|Chapter 19| Malam dan Jian

2.4K 273 10
                                    

Dor!!

Dor!!

Seketika semua orang menghentikan pergerakan dan mencari siapa pelaku yang menarik pelatuk beserta korbannya.

Bruk!!

Jian dan Kean membalikkan badannya dan melihat siapa yang tengah terjatuh tepat dibelakangnya.

"Papa..."
Lirih kean dan langsung berjalan sempoyongan kearah orang tersebut.

"Ssh... Uhuk"
Lemah dan rintih orang tersebut.

"Pa-papa ken-"
Kean tak sanggup melanjutkan perkataannya, lidahnya terasa sangat kelu, tak kuat melihat kondisi sang papanya yang berlumuran darah itu.

"K-kean, akh..."

Mata Kean tak henti-hentinya mengeluarkan air mata, sedangkan tangannya berusaha menutupi bagian perut papanya untuk menghentikan aliran darah yang sialnya tak mau berhenti itu.

"Hiks papa, bang Arel tolong"
Pinta Kean dengan menatap Arel memelas.

"Keanh... m-maaf in papah yah..."

"Papa hiks hiks"
Isak Kean.

"A-abang muh ud-ah jemput pa-pah... Baha-gia selalu pang-eran..."
Setelah perkataan singkat itu, mata itu tertutup dengan damai. Kean yang melihat mata itu tertutup menangis meraung-raung memanggili nama itu. Memeluk tubuh dingin dengan tubuh kecilnya, mengabaikan darah yang juga ikut menodai baju birunya.

Jian yang kebetulan berada di belakang Kean pun berinisiatif menenangkan anak itu. Jian memeluk tubuh Kean yang bergetar hebat dengan mulut yang terus memanggil manggil nama itu berulang kali.

"Kalian periksa orang itu"
Perintah Arel kepada salah satu orang suruhannya.

Orang itu mendekat kearah Hiko yang juga tergeletak tak berdaya dilantai kotor itu. Ternyata oh ternyata... Hiko juga terkena tembakan. Tembakan itu berasal dari Reon, bodyguard pribadi Kean sekaligus orang suruhan papanya Kean.

"Tak bernyawa"
Singkat orang itu kepada tuannya, Arel.

"Kubur dia disebelah makam orangtuanya"
Ucap Arel dan langsung dituruti oleh orang itu.

Saat ini digedung tua itu hanya tersisa Kean, Jian, Jean, Arel, Reon, dan orang yang berada dipelukan Kean itu.

"Pa-papa bangun hiks, hu-kum Kean lagi pa... tap-i papa bangun..."
Tangis Kean yang begitu menyayat hati.

Arel mendekat kearah adiknya itu, mengelus punggung bergetar sang adik membuatnya juga merasakan bagaimana sedihnya sang adik.

"Kita pulang yuk, kita antar papa kerumah barunya"
Ajak Arel dengan nada lembut.

Kean menggelengkan kepalanya dengan brutal.
"Jangan pulang ab-ang. Ayo kerumah sakit, papa Kean kesakitan hiks"

"Papa Kean udah pulang sayang, kita harus mengantar papa Kean kerumah barunya yang lebih bagus"

"Papa kesakitan abang, hiks... Kean ndak suka papa berdarah-darah. Biar Kean aja yang berdarah darah, papa jangan juga hiks"

"Kean anak kuat kok, Kean mau bahagiain papakan?"

Kean mengangguk mantap tanda menyetujui perkataan itu.

"Kean sayang papa kan?"

Lagi-lagi Kean mengangguk.

"Kita antar papa pulang, biar papa bahagia. Kean nggak mau kan kalau papa sedih?"

"Tidak"
Jawab Kean lirih.

"Yaudah, sekarang kita pulang. Kita buat papa Kean bahagia. Bagaimana?"

"Kalau papa bahagia, Kean juga bahagia. Tapi Kean tidak akan bahagia bila berpisah dengan papa"

My family? || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang