My Family-Chapter 1
Pertemuan-Happy Reading-
Brak!!
"Saya benar-benar malu punya anak seperti kamu ya!!! Kapan kamu bisa seperti abang-abang mu?!! Apa ini yang kamu sebut usaha?! Saya benar-benar capek sama kamu, kenapa kamu nggak ikut aja sama Mama mu?! Kenapa saya harus punya anak tolol seperti kamu?! Akhhhh!!" Suara pria paruh baya itu menggema di seluruh ruangan, sebut saja dia Damar.
Dan seorang pemuda yang tengah menunduk sambil terisak, sebut saja Keano. Dia sudah tidak tahan lagi, ia harus bicara sekarang mengungkapkan segala yang ada di benaknya.
"Tapi Papa yang ajak Kean kesini. Kalau Papa ndak mau ngurus Kean lagi, Kean bisa ikut Mama kok." Balasnya seraya menahan air mata yang akan turun kebawah.
"Hah mimpi kamu! Mamamu saja sudah tidak sudi mengurus kamu, kamu disini saja karena saya tampung." Ujarnya dengan sinis.
"Papa, kenapa Kean berbeda dengan abang-abang? Kean setiap pulang sekolah kenapa harus jadi pelampiasan Papa? Nilai Kean nggak terlalu jelek-jelek amat kok. Di peringkat kedua saja kata teman-teman sudah bagus. Emang kalau Kean ndak peringkat pertama, Papa ndak sayang Kean ya?"
"Ya kamu berbeda! Seharusnya kamu meniru abang-abang mu itu, jangan seenaknya saja kamu disini dan kamu juga yang sudah membuat keluarga saya hancur!"
Kean hanya menunduk sambil meremat celananya. Sungguh, kata-kata papanya sangat menyakitkan jika didengar.
"Bahkan saya akan sangat sayang sama kamu jika kamu angkat kaki dari rumah saya." Lanjut Damar.
"Karena Kean ingin tau rasanya disayang Papa seperti apa, jadi Kean mau pergi rumah ini. Tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Papa harus peluk Kean, biar jadi kenangan kalau Papa pernah peluk Kean. Bolehkah?"
"Cepat dan jangan lama-lama."
Tanpa berpikir panjang Kean segera berhambur ke pelukan Damar. Rasanya ini sebuah mimpi, ternyata begini rasanya berada dipelukan seorang papa.
Damar hanya diam, ia merasa nyaman dipelukan anak itu. Ada rasa penyesalan tetapi ego mengalahkannya. Damar melepas pelukannya dengan kasar.
"Sekarang bereskan barang-barangmu."
"Ya Papa, selamat tinggal dan terimakasih hiks..." Ucap Kean beserta senyuman yang sangat tulus. Kean melangkahkan kakinya ke arah pintu utama tanpa ke kamarnya untuk mengambil barang.
"Kamu tidak membawa barang?"
"Tidak Papa, lagian tubuh kecil sepertiku ini apa kuat membawa barang yang semua ku anggap penting itu. Dan jikapun ku bawa, akan ditaruh mana barang-barang itu sementara aku juga belum mempunyai rumah pengganti."
"Kalau Papa mau buang barang-barang Kean lebih baik dibakar dulu ya Pa, takut masih ada jejaknya." Lanjutnya dengan nada bercanda namun terdengar serius ditelinga Damar.
"Saya bisa pastikan."
"Yaudah Kean pergi dulu ya Papa, selamat tinggal." Ucapnya lalu mulai melangkahkan kakinya pergi dari rumah papanya.
•••
Diperjalanan tanpa tujuan itu Kean hanya menatap jalanan kosong hingga suara gaduh mengalihkan perhatiannya. Diseberang jalan tampak seorang perempuan sedang dikeroyok oleh orang-orang berbaju serba hitam.
Matanya melotot kaget ketika salah satu orang berbaju hitam tersebut mengarahkan balok kayu kearah wanita itu dari belakang.
Dengan sigap Kean berlari mendorong kuat wanita tersebut hingga tersungkur dan jadilah dia yang terkena pukulan kuat dari balok itu. Wanita itu kaget bukan main saat dirinya didorong dan yang mendorong adalah seorang pemuda yang tampak seperti anak-anak.
Dengan sigap mengeluarkan segala amarahnya, wanita itu mengajar telak orang-orang berbaju hitam itu hingga pingsan.
Ia berlari menghampiri pemuda itu. "Hei... Kau tak apa?" Tampak tak ada pergerakan dengan segera wanita itu menggendong tubuh tak berdaya itu.
Skip
"Bagaimana keadaannya?" Ucap wanita itu datar.
"Dia sudah sadar dan untuk lukanya ia mendapat beberapa jahitan. Mungkin seminggu kedepan ia akan sering merasa sakit di bagian kepalanya." Jelas dokter itu.
"Baiklah, apa aku boleh masuk?"
"Tunggu sampai kami pindahkan ke ruang rawat."
"Hm."
Skip
"Gimana keadaan kamu?" Tanya wanita itu pada Kean.
"Sudah baikan kak, em... nama kakak siapa?" Jawab Kean dengan tubuh bersandar.
"Alive, kamu?"
"Keano."
"Oh... Terimakasih sudah bantuin saya."
"Tidak papa kak."
"Ngomong-ngomong kamu tinggal dimana?"
Sedikit kaget dengan pertanyaan kali ini yang mengingatkannya akan kejadian tadi siang.
"Hiks... hiks..."
"Loh loh kok nangis? Kenapa? Ada yang sakit? Kean jawab!!" Tanya Alive dengan nada khawatir.
"Kean ndak punya rumah Kak, Papa ngusir Kean hiks. Kata Papa kean ndak berguna hiks hiks ha..."
Tangisnya pecah begitu saja dan dengan segera Alive menarik Kean ke dalam pelukannya.
"Udah tenang ya... Kean berguna banget kok, Kean mau nggak tinggal bareng kak Alive?"
"Emang ndak ngerepotin kak? hiks..."
"Enggak banget dong, rumah kakak itu cuma untuk orang-orang baik seperti kamu sayang."
"He'um, Kean mau Kak." Jawab Kean sambil mengangguk lucu.
"Yaudah nanti kita pulang ke rumah, sekarang Kean istirahat dulu oke!"
"Iya Kakak."
Lalu Kean mulai terlelap dan Alive pergi keluar ruang rawat Kean untuk menelfon seseorang.
"Jemput saya di RS sekarang dan bawa mobil." Lalu Alive memutuskan panggilan dan kembali ke ruang Kean.
Tak lama ketukan dipintu dengan seorang berbaju hitam berdiri di depan pintu mengalihkan pandangan Alive.
"Mobil telah siap." Ucap orang itu seraya membungkuk hormat.
-To Be Continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
My family? || Selesai
Teen FictionHe's My Family ➞ My Family Selesai ••• Keano itu cengeng dan manja, sifat itu yang membuat semua orang menyukainya. Namun, tidak dengan ayah kandungnya sendiri. Pria itu tidak menyukai keberadaan Kean, bahkan pria itu tega mengusir anak malang itu d...