14. Kisah Lama

157 89 13
                                    

ANNYEONG YEOROBUN BUDAYAKAN VOTE & KOMEN SETELAH MEMBACA YA!

Happy reading...

Part 14. Kisah Lama

Greysia berjalan di trotoar dengan payung berwarna hitam ditangannya. Jalanan sedikit basah karena gerimis yang datang sore ini, awan yang seharusnya berwarna jingga tertutupi oleh warna abu-abu.

Ia mengeratkan kardigan yang ia pakai supaya hawa dingin yang dihembuskan oleh sang angin tidak tembus sampai kulitnya. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat ia berada di depan gerbang sekolahnya dulu yang kini tertutup rapat.

Ia menyentuh gerbang yang basah karena air hujan tersebut. Ia kembali teringat kepada mimpinya beberapa waktu yang lalu, andai saja tiba-tiba Biru berada dibelakangnya seperti yang ada di dalam mimpinya ia akan sangat bahagia sekali. Andai saja.

Greysia menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes tanpa ia suruh. Ia lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Ada banyak sekali kenangan yang ia miliki bersama Biru di kota ini, mungkin beberapa orang menyuruhnya untuk bisa melupakan Biru. Namun, seberapa keras usahanya untuk melupakan atau merelakan Biru, nyatanya laki-laki itu masih menguasai hati dan pikirannya.

Kemarin, hari ini, dan mungkin besok ia akan tetap menjadi Greysia tujuh tahun yang lalu. Greysia yang hanya milik Biru.

Saat ia berjalan, ia tidak menyadari bahwa ada lubang dihadapannya yang membuatnya hampir terjatuh. Namun, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya dan menahan pinggangnya.

Greysia tidak sadar telah menjatuhkan payungnya saat melihat pria yang telah menolongnya itu sehingga wajah dan tubuhnya terkena rintikan-rintikan gerimis.

"Kenapa tadi jalannya gak hati-hati?"

Mendengar itu Greysia seperti di tarik dari lamunannya ke dunia nyata. Ia mendorong dada Haruto untuk menjauh dari dirinya.

"Tadi gak lihat aja kalo ada lubang disana." balasnya, ia lalu mengambil payungnya yang terjatuh tadi. Bajunya sudah sedikit basah dan ia tidak mau jatuh sakit karena kehujanan.

Ia melihat Haruto yang tidak membawa payung ditangannya, ia juga melihat kalau baju yang Haruto kenakan basah karena gerimis. Ia kemudian mendekat kembali kearah Haruto lalu memayungi pria itu juga.

Haruto hanya bisa tersenyum tipis. Ia lalu mengambil alih payung yang ada di genggaman Greysia.

"Biar aku yang bawain." ujarnya.

"Kamu mau kemana?" tanyanya lagi.

"Jalan-jalan aja,"

Setiap kali berbicara dengan Haruto, Greysia tidak mau menatap matanya. Gadis itu selalu melihat kearah lain atau menunduk saat berbicara dengannya.

"Kamu tadi kenapa gak bawa payung? Baju kamu basah sekarang." ujar Greysia.

"Aku suka hujan, jadi gak masalah kalau aku kehujanan. Karena hujan aku tahu satu hal, hujan selalu kembali walau telah jatuh berkali-kali, seolah tidak peduli berapa banyak sakit yang dia rasakan. Aku pengen kaya hujan."

Greysia terdiam mendengar itu,  hawa dingin kembali tiba-tiba menusuk kulitnya yang membuatnya mengusap kedua lengannya.

Haruto menyentuh rambut Greysia yang membuat gadis itu mendongak menatapnya.

"Rambut kamu basah, baju kamu juga agak basah. Kamu kedinginan ya?"

"Sedikit,"

Mendengar itu Haruto hanya bisa tersenyum simpul, ia lalu meraih tangan Greysia dan menggenggamnya sehingga membuat Greysia sedikit terkejut dengan perlakuan Haruto kepadanya.

Dear Blue : Who Are You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang