*please play the audio while you read this part*
Sudah beberapa jam berlalu, mereka sepertinya sudah lelah bercengkrama. Ditambah Chelsea yang sudah menahan kantuk dari tadi sore. Alhasil, gadis itu tidur sambil meletakkan kepalanya di bahu Bagas. Dia sudah lelah selama satu hari ini, tapi dia bahagia karena malam ini Bagas membuatnya menjadi orang yang paling istimewa.
Bagas mengusap pipi gadis itu, dia membenarkan selimut Chelsea, mengecup keningnya perlahan. Lama sekali dia menatap gadis itu, dia sangat menyayangi gadis ini. Dan dia harap, dia bisa terus bersama dengannya. Tapi itu hanya harapan kosong yang tidak akan pernah terjadi. Dia memang sengaja membuat kejutan kecil ini untuk Chelsea. Kai yang membujuknya untuk menjemput gadis itu. Awalnya dia tidak mau, tapi setelah beberapa kali paksaan dan sebuah perjanjian, dia akhirnya luluh.
"Sekali ini aja, lo jemput dia, Gas. Pakai mobil gue." Kai menatap Bagas dengan tatapan memohon. Dia berusaha meyakinkan sahabatnya itu untuk menuruti keinginannya. Chelsea hanya butuh perhatian dari Bagas, bukan dirinya.
"Gue gak bisa, Kai." Bagas pun tetap sama, dia tidak mau menuruti keinginan Kai, dia takut, gadis itu semakin tidak lepas darinya, dia tidak mau itu terjadi. Kai terlihat menghela nafas, lalu dia melihat arah lain,
"Katanya lo mau bahagiain Chelsea? Jagain dia? Mana buktinya?" ucapnya.
"Iya, tapi lo tahu kan kalau gue kayak gitu, dia makin gak bisa lepas dari gue."
"Gue mohon, cuma hari ini aja, lo bahagiain Chelsea..." Akhirnya, Bagas pun mengangguk setuju. Karena, dalam hatinya, dia juga mau membahagiakan gadis itu..
Bagas menghela nafas, beruntung dia masih memiliki sahabat seperti Kai yang mau mendukung hubungan antara dirinya dan Chelsea. Walaupun dia sering pesimis, omongan Kai yang terkesan ceplas-ceplos terkadang membuatnya sadar kalau dirinya sudah kelewat batas.
Iya, dia pernah berjanji untuk selalu menjaga Chelsea di depan gadis itu dan juga Kai. Dia mengatakan itu saat menyatakan cintanya kepada Chelsea. Tentu saja dengan sedikit bantuan dari Kaivan. Saat itu, dia membawa gadis itu ke rooftop sekolah. Kaivan berjaga di pintu rooftop, mengawasi kalau ada siswa sekolahnya yang ingin bolos kesana.
"Aku mungkin lancang karena udah berani nyatain perasaan aku ke kamu. Tapi aku sayang sama kamu, Chel. Sekarang, di hadapan kamu, Kai, dan juga ada Tuhan yang selalu lihat aku, izinin aku buat jagain kamu, dan bikin bahagia setiap harinya."
Mata gadis itu berkaca-kaca, ia dengan cepat mengangguk.
"Aku izinin kamu masuk ke kehidupan aku, Fathee Bagaskara."
Dia tersenyum mengingatnya, saat itu dia terlalu percaya diri, berpikir kalau dia akan bisa membahagiakan gadis itu dengan caranya yang sederhana. Padahal, kastanya dan Chelsea berbeda, juga ada benteng yang sangat tinggi di antara keduanya.
Bagas mengusap pelan tangan gadis itu, dia melihat jam tangannya. Sudah tengah malam, pikirnya. Dia berusaha membangunkan gadis itu, tapi sepertinya Chelsea memang sudah lelah, dia tidak terusik sedikitpun. Akhirnya Bagas memutuskan untuk menggendong gadis itu masuk ke dalam rumahnya, dia naik ke lantai atas menuju kamar Chelsea, dan membaringkannya disana.
Sekali lagi, dia menatap wajah cantik gadis itu, lalu tersenyum. Ia mengecup keningnya cukup lama, dan menyelimuti tubuh gadis itu.
"Selamat malam, cantikku. Aku harap, kamu selalu bahagia, ya."
***
Zeta terbangun karena suara berisik di sekitarnya. Dia melihat ke arah jam, sudah pukul satu pagi. Suara ini, terdengar seperti suara tangisan yang sangat lirih. Dia jadi merinding sendiri, ia teringat dengan film horror yang dia tonton kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja dan Lukanya [END]
Novela JuvenilTentang enam remaja yang berusaha mencari jati dirinya, tetapi masing-masing mempunyai luka yang masih belum tuntas. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Tentang gadis be...