Chapter 33: Acceptance

15 1 12
                                    

Pagi sudah datang, Adis membuka matanya perlahan. Dia melihat Lyly yang masih terlelap disampingnya. Semalam mereka banyak bercerita, tentang kehidupan, sampai masalah cinta. Dia lega karena kini adiknya sudah bisa menerima dia apa adanya.

Semalam gadis itu bercerita secara rinci mengenai siapa sosok pria itu, bagaimana dia memanipulasi Lyly hingga dia merasa aman. Setelah mendengar semuanya, hatinya seperti teriris. Adiknya hanya korban, dia hanya kekurangan kasih sayang dari orangtuanya, sampai dia mencari kasih sayang itu pada orang lain, dan pada akhirnya dia mengambil keputusan yang salah.

Adis mengusap pelan rambut adiknya, gadis itu tidur sangat lelap. Mungkin beberapa hari ini ia tak bisa tidur, jadi sekarang dia sampai tak terusik sama sekali.

Lyly masih tetap terlelap, Adis jadi tak tega. Dia memutuskan untuk membeli sarapan terlebih dahulu, nanti dia akan membangunkan gadis itu jika makanan sudah siap. Ia bergegas mengambil jaketnya, lalu berjalan keluar rumah, mencari penjual makanan di sekitar rumahnya.

"Bu, nasi uduknya dua." Pesan Adis pada penjual nasi uduk. Wanita paruh baya itu mengangguk, lalu membuatkan pesanan Adis. "Lauknya pakai apa, neng?" tanyanya.

"Satunya ayam, satunya telur aja bu. Sama mau mendoan gorengnya lima." Ujarnya.

Adis ingat, Lyly sangat suka sekali dengan ayam goreng. Kalau ada lauk itu di rumah, ia pasti akan makan dengan sangat lahap. Maka dari itu, hari ini dia membelikan ayam goreng untuk Lyly.

Selepas membeli sarapan, dia langsung kembali ke rumah, ia melihat Lyly baru saja selesai mandi. Diletakkannya bungkusan makanan yang baru saja i beli di meja, tak menunggu lama, ia pun menata makanan itu di piring.

"Ly, sarapan yuk. Itu udah gue beliin nasi uduk sama ayam goreng." Ucap Adis. Lyly tersenyum kegirangan, ia berlari kecil menuju ruang makan.

"Asikk, mana kak?" ia celingukan melihat makanan di meja, saat ia sudah menemukan apa yang dicari, tangannya secara otomatis bergerak untuk mengambil potongan paha ayam goreng itu. Adis menepuk lengannya pelan, "Kalau makan sambil duduk, baca doa dulu." Ujarnya.

Lyly meringis, ia cepat-cepat duduk di meja makan dan membaca doa. Setelah itu, ia langsung menyantap makanan yang ada didepannya. Adis tertawa kecil, rupanya gadis itu masih menjadi adik kecilnya yang lucu. Tangannya terangkat mengusap rambut gadis itu pelan.

"Pelan-pelan aja kalau makan, gak ada yang mau ambil ayam lo kok."

Lagi-lagi Lyly meringis, ia memelankan gerakannya. Lalu Adis berdiri, mengambil susu di dapur dan beberapa vitamin. Ia memberikan itu pada Lyly.

"Minum dulu vitaminnya, terus, habis itu lo minum susu. Tapi minumnya jangan langsung bareng ya, dijeda dulu lima belas menit." Nasehat Adis.

Tiba-tiba Lyly diam, ia melihat ke arah Adis, "Hari ini papa sama mama pulang ya?" tanyanya. Adis mengangguk, ia menghela nafas. Adiknya pasti masih takut, membayangkan jika nanti ia harus berterus terang pada kedua orangtuanya. Adis mengelus pundak Lyly pelan, "Pelan-pelan aja." ucapnya.

"Biarin mama sama papa istirahat dulu, baru setelah mereka santai, lo ngomong ke mereka." Usul Adis. Lyly mengangguk, ia memegang tangan Adis di pundaknya, "Temenin gue." Adis hanya tersenyum tipis, lalu mengeratkan genggaman tangan Lyly, "Pasti."

***

Daritadi Chelsea melihat dirinya di cermin. Hari ini ia harus terlihat cantik, karena Bagas akan menjemputnya dan mereka akan pergi ke sekolah bersama. Hal yang selama ini dia inginkan perlahan-lahan mulai terkabulkan. Mulai dari Bagas yang kembali ke pelukannya, mengumumkan hubungan mereka yang selama ini ditutupi, sampai dengan berangkat ke sekolah bersama.

Remaja dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang