Chapter 35: Pesan Yang Tak Pernah Tersampaikan

23 3 6
                                    

Badan Zeta langsung mematung, pendengarannya tidak salah kan? Kaivan? Tidak, dia pasti salah dengar. Laki-laki itu pasti baik-baik saja.

"Kaivan... kenapa?" ucapnya pelan. Tatapannya sudah kosong, dalam hati kecilnya ia berharap jika Chelsea salah bicara atau dia yang salah dengar.

"Kaivan meninggal, Ze." Tangis Chelsea pecah, Bagas mengusap lembut pundaknya. "Chel, udah." Tenangnya.

Tidak mungkin. Baru saja Kaivan mengiriminya pesan untuk menemui laki-laki itu di bukit. Chelsea pasti salah informasi, laki-laki itu pasti masih menunggunya.

Kaivan tidak akan pernah pergi meninggalkannya.

"Lo salah kali, kak? Kai baru aja chat gue, dia nunggu gue di bukit sekarang." Ujarnya sambil tertawa miris. Chelsea melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya sendiri, lalu menatap Zeta, "Kaivan kecelakaan dari arah bukit, Ze."

"Sekarang dia ada di rumah sakit." Terangnya,

Zeta menggeleng, tidak mungkin. Gadis itu tak percaya jika Kai celaka. Ia tak bisa mempercayai semua berita itu jika ia tak melihatnya langsung.

"Enggak, Kaivan gak kenapa-napa, dia masih nunggu gue disana. Ayo kesana sekarang, gue mau ketemu dia." Zeta bergegas masuk ke rumahnya, bersiap-siap. Chelsea dan Bagas hanya saling pandang, mereka merasa kasihan pada Zeta. Dia pasti sangat kaget dan terpukul ketika mengetahui bahwa Kai sudah tiada. Jangankan gadis itu, Chelsea dan Bagas saja juga sangat kaget dan syok.

Seorang wanita paruh baya keluar rumah, itu adalah ibu Zeta, tante Indah. Dia heran melihat anaknya yang terkesan tergesa-gesa masuk kamar. Dia bermaksud untuk bertanya pada dua teman Zeta yang datang.

"Ada apa, dek?" tanyanya.

Chelsea diam sebentar, ia takut jika ibu Zeta juga akan terpukul mendengar berita ini. Mengingat laki-laki itu sudah berjasa besar dalam keluarganya karena telah menjaga Zeta selama gadis itu mengungsi di rumah Kai.

"Kaivan..." ucapnya menggantung. Indah makin penasaran, ada apa dengan laki-laki itu? Apa dia sedang ada masalah?

"... meninggal, tante."

"Innalillahi wa innailaihirojiun..."

Indah benar-benar terkejut dengan berita tersebut. Ia tak menyangka jika laki-laki itu akan pergi secepat ini. Pantas saja Zeta seperti orang kesetanan. Dia pasti sangat terpukul. Padahal baru tadi siang mereka berpisah.

"Meninggal kenapa?" tanya Indah. Chelsea menghela nafas, "Kecelakaan, tapi kita belum tahu, itu kecelakaan tunggal atau memang disengaja." Ujar Chelsea.

"Sampaikan belasungkawa tante ke keluarganya ya. Nanti kabari tante kalau mau dimakamkan, biar tante kesana." Ucap Indah. Chelsea dan Bagas sama-sama mengangguk, lalu Zeta keluar dari kamarnya. Dia sudah siap, matanya memancarkan harapan yang besar jika berita gadis itu salah.

"Ayo, kak. Anterin gue ke bukit, Kaivan pasti masih disana. Gue yakin." Ujarnya pasti. Indah melihat Zeta dengan tatapan miris, ia merengkuh gadis itu, "Neng, di ikhlaskan saja ya? Dia nanti berat disana, kasihan." Ucapnya.

Zeta menggeleng, air matanya mulai menetes, "Enggak bu, Kaivan masih ada. Dia gak bakal ninggalin aku. Mereka ini pasti salah informasi!" kekeh Zeta. Sang ibu hanya mengusap-usap pundak gadis itu, menenangkannya.

"Neng, udah, ikhlasin ya?" ucap ibunya. Zeta menangis, ia tetap menggeleng.

"Kaivan janji gak akan ninggalin aku, bu." Rengeknya. Chelsea tak kuat melihat Zeta yang menangis di pelukan sang ibu, ia membalikkan badannya, berusaha menahan tangis. Bagas langsung sigap memeluk gadis itu sembari mengusap punggungnya.

Remaja dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang