Chapter 23: Manisnya Samuel

19 2 9
                                    

Adis mengerjapkan matanya, "Hah? Gimana?" tanyanya pelan. Dia menatap Samuel yang masih berdiri, seraya menatap semua siswa dengan pandangan menantang.

"Adis itu cewek gue. Jadi kalau lo semua ngebully dia, lo berurusan sama gue. Paham?" tegasnya. Gawat, laki-laki itu membuat ulah baru lagi. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa dia makin dibenci oleh teman-temannya!

"Sam, lo apaan sih?" ucap Adis sembari menarik-narik tangan Samuel. Dia tidak mau membuat masalah baru lagi. Tapi laki-laki itu seolah tak peduli, dia berkata, "Udah deh, Dis. Percaya sama gue."

Zeta yang menyaksikan hal romantis itu pun mendekat ke arah Adis, lalu menyenggol lengannya, "Awww, jadi udah resmi nih?" godanya. Terlepas dari benar atau tidaknya perkataan Samuel tadi, dia tetap senang. Setidaknya, gadis itu benar-benar didekati oleh laki-laki yang baik seperti Samuel.

"Ze, gak gitu." Kilah Adis. Zeta tertawa kecil, gadis itu rupanya masih malu-malu.

"Ngaku aja gak papa kali, Dis. Omong-omong nih, Samuel romantis juga ya, ngakuin hubungan kalian di depan banyak orang?" Zeta tetap menggoda gadis itu, sementara Adis merasa pipinya memanas.

"Apaan sih, gue sama dia gak jadian." Alibinya.

"Ah, pakai malu segala, mbak Adis." Adis jadi gondok, Zeta tidak akan berhenti menggodanya jika sudah seperti ini.

"Samuel tuh—"

"Perhatian, para murid silahkan berkumpul ke tengah lapangan sekarang juga." ucapan Adis terpotong oleh pengumuman dari panitia, dia menghela nafas. Ya sudahlah, daripada harus ribut dengan Zeta?

***

Para panitia kini sedang membagi kelompok permainan, Zeta, Kaivan, Samuel, dan Chelsea masuk ke tim yang sama, sekarang hanya tersisa dirinya yang belum mendapatkan tim. Guru olahraganya masih sibuk melihat daftar nama murid di kertas, hanya tinggal dia dan Vanila yang belum mendapatkan kelompok.

"Vanila Shaqueena, silahkan masuk ke tim A."

"Lysandra Amadis, masuk ke tim B."

Ah, sayang sekali, dia berbeda kelompok dengan teman-temannya.

"Permainan kali ini adalah bola beracun. Jadi tim yang terpilih sebagai tim pelempar, harus melempar bola ini mengenai lawannya. Batas tubuh yang diperbolehkan untuk dikenai lemparan adalah lutut ke bawah, karena kemungkinan bisa saja cedera." Jelas sang guru olahraga. Adis menggigit bibirnya, permainan ini sepertinya agak menakutkan.

"Agak serem juga..." ucapnya pelan. Samuel mendengar gumaman Adis, dia tersenyum kecil, "Santai aja Dis. Seru kok ini." Tenangnya.

"Sudah siap semua?" Para murid pun berpencar, menduduki posisi masing-masing. Lalu pria paruh baya itu mengangkat tangan kirinya, dan mulai meniup peluit.

Prittttt....

Tim B yang bertugas menghindari serangan dari bola tim lawan pun lari berhamburan, ada yang sengaja berlari diantara semak-semak, ada yang dengan gesit berlari di seputaran tim A. Adis pun berlari sekuat tenaga, berusaha menghindari bola. Dia melihat Anya, teman sekelasnya, yang sedang berlari di depannya. Dia juga melihat Jatmiko yang memasang strategi untuk mengenai bola ke Anya.

"Anya, awas, sebelah kanan!" teriak Adis pada gadis itu.

Sett...

Lemparan bola Jatmiko meleset, Anya pun lolos dan terus berlari. Adis kembali melihat sekitar, berusaha waspada jika ada bola yang menuju arahnya.

Wush!

Bola beracun itu hampir mengenai kakinya, tapi Adis berhasil menghindar dengan cara berhenti. Kalau tidak, dia akan kalah.

Remaja dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang