|Chapter 16| Kaca Jendela

2.3K 281 1
                                    

Kini hari memasuki tengah malam. Semua orang kini tengah mengistirahatkan tubuh mereka dikamar masing-masing, namun tidak dengan Kean.

Kean bukan tipe orang yang gampang melupakan sesuatu. Dan kini ia tengah memikirkan kenapa Jian berubah kepadanya. Apa ia berbuat salah? Apa ia membuatnya kesal? Dan apa penyebab ia berubah?

Sejak selesai makan malam tadi, Kean langsung memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Walau tadi mamanya ingin menemaninya tidur, namun ia tolak dan memberi pengertian bahwa ia ingin tidur sendiri.

"Apa aku berbuat salah kepada Jian?"
Monolognya.

"Tapi apa?"

"Akh!! aku tidak tahan lagi! Aku harus mencari tau sekarang"
Kean berdiri dari tempat duduknya, tapi tidak melangkahkan kakinya.

"Tapi mencari dimana?"

"Aku bisa gila!!!"
Racaunya sambil berteriak. Kean tidak takut bila teriakannya akan mengganggu keluarganya yang lain karena kamarnya itu kedap suara, jadi aman.

Kean kembali mendudukkan tubuhnya dengan tangan menutupi wajahnya.

Prang!!

Kean terlonjak kaget bukan main saat jendela kamarnya hancur berkeping-keping dan sebagian mengenai badannya karena posisi sofa kamar berada didekat jendela.

Kean belum tau apa yang menyebabkan jendela kamarnya itu hancur. Kean yang mulai tersadar lalu merasakan perih disebagian tubuhnya.

"Shh..."
Kean melihat tubuhnya yang banyak memar dan tak sedikit pula yang mengeluarkan darah. Kean masih dalam posisinya, ia bisa menahannya atau dengan alasan lain tak kuat untuk berpindah ketempat yang lebih aman.

Kamarnya saat ini hancur dengan serpihan kaca dimana-mana. Tetapi matanya tertuju pada sebuah buntalan bulat berwarna putih.

Dengan pelan-pelan ia mendekat kearah buntalan tersebut. Lalu ia membuka buntalan itu.

---

"Lama tak jumpa, kau merindukanku? Tenang, kita akan bertemu dalam waktu dekat. Bersenang-senanglah sebelum waktu itu tiba dan ini adalah ucapan selamat dari awal pertemuan kita"

from H

---

Kean membaca dengan cermat surat tersebut. Bisa disimpulkan dari kata-kata yang diberikan bahwa itu adalah surat ancaman. Mata Kean sudah berkaca-kaca saat ini. Antara takut, sedih, marah pun menjadi satu.

Cklek

"Kean!!"

Pintu terbuka dan menampakkan Andra dengan ekspresi terkejutnya. Dengan kecekatannya Andra berlari menghampiri Kean dan tidak memedulikan serpihan kaca yang menusuki telapak kakinya.

"Papa"
Lirih Kean.

"Kita pindah dulu, naik dipunggung papa!"
Andra hendak menggendong Kean, namun Kean menggeleng dan menjauhkan dirinya dari Andra.

"Nanti kaki papa tambah luka"

"Tidak apa-apa, sekarang kita pergi ketempat yang aman dulu"

Kean menggeleng lagi.

"KEAN!!"
Bentak Andra tanpa sadar membuat Kean terlonjak kaget dan beringsut mundur kebelakang.

"M-maaf baby, papa tidak sengaja. Tapi kita benar-benar harus pindah ke lokasi yang lebih aman sekarang"

Kean mengangguk pelan sambil menatap kaki Andra yang dipenuhi darah.

"Kean mau berjalan sendiri atau Kean akan tetap disini"

My family? || SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang