Chapter 11: Anak Baru?

24 3 6
                                    

Seusai menjenguk ibu Bagas, Chelsea kini menghabiskan waktu dengan Bagas di taman rumah sakit. Masih dengan pakaian yang serba tertutup. Sepertinya ini takdir mereka, sudah tidak ada hubungan pun harus tetap bersembunyi. Suasana taman rumah sakit itu cukup ramai, banyak anak kecil berambut botak yang bermain-main di ayunan. Mungkin mereka adalah pasien di rumah sakit ini. Tawa mereka begitu lepas, seperti tidak ada beban hidup. Walaupun mereka belum tahu, apakah besok mereka masih diberikan kesempatan hidup atau tidak.

Gadis itu melihat ke arah Bagas, mencoba menyelami apa yang ada di pikirannya. Seandainya saja, laki-laki itu mau berbagi keluh kesahnya, dia akan dengan senang hati meringankan beban Bagas. Andai saja.

Tetapi Bagas tetaplah Bagas, dia adalah salah satu orang paling keras kepala yang pernah ia temui. Bagas adalah orang pertama yang berani dengan tegas menolak untuk mengantarkan Chelsea pulang. Padahal, semua laki-laki berbaris untuk bisa dekat dengannya. Alasannya waktu itu adalah dia tidak ada waktu, padahal Chelsea lihat dia sedang melamun di kantin.

Usut punya usut, dia malu kalau mengantarkan Chelsea pulang. Karena dia tidak punya mobil, hanya vespa butut peninggalan ayahnya yang dia punya. Dari situlah, rasa penasaran gadis itu makin tinggi, dia sampai meminta bantuan pada Kai untuk mendekatkannya dengan Bagas. Beruntungnya, ternyata laki-laki itu juga menyukai Chelsea, tapi terlalu pesimis untuk mendekatinya.

"Mau es krim?" tawar Bagas tiba-tiba.

Chelsea mengangguk, lalu dengan cepat laki-laki itu berlari kecil menuju minimarket rumah sakit, membeli beberapa es krim cokelat dan juga dua kotak susu stroberi. Setelah membayar, dia berjalan menuju gadis itu lagi, dan memberikan eskrim serta sekotak susu untuknya.

"Masih inget sama kesukaan aku ya?" tanya Chelsea. Bagas hanya tersenyum tipis,

"Aku gak lagi amnesia kok Chel." ucapnya.

"Tapi kamu emang lagi amnesia."

Kening Bagas berkerut, dia heran dengan kata-kata Chelsea barusan. Apa maksud gadis itu? Dia kan tidak sedang sakit, jadi amnesia seperti apa?

"Kamu aja lupa kalau kamu pernah janji mau jagain aku terus." Ucap Chelsea, lalu memakan es krimnya. Laki-laki itu menghela nafas,

"Chel, jangan mulai deh."

"Iya, maaf."

Hening. Mereka sama-sama sibuk menghabiskan es krim yang ada di tangan masing-masing. Chelsea memandang es krimnya, benda itu kalau di biarkan di udara terbuka akan mencair. Lalu ia melihat ke arah Bagas, apa laki-laki itu sama seperti es krim ini? Jadi ketika Chelsea mencoba menghangatkannya, dia malah hancur.

Sadar jika sedang diperhatikan, laki-laki itu menoleh ke arah Chelsea, "kenapa?" tanyanya.

"Kamu putusin aku karena aku terlalu sayang sama kamu?" gantian Chelsea yang bertanya, sementara Bagas hanya kebingungan.

"Maksudnya?"

"Kamu kemarin bilang, kalau kamu gak mau liat aku makin sakit karena rasa sayang aku yang makin besar ke kamu. Bener, kan?"

Bagas mengangguk, gadis itu benar. Kalau dipikir lagi, bukannya dia tidak mau dicintai oleh orang yang dia cinta, tetapi keadaan yang tidak bisa menyatukan mereka.

"Kalau kita terus sama-sama, apa perasaan kamu ke aku juga makin besar Gas?"

Lagi dan lagi laki-laki itu mengangguk, gadis itu selalu tepat. Bahkan sampai sekarang saja, dia masih bimbang untuk mengajak Chelsea untuk berkencan dengannya lagi. Sampai kapanpun, gadis itu akan selalu menjadi pemilik hatinya.

"Aku selalu sayang sama kamu, Chel. Rasa sayang aku gak akan pernah hilang, dan akan terus bertambah besar. Aku mau kita pisah, karena aku mau kita terbiasa kalau nantinya kita bener-bener harus pisah. Memiliki kamu itu adalah sakit yang ngebuat aku bahagia Chel. Aku seneng lihat kamu ketawa, lihat kamu manja sama aku,"

Remaja dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang