Tuhan Tidak Ingin Aku Mati

1 0 0
                                    

"Tuhan! Gue pengen mati!" teriak seorang remaja lelaki berumur 15 tahun-an di sebuah gudang kosong. Seraya dirasuk setan, remaja itu menghancurkan semua barang yang ada di sekitarnya. Hati dan pikirannya sedang tidak baik saat ini, bahkan terbilang kacau. Gudang kosong dipenuhi teriakan dan kekesalannya.

Malam ini, tidak ada yang ingin ia lakukan kecuali berteriak sekencang-kencangnya, melepaskan semua kekesalan, membiarkan dirinya dianggap gila oleh setan, malaikat bahkan Tuhan. "Tuhan! Kenapa?! Kenapa Lo nyiptain gue kalo Lo sendiri tahu dunia nggak bakal nerima gue! Kenapa Lo ngebiarin gue hidup?!!"

Cahaya bulan masuk lewat celah-celah jendela yang sudah tertutup rapat. Remaja itu menjambak rambutnya sendiri, memejamkan matanya, dan kembali berteriak. Hingga detik ini, ia masih berusaha membebaskan sesuatu dalam pikirannya. Ia sendiri tidak tahu itu apa, tapi yang ia tahu, sesuatu itu telah menyiksa dirinya.

Di sudut langit ruangan, seekor cicak dan katak memperhatikan remaja itu dengan pandangan kasihan, membiarkan remaja itu bergerak kesana-kemari seperti orang yang tengah menari. "Cicak, ada apa dengan manusia itu?" tanya si Katak.

"Entahlah. Aku sering melihat manusia yang tidak menggunakan akal akhir-akhir ini. Mungkin mereka lebih baik daripada kita karena Tuhan memberikan mereka akal, namun terkadang mereka juga bisa lebih buruk daripada kita saat mereka tidak menggunakan akal," jawab si Cicak sembari memperhatikan remaja itu.

"Jadi, menurutmu dia gila?"

"Banyak orang gila di dunia ini karena hidup tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan."

"Darimana kamu belajar berkata seperti itu?"

Si Cicak mengedipkan mata lalu berkata, "Dari kehidupan."

Kedatangan dua orang remaja lelaki membubarkan pandangan si Cicak dan si Katak. Dari raut wajah dan postur tubuh mereka, si Cicak dan si Katak bisa menebak bahwa mereka lebih tua daripada remaja yang tengah berteriak itu. si Cicak dan si Katak mengambil langkah mundur, bersembunyi di bawah kursi yang patah.

Dengan satu kali gebrakan di atas meja, salah satu dari mereka berteriak, "Woi, Cacat! Sini lo!" Remaja yang dipanggil si Cacat hanya diam, menoleh ke arah mereka tanpa menampakkan ekspresi kecuali datar. si Cacat memandang mereka tajam. Merasa tidak dipedulikan, si pemanggil mengikis jarak. Ia mendekat dengan tangan terkepal. Si Cacat hanya bisa mematung saat kerah bajunya ditarik.

"Kenapa lo ngelihatin gue kaya gitu?! Nggak seneng?" tanya si pemanggil dengan nada menekan.

Tidak ada satu kata pun keluar dari mulut si Cacat. Ia tetap memandangi mata si pemanggil. Sebagai balasan, si pemanggil menghadiahkan si Cacat satu pukulan di rahangnya. Sedetik kemudian darah mengucur dari sudut mulutnya, membasahi deretan giginya. Meski begitu, si Cacat tidak mengalihkan pandangannya dari mata si pemanggil.

"Anjing nih anak, masih aja ngeliatin gue," hardik si pemanggil. Kembali ia menghajar si Cacat. Kali ini, si pemanggil menendang wajah si Cacat dengan sepatunya. Dilihatnya sudut mata si Cacat berdarah karena kulitnya robek.

"Bang---"

"Udah, Zir, lo mau bunuh dia?" tiba-tiba temannya menahan bahu si pemanggil, mendorongnya menjauh.

"Diem lo! Lo kan tahu apa yang udah dia lakuin sama orangtua gue!" bentak si pemanggil yang bernama Khinzir. Khinzir mendengus kesal setiap kali ia mengingat kejadian lima tahun lalu. Kejadian yang mengubah seluruh pandangannya tentang hidup. Kejadian yang tidak akan pernah ia bisa lupakanan. Kejadian yang merenggut semua keindahan dari hidupnya. Kejadian yang tidak pernah bisa ia percaya terjadi padanya.

Lima tahun lalu, saat dirinya tengah tertidur setelah mengerjakan tugas sekolah, mendadak dirinya terbangun saat mendengar orang-orang berteriak sembari berlarian keluar rumah. Untuk beberapa detik ia mencoba menjaga keseimbangan tubuhnya hingga pintunya terbuka dengan keras, ia melihat ibunya sudah ada di depan pintu mengenakan masker. Ibunya menurunkan maskernya dan berteriak, "Khinzir, cepat keluar. Ada kebakaran!"

Penulis ToiletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang