu! Bubu lagi apa?"
Taeyong terkejut bukan main mendengar seruan Ten. Sial, kenapa ia tak mendengar Ten membuka pintu?!
"Nanas, pepaya? Dan apa ini, Bu?"
Keringat panas dan dingin sudah bercampur padu di pelipis Taeyong, ah Ten pasti memarahinya habis-habisan.
"Ingin membunuhnya, hm?"
Nafas Taeyong tercekat.
"Dia bahkan ngga tau apa yang dilakukan ibunya, kamu mau membunuh dia atas kesalahan kamu sendiri?"
Taeyong menunduk dalam. Ah, Ten benar. Kenapa ia melakukan hal ini, kenapa ia sangat gegabah?
Ten menarik Taeyong kedalam rengkuhannya ketika melihat keponakannya itu mulai terisak.
Ten tau, keponakannya itu hanya bocah kecil lugu yang tak mengerti apapun, tapi diberikan hal itu mungkin membuatnya benar-benar hilang arah.
"Kita bicarakan hal ini pada orang tua Bubu nanti, ya? Biar mereka yang mencari solusi untuk masalah Bubu,"
"Tapi aku yakin, mereka ngga akan menyarankan Bubu untuk menggugurkan kandungan Bubu,"
Taeyong semakin terisak, ia tau ia sangat salah, ia begitu bodoh karena berniat menghilangkan janin di perutnya dengan berbagai cara.
"Maaf, hiks."
"Tapi, Bubu tidak normal ka—
"Sut, Bubu itu normal. Bagian mana yang ngga normal, hm?"
"Hiks, Bubu itu laki-laki! Ngga ada laki-laki yang bisa mengandung, Inet."
Ten mengelus surai Taeyong lembut, "Itu kelebihan. Bubu harusnya bersyukur karena memiliki kelebihan itu, bukannya malah mau menghilangkan kelebihan Bubu."
"Walau gimanapun, Bubu ngga boleh membunuh darah daging Bubu sendiri, sayang."
"Hiks, maaf, maaf, Bubu salah. Hiks,"
...
Jaehyun menajamkan penglihatannya ketika melihat sesosok yang nampak tak asing.
Ia menepikan mobilnya setelah memastikan siapa sosok yang duduk menunduk dalam di kursi taman itu.
Ia keluar dari mobilnya, menghampiri pemuda itu.
"Hey, Bubu?"
Sosok yang dipanggil lantas mendongak dengan mata sembabnya.
"Hey, kenapa nangis?" Panik Jaehyun, ia ikut duduk dibangku panjang itu, menggapai pipi si kecil dan dihapusnya jejak air mata itu dari wajah si manis.
"Kenapa, hm?"
"Jeje, hiks."
Dadanya seolah bergemuruh kencang ketika tiba-tiba Taeyong menelusup ke dadanya.
Lagi, Taeyong menangis direngkuhan Jaehyun.
Jaehyun tak berani bertanya, ia hanya mengelus dan merengkuh erat tubuh mungil itu.
Waktu terus berjalan hingga Jaehyun merasa sosok yang merengkuh tubuhnya itu bernafas dengan teratur.
Ia terkekeh pelan ketika mendapati matanya terpejam dengan damai.
"Tidur sehabis nangis, apa hal itu biasa dilakukan orang-orang?"
Sebelum membopong tubuh ringan Taeyong, Jaehyun menyempatkan diri untuk mengecupi surai Taeyong juga dahi si kecil.
To be continued
Si Jeyun nyari kesempatan sih kayanya, tapi gapapa lebih enak xixixi.
Selamat vote dan komen yorobun!:)
See you next chap!
[©vvusrr]
14 Nov 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐢𝐧𝐢 𝐌𝐨𝐦 ✓【ᴊᴀᴇʏᴏɴɢ】
FanfictionTaeyong yang baru saja lulus sekolah menengah pertama tak sengaja bermalam dengan seseorang yang bahkan tak ia ketahui rupa nya. •Jaeyong area! •don't like don't read, please! •bxb || mature⚠️ || mpreg •homophobic? Go away! Started : 29 Okt 2021 En...