Adis terjatuh di tanah dengan luka memar di pipinya. Zeta yang melihat hal itu panik bukan kepalang. Dia membawa gadis itu menjauh dari Kaivan dan Raka, sementara Adis menatap Raka nanar, kenapa dengan laki-laki itu? Tidak biasanya dia sampai terbawa emosi seperti ini.
"Berhenti. Jangan ribut, kalian kenapa sih?!" ucapnya pada Raka dan Kai. Raka terlihat menunduk, sedikit menyesal dengan apa yang baru saja terjadi.
"Dis, maaf gue gak sengaja." Ucap Raka sambil menatap gadis itu dengan tatapan bersalah.
"Lo kenapa sih, Ka? Gak biasanya lo emosi sampai mukulin orang kayak gini. Lo marah sama gue karena bawa Samuel ke kafe?" Adis menghela nafas kasar, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Raka sekarang. Dia boleh saja marah dengannya, tapi Raka juga melakukan hal yang sama kan? Membawa Rania ke kafe. Jadi, tidak ada salahnya dia mengajak Samuel. Toh, laki-laki itu hanya sekedar mengerjakan tugas sekolah. Raka benar-benar sudah berubah sekarang.
"Gak gitu maksud gue, Dis." Raka mendekat ke arah Adis, namun ia mengurungkan niatnya kala Samuel menahan tubuhnya. Laki-laki itu melihat ke arah Raka dengan tatapan sinis.
"Jangan sentuh Adis lagi. Lo sentuh dia, lo habis di tangan gue." Ancam Samuel. Raka menghela nafas, dia tetap melihat ke arah gadis itu.
"Gue cuma mau ngundang lo ke acara ulang tahun Rania, Dis. Tadinya gue mau minta bantuan Zeta buat ngomong sama lo, tapi dia marah dan ngatain Rania cewek gak bener. Makanya, gue marah dan lepas kendali. Tapi sumpah, Dis, gue gak bermaksud buat mukul lo kok." Jelas Raka.
Adis terdiam sejenak, menemani Raka ke acara ulang tahun Rania?
Dia menatap Zeta, lalu gadis itu mengangguk kecil, membenarkan ucapan Raka. Sebenarnya Zeta berbicara seperti itu karena sudah muak dengan tingkah Rania. Gadis itu hanya berlagak baik di depan Raka. Tapi sialnya, topeng Rania masih belum ketahuan sampai sekarang.
"Cuma karena itu, Ze?" tanya Adis memastikan.
"Iya, tapi gue marah bukan cuma karena hal itu, Dis. Raka tahu kalau lo suka sama dia, dan dengan teganya dia ngajak lo buat ikut kasih surprise ke Rania. Itu cuma bikin lo sakit hati nantinya." Bela Zeta. Adis mengangguk paham, ah, untuk itu rupanya. Dia terlalu percaya diri ketika Raka memintanya untuk datang bersama ke ulang tahun Rania. Dia pikir, laki-laki itu akan mengajaknya sebagai partner.
"Yaudah, gue mau dateng ke ulang tahun Rania." Putusnya.
Zeta melotot, dia kaget dengan keputusan Adis baru saja. Semuanya pun sama, tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Adis.
"Lo gila? Jangan cari penyakit deh, Dis!" semprot Zeta.
"Cuma ke acara ulang tahun doang kali Ze."
"Ya terus lo tahan aja gitu, liat Rania sama Raka mesra-mesraan?!" Zeta benar-benar tidak terima dengan keputusan Adis. Nyari penyakit banget sih dia?! Dia malas kalau nanti harus mendengar gadis itu menangis karena orang itu lagi. Dia sudah lelah, tapi Adis juga tidak pernah mendengarkannya.
"Ze, gue sama Rania cuma sahabat!" ucap Raka membela diri. Zeta melihat ke arah Raka sinis,
"Omong kosong."
Rania tiba-tiba berlari ke arah Raka, gadis itu seperti terburu-buru. Dia mengatur nafasnya perlahan, lalu menepuk pundak Raka.
"Raka, ada yang pesen kopi, gue gak tahu cara bikinnya gimana." Ucapnya. Raka mengangguk, lalu melihat ke arah Adis sekilas, dan berlari kembali ke kafe. Rania melihat Adis yang keadaannya kacau, ada luka lebam di pipinya. Kenapa?
"Adis, kok muka lo kayak gitu sih? Kenapa? Gue obatin yuk." Tawarnya. Zeta yang melihat hal itu berdecih, lalu menatap Rania kesal.
"Gak usah sok baik lo, Adis kayak gini gara-gara lo." Ketusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja dan Lukanya [END]
Genç KurguTentang enam remaja yang berusaha mencari jati dirinya, tetapi masing-masing mempunyai luka yang masih belum tuntas. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Tentang gadis be...