12. PULANG BARENG

1.9K 425 228
                                    

Hai Buna🐻
Tekan tombol bintang di bawah pojok kiri untuk vote cerita ini.


-Selamat membaca-

"Kehadiranmu membawakan alur cerita yang pernah ada di hidupku."

****

12. PULANG BARENG

Bugh...!

Suara rentakan tulang yang beradu terdengar begitu nyeri. Di depan gerbang SMA Dhirlangga sudah ada Evelyn yang menghajar Abril habis-habisan di depan semua murid.

Menimbulkan tanda tanya besar bagi sebagian orang. Perempuan itu seolah kesetanan tidak bisa mengontrol emosinya di pagi ini. Evelyn mengangkat kerah jaket Abril menatap matanya tajam-tajam.

Cowok itu terlihat kesusahan bernafas atas semua pukulan Elin yang bertubi-tubi menghantam perut dan rahangnya.

"Dengan semua rencana licik lo. Lo pikir gue bakal diem aja?! Gue ga peduli kalo gue cewe. Sekalipun lo ada di tangan gue. Gue ga bakal berhenti sebelum lihat darah keluar dari tubuh lo." ucap Elin begitu marah. Perempuan itu tidak habis-habisnya memberi pukulan yang keras di paha Abril, sehingga membuat cowok itu kesusahan berdiri.

"ELIN!" geram William dari jauh yang melihat adiknya membuat ulah dengan menghajar ketua Parados.

William menarik tas Elin, menyeret adik bungsunya itu hingga terhempas kebelakang menabrak aspal.

Gadis dengan hoodie hitam itu tidak ingin mengalah, dia langsung berdiri saat melihat William—Kakaknya mengambil alih tubuh Abril darinya.

"Maksud kedatangan lo di sekolah gue apa?!" hardik William.

"Gue cuma mau ngasih tau sama Adik Lo. Lain kali jangan ambil video orang tanpa izin," ucap Abril sedikit tersedat karna bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan Elin.

"Video?" William mengernyit heran. Cowok itu berganti menoleh melihat Elin yang berdiri tak jauh dari dirinya. Perempuan itu terdiam seraya memegang lengan tangannya yang mati rasa.

Tanpa memikirkan kakaknya lagi. Elin langsung berlari masuk ke dalam sekolah menghalau semua murid yang menutup jalannya. Agar lolos dari amukan William.

"Evelyn!" teriak William. Adiknya ini sangat merepotkan.

"Pergi lo dari sini. Sebelum lo mati di tangan gue," ancam William kepada Abril, langsung menghempaskan tubuh cowok itu ke tanah.

Abril yang melihat kepergian William ke dalam sekolah, hanya bisa menatap sayu sembari mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Semua murid Dhirlangga menyorakinya, memberi lemparan kertas dan sisa plastik sampah kearahnya lalu pergi begitu saja.

"Sekolah doang di Pancasila, tapi sifatnya kaya pasal Kriminal." seloroh salah satu murid, disambut tawa keras oleh semua siswa-siswi yang berada disana.

Grace yang melihat semua aksi tadi dengan mata kepalanya sendiri, menatap ibah kepada Abril yang tergeletak di tepi jalan terlihat kesusahan berdiri.

"Lo gapapa?" tanya Grace menghampiri, membantu memegang lengan Abril agar duduk dengan benar.

Melihat kehadiran gadis di depannya saat ini, dia sedikit terkejut. Satu-satunya murid Dhirlangga yang tidak membencinya. Banyak perlakuan tidak sopan yang Abril berikan kepada Grace, tapi gadis itu malah masih memberikan sedikit waktu untuk menolongnya.

"Kenapa ga masuk?" tanya Abril menatap Grace.

"Jangan mikirin gue, pikirin diri lo sendiri. Masih sakit?" ucap Grace menyentuh sedikit sudut bibir Abril, membuat cowok itu menahan tangannya.

ALTERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang