Chapter 20: Ulang Tahun Rania

19 3 11
                                    

"HADUH! YA ALLAH! SAKIT BANGETTT INI!"

Kaivan meraung kesakitan. Zeta yang sedang mengobatinya jadi ikut kaget. Laki-laki itu sejak tadi mengaduh kesakitan. Yah, salah sendiri, kan dia yang berinisiatif untuk melawan preman tadi dengan tangan kosong?

Melihat Kaivan yang seperti cacing kepanasan, dia jadi geram sendiri. Bisa-bisa, nanti dia dituduh macam-macam oleh pekerja disini. Padahal kan, dia hanya membantu laki-laki ini mengobati lukanya.

"Kak Kai jangan banyak gerak, ih! Nanti gue dikira ngapa-ngapain!" kesal Zeta. Kai hanya meringis kesakitan, dia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa sakit yang tanpa ampun menyerangnya.

"Sakit Ze, ya ampun.." keluhnya.

Zeta melanjutkan mengobati luka laki-laki itu pelan-pelan. Setelah membersihkan lukanya dengan alcohol, dia meneteskan beberapa obat merah ke kapas, lalu menempelkan kapas itu ke luka Kaivan dengan sangat pelan. Diluar dugaan, laki-laki itu langsung berteriak kencang,

"ADUHH GUSTI! KAIVAN TOBAT YA ALLAH, MAAFIN KAIVAN!" teriaknya panik. Zeta berusaha keras menahan tangan laki-laki itu agar diam, lalu membalut lukanya dengan plester.

"Udah, udah. Udah selesai nih." Ucapnya. Ia lalu melihat ke arah Kai yang mulai tenang, dia menghela nafas. Kenapa laki-laki itu rela masuk ke dalam situasi bahaya demi dirinya?

Dia lalu mengemas kembali kotak p3k itu, dan mendekat ke arah Kai, "Makanya, lain kali jangan sok-sokan berantem, deh." Ujarnya pelan.

Kaivan mendongak, melihat Zeta yang wajahnya berubah menjadi sendu. Apa gadis itu mengkhawatirkannya?

Dia bukannya sok jagoan, tapi dia tidak bisa melihat gadis itu dalam bahaya. Entah apa yang dipikirkannya waktu itu, hingga mau melawan tiga preman sekaligus dengan tangan kosong. Padahal, dia tahu resikonya sangat berbahaya.

"Kan mau nolongin lo." Ucap Kaivan.

"Ya kalau jadinya kayak gini mending gak usah. Masih mending kalau cuma gini, kalau mereka bawa senjata terus keadaan lo lebih parah gimana? Misalnya sampai meninggal gitu?"

Ada nada seperti bersalah dalam ucapan Zeta. Gadis itu benar-benar khawatir, Kaivan memeluk gadis itu, lalu mengusap rambutnya pelan, berusaha menenangkannya.

"Kok mikirnya jauh banget Ze?" tanyanya. Zeta mati-matian menahan air matanya, sedikit dia akui, dia takut terjadi apa-apa dengan pria itu.

"Gue cuma takut lo kenapa-napa, kak." Ucapnya. Kaivan tersenyum jahil, dia mengusap punggung gadis itu,

"Mulai khawatir ya sama gue? Asik!!" goda Kai. Zeta yang awalnya sendu, berubah menjadi kesal. Kapan sih Kai bisa serius? Ia pun melepaskan pelukannya, lalu menekan luka di dada Kaivan dengan sangat kuat.

"ADUH!!"

***

Adis melihat Raka yang sedang sibuk membuat buket bunga. Dia tersenyum tipis, pasti itu untuk Rania. Gadis itu akan berulang tahun besok, jadi Raka tengah sibuk mempersiapkan kejutan untuk Rania. Andai saja, dia juga melakukan hal yang sama pada saat ulang tahunnya, dia akan sangat senang.

Boro-boro kasih surprise, ngucapin aja gak pernah!

Raka masih sibuk merangkai bunga-bunga itu menjadi satu, sementara Adis harus menggantikannya menjadi kasir sekaligus barista. Dia paham kalau laki-laki itu sedang tidak mau diganggu, jadi, biar dia saja yang menggantikannya.

Ternyata sudah satu jam berselang, Raka baru saja menyelesaikan buket bunga spesialnya. Adis memandang buket bunga itu takjub. Raka benar-benar totalitas membuatnya. Siapa gadis yang tidak akan kagum kalau diberi buket bunga yang dirancang khusus sendiri?

Remaja dan Lukanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang