Si Gila dan Pembunuhan Pertamanya

1 0 0
                                    

Gramedia Depok ramai dikunjungi para pengunjung hari Senin lalu. Pasalnya mereka mendengar ada perilisan novel terbaru berjudul I'm a Writer. Bukan hanya karena genre novelnya yang mengusung genre mystery and thriller, namun di situs resmi penerbitnya tercantum bahwa novel ini diangkat dari kisah nyata seorang penulis yang hingga kini masih diburu. Penerbit menuliskan nama penanya adalah Si Gila.

Beberapa minggu yang lalu, tepatnya semenjak Februari 2020, pihak kepolisian Depok dibuat garuk kepala karena rentetan kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh seseorang. Iya, pihak kepolisian mengalami kesulitan karena mereka menilai bahwa pembunuh adalah orang yang profesional. Menelisik dari bagaimana dia meninggalkan TKP dengan bersih tanpa jejak.

Kerumunan orang-orang yang hendak membeli novel seharga 120 ribu itu tidak bisa ditahan. Pihak gramedia berupaya keras agar para pengunjung tetap tertib. Dan hasilnya, 7500 novel terjual dalam kurun waktu 30 menit. Sebuah rekor baru dalam penjualan gramedia.

Seorang anak kecil perempuan yang menggilai novel bergenre mystery and thriller bernama Sabrina Alexa tersenyum lebar tatkala ia berhasil mendapatkan novel yang digadang-gadang akan membuat gembar dunia literasi. Meskipun umur Sabrina baru menanjak 10 tahun, kecintaannya pada novel melebihi kecintaanya pada mainan, baju atau alat kecantikan.

Di tangga masuk gramedia Depok, Sabrina merobek plastik novel tersebut lalu mencium aroma kertasnya. "Bagaimana bisa aroma sebuah buku lebih nikmat ketimbang aroma parfum manapun?" tanyanya pada diri sendiri.

Tidak mau lama lagi, ia membuka halaman pertama novel yang memiliki sampul berwarna hitam polos tanpa gambar itu.

Kata pengantar

Saya tidak ingin berterima kasih pada Tuhan atas kepeduliaannya pada saya. Tidak-tidak. Saya akan disebut terlalu naif jika berterima kasih padaNya sekarang. Toh, hubungan saya denganNya sudah memburuk semenjak sepuluh tahun lalu. Saat Ia mengambil ibu saya tanpa seizin saya. Seharusnya yang Ia ambil itu saya, karena saya telah mengecewakan ibu. Semenjak itu, saya sudah tidak mau lagi berhubungan dengan Tuhan.

Saya menulis novel itu karena saya sadar bahwa saya bisa saja tiba-tiba mati dan satu-satunya cara agar tetap abadi adalah dengan menulis.

Lantas pertanyaan baru kembali muncul di benak saya, "Apa yang hendak saya tulis?" Pertanyaan itu menghantui pikiran saya karena saya tidak bisa menulis dua kisah remaja tolol yang hidup dalam nuansa cinta. Terlebih lagi karena saya memang tidak percaya cinta.

Suatu hari, saat saya sedang bingung mencari bahan untuk menulis, saya bertanya pada diri sendiri, "Apa yang selalu diingat oleh seseorang?" dan saya menjawab, "Rasa sakit hati dan kekecewaan." Tapi pertanyaan yang lain muncul, "Memangnya saya pernah merasakan sakit hati atau kecewa?" dan kembali saya menjawab, "Tidak. Saya tidak pernah merasakan sakit hati." Lagi dan lagi pertanyaan yang lain muncul, "Lalu bagaimana caranya kamu bisa merasakan sakit hati?" dan tiba-tiba pikiran itu muncul, "Saya harus menciptakan rasa sakit hati saya sendiri."

Seseorang memanggil Sabrina tatkala ia sedang dibuat tercengang oleh kata pengantar Si Gila. Sabrina menoleh dan mendapati ibunya melambaikan tangan padanya. Sabrina mendekatinya dan bertanya, "Urusan Mamah udah selesai?"

Mamahnya mengusap rambut hitam pendek Sabrina dan menjawab, "Justru itu. Mamah mau ke Margo City, mau ketemu teman Mamah. Ada project psikologi besar tahun ini. Kamu mau ikut atau gimana?"

Sabrina menggelengkan kepala. "Nggak, Mah. Aku di sini aja." Ia menjawab seperti itu karena ia tahu bagaimana Mamahnya akan lupa waktu jika sudah bertemu temannya. Dan Sabrina tidak ingin terjebak dalam kecanggungan.

"Baik. Oh ya, kamu sudah dapat novelnya?"

"Sudah, Mah."

"Ingat ya. Mamah mengizinkan kamu membaca novel ginian agar menumbuhkan minat baca kamu, bukan daya kreasi kamu. Jangan sampai terbawa suasana. Paham?"

Penulis ToiletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang