32. STRATEGI

852 67 29
                                    

Hai Buna🐻
Tekan tombol bintang di bawah pojok kiri untuk vote cerita ini.


-Selamat membaca-

"Tidak akan diciptakan kesedihan tanpa merencakan bahagia selanjutnya."

****

32. STRATEGI

Sesuai janjinya tadi siang kepada Noval. Grace bergerak menuju markas pada malam hari setelah gadis itu pulang dari rumah Altez.

Entah apa yang akan direncanakan cowok itu hingga melibatkan tentang dirinya kali ini. Dia tahu posisinya sedang tidak aman saat ini. Ah, benar-benar menyusahkan.

Terlibat dengan ketua geng sama sekali tidak seindah ekspetasinya. Nyatanya, masih banyak musuh di luar sana yang siap membantai karna posisinya sekarang adalah umpan.

Bukan berarti ia menyesal telah mengenal Alterio. Hanya saja, andai peristiwa yang dulu tidak pernah terjadi, mungkin ia baik-baik saja saat ini. Tetapi, ini juga tentang persaudaraan. Tentang Altez dan Remon, mereka adalah saudara tiri yang saling membenci satu sama lain.

Itu masalahnya, karna sumbu itu juga kedua geng ini saling bertentangan. Remon yang memilih bergabung dengan Parados untuk menghancurkan Agrios. Dan Alterio yang menjabat sebagai ketua Agrios generasi baru.

Grace menancap gas mobilnya melaju cepat. Dia tidak peduli tentang apapun yang ada di pandangan matanya. Sungguh, otaknya benar-benar tidak bisa digunakan berpikir lagi untuk saat ini.

Perempuan itu berhenti, lalu keluar dari dalam mobil yang disambut langsung oleh Sevin. Semua laki-laki yang berada di sana terpanah dengan aura yang menguar darinya. Kaki jenjangnya melangkah lebar memasuki markas tanpa rasa takut.

Perempuan dengan jaket hitam itu kini berdiri di depan meja bundar tempat para anggota inti berkumpul. Tingginya yang semampai membuat mereka yang duduk mendongak melihatnya.

Akari yang pertama kali bertemu dengan Grace, bahkan bisa bertatap mata langsung dengan cewek itu menganga melihatnya. Selama ini dia hanya mendengar namanya saja dan foto tentang dirinya. Perempuan cantik dengan pahatan wajah yang sempurna, alis tebal, hidung mancung, dan bibir ranum.

Jika diperhatikan secara detail, wajah Grace lebih condong seperti orang timur tengah alias ke arab-araban. Karna matanya yang cantik dan tajam, walaupun dia produk asli jawa.

"Terus gue harus ngapain?" ucap Grace membuyarkan lamunan semua orang.

"Kita nunggu William sama adeknya dulu." balas Noval, lalu cowok itu mengacak sebuah kartu.

Grace duduk di samping Okta dengan kaki kanan yang bertumpuh di atas kaki kiri. Grace memperhatikan muka Okta yang masih diperban, anak itu sedang meminum botol berbentuk pororo berwarna biru sambil menatapnya.

Okta mengelap sisa-sisa air yang ada di bibirnya. "Kakaknya Gastin cantik juga bah." seru Okta membuat Grace tertawa pelan.

"Bisa aja kamu. Ngomong-ngomong kamu temennya dia ya?" tanya Grace.

Okta mengangguk lalu duduk bersila menghadap Grace. "Iya, kita sama-sama wakil kapten." jawabnya.

Grace mengangguk paham. Benar juga, dia heran. Kenapa Altez justru memilih adiknya yang notabene bocah ingusan sekaligus penakut malah menjadi wakil divisi pertama. Agrios butuh orang yang kuat seperti Noval dan Lentera. Bukan malah anak kecil yang masih duduk di bangku SMP.

"Kamu wakil divisi berapa?" tanya Grace.

Okta menunjuk wajahnya sendiri. "Aku? Dari divisi 2 kepemimpinan bang Donny." ujarnya.

ALTERIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang