Ruang kelas 12-A dipenuhi tawa, keluhan dan obrolan siswa-siswi yang tengah kelelahan setelah melakukan ujian olahraga dengan berlari memutari lapangan. Tubuh mereka dipenuhi keringat. Mata para siswa mendapatkan kenikmatan duniawi saat mereka melihat butiran-butiran keringat mengalir dari kening dan leher para siswi.
Hampir semua siswa kelas itu mengikuti ujian itu. Iya, hampir karena ada satu siswi yang tidak ikut. Adinda Larasati kini tengah duduk di sudut kelas sembari menenggelamkan wajahnya di atas tasnya. Ia gadis kurus kering pendek dengan jerawat merah di sekujur wajah, leher dan punggungnya. Rabut keritingnya hitam pucat menandakan tidak dirawat. Sesekali rambut depannya menutupi wajahnya, menyentuh jerawatnya dan menumbuhkan jerawat lainnya.
Roman wajahnya pucat kebingungan. Dalam hatinya ia melontarkan sumpah serapah, mengutuk dirinya sendiri karena telah memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Dengan sedih ia berharap ia tidak pernah pindah ke SMA 13 Depok ini. Ia lebih senang bersekolah di Pemalang, Jawa Tengah. Tinggal bersama Kakeknya, meminum jamu di teras rumah sembari mendengar cerita horror Jawa.
Dan harapannya untuk selalu tinggal Bersama kakeknya harus pupus saat Tuhan memanggil kakeknya enam bulan yang lalu dan semenjak itu pula Adinda terpaksa pulang ke Depok, tinggal ibunya dan ayahnya. Belum sembuh Adinda dari dukanya, cerita hidupnya kembali diberi ujian. Ayahnya yang bekerja sebagai pedagang sate ayam, ditemukan tidak bernapas di got dekat rumahnya dengan dada dan leher penuh tusukan kecil. Dugaan polisi adalah ayahnya ditusuk dengan tusukan sate.
Sama seperti kasus pembunuhan lain di Indonesia, hingga hari ini polisi belum menangkap pelaku di balik pembunuhan tersebut. Dan semenjak kematian suaminya, ibu Adinda, Dewi Ayu, divonis mengalami salah satu penyakit gangguan mental, Bipolar.
Botol minuman plastik itu mengenai kepala Adinda. Wajahnya terangkat, menoleh ke kanan-ke kiri. Para siswa menertawainya, membuatnya seperti domba di tengah kumpulan singa. "Woi, kurat, kenapa lo nggak ikut ujian tadi?" tanya Defanty dengan nada kesal. Kurat adalah singkatan dari kurus jerawat, julukan siswa kelas 12-A untuk Adinda.
"Tubuh kurus kaya cacing kurang gizi gitu mana kuat buat lari," timpal yang lain, menjadikan Adinda pemeran utama dalam pentas komedi lawak. Adinda diam, terpojok oleh kata-kata mereka, dan mulutnya terbisu seakan sadar ia tidak bisa melawan. Wajahnya terangkat, membuat siswa-siswi bergidik ngeri melihat jerawatnya mirip bayi hendak muntah atau gunung yang siap Meletus, mengeluarkan batu, cairan hijau, bahkan sangking jijiknya mereka pada jerawat Adinda, mereka menyebarkan hinaan bodoh bahwa jerawat Adinda bisa mengeluarkan tai.
Adinda bangkit dari duduknya, berdiri membisu di tengah pandangan para siswa. Ejekan semakin memanas saat Adinda merasakan ada darah yang mengalir turun pada kakinya, membuat sengatan perih di selangkangannya.
"Anjing, Kuret, kamu haid!" teriak Imas saat ia merasakan kejijikan melihat tetes-tetes gelap darah yang membentur ubin. "Kuret, kamu sudah gila?!"
Adinda memandangi sekelilingnya dengan wajah bodoh, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kakinya seakan lumpuh total. Semua mata memandangnya dengan tatapan mual. Bahkan Imas membalikkan badan dan melakukan gerakan pura-pura muntah. Adinda melirik ke bawah, ke dirinya sendiri. Ia pun mendapati cairan darah itu telah menciptakan jalur hingga kakinya.
Alpha, pacar Defanty, mendekati Adinda sembari menutup mulut seakan ia ingin muntah. Bukannya membantu, Alpha malah menarik kerah seragam Adinda dan menyeretnya keluar kelas, "Bersihin diri lo di kamar mandi, dasar kuret!"
Air matanya mengalir deras di sudut kamar mandi. Kini Adinda sedang memandangi wajahnya sendiri di cermin sekolah. Ia amati bayangan wajahnya sendiri. Ia benci wajahnya, wajah yang lebih buruk dari wajah babi, bodoh, jerawat yang lebih mirip kutukan, dan kerumunan komedo hitam di hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis Toilet
Short StoryBuku Penulis Toilet adalah kumpulan cerita pendek yang menjadi wadah penulis untuk menuangkan imajinasi liarnya. Dengan seguhan cerita-cerita yang menarik dan nyentrik, penulis berharap para pembaca mampu menikmati setiap cerita yang termaktub di da...