"Jika aku jatuh cinta, apakah aku salah?"
Hujan besar mengguyur kota Depok malam ini. Membasahi semua atap rumah, pohon-pohon dan jalanan. Suara gemeluk yang diciptakan air hujan memberi kesan menyeramkan. Semua orang berusaha mencari perlindungan, termasuk seorang perempuan berumur 28 tahun bernama Kasih. Perempuan berpakaian kebaya hijau itu berjalan terpaku-paku seraya menenteng satu tas putih berisikan pakaian, celana dan kebutuhannya. Pakaiannya sudah basah kuyup. Ia menutupi dadanya dengan satu tangan, takut ada mata-mata setan yang meliriknya. Kata ibunya dulu, "Sampai kiamat pun pria tidak akan bisa dipercaya omongannya, karena semua omongannya hanya bualan yang berujung pada penyesalan."
Bodohnya, Kasih telah jatuh di lubang ketololan itu beberapa tahun lalu, saat ia jatuh cinta pada seorang pria bernama Agus, pria tampan, karismatik dan pekerja keras itu telah membuatnya hanyut dalam arus deras sebuah hubungan. Awalnya Kasih menjauh karena selalu ingat dengan perkataan ibunya, namun bak batu keras yang selalu diteteskan air, ia hancur dan menyerah dengan usaha yang dilakukan Agus.
Betapa indahnya masa di mana seorang perempuan dikejar-kejar seorang pria. Perempuan itu pasti menganggap dirinya adalah permata mahal yang tidak boleh disentuh sembarangan. Sedangkan pria itu akan melakukan berbagai macam cara agar mendapatkan hati si perempuan; uang, bunga, bualan bahkan kejutan.
Kasih pun merasakan hal yang sama. Setelah berhari-hari menjauh dari Agus, ia pun luluh. Ia biarkan Agus memasuki ruang hati yang tidak pernah dimasuki siapapun. Hubungan itu tidak berjalan mulus. Mereka harus bertemu sembunyi-sembunyi hanya untuk memadu kasih, mengobrol masa depan, kerjaan, bahkan berbincang mengenai Tuhan. Tempatnya pun berbeda-beda. Beberapakali gedung olahraga Cibubur menjadi saksi buta pertemuan mereka, begitupun dengan kuburan Cina dekat pondok Cibubur, lalu Taman Wildatika, dan yang terakhir adalah gudang kosong bekas bengkel motor.
Tempat terakhir menjadi tempat yang tidak akan pernah dilupakan oleh Kasih. Karena di sana lah ia memberikan segalanya untuk Agus, termasuk keperawanannya, barang yang selalu dinasihati ibunya untuk dijaga hingga ia bersuami. Namun Kasih merasa dirinya tidak sepenuhnya salah, karena ia percaya bahwa kelak Agus lah yang akan menjadi suaminya, lantas kenapa ia harus menyesal telah memberikan keperawanannya pada calon suaminya? Bukankah setelah mereka menikah Agus pun akan menyetubuhinya secara suka-suka? Meski akan ada perbedaaan, namun bagi Kasih tetaplah sama; sama-sama merasakan kenikmatan.
Kasih melakukan itu pun atas dasar rayuan Agus. Mula-mula Agus hanya menyentuh tangannya, mengelus punggungnya, mendekat ke lehernya lalu menciumnya pelan-pelan hingga keduanya saling melepas dalam suasan panas. Agus menyudutkannya hingga punggungnya terbentur dinding, lalu mencium bibirnya. Kasih pun membalas dengan ganas. Merasa ditantang, Agus merobek pakaian Kasih hingga bagian atas Kasih tidak tertutupi satu benang pun.
Guyuran hujan di luar memberikan hawa dingin. Ternyata hawa itu membuat mereka semakin larut.
Keringat membanjiri keduanya setelah keduanya meluapkan birahi satu sama lain. Nafas mereka tersengal-sengal. Kasih dan Agus saling memandang lalu tersenyum. "Maaf," ucap Agus pelan.
"Untuk?"
Agus melirikkan pandangannya ke kemaluan Kasih yang dinodai darah merah. Kasih membalasnya dengan kecupan di pipi Agus lalu mengatakan, "Tidak apa-apa. Lagipula, kita akan melakukan ini setiap malam saat kita telah menjadi suami istri."
Mendadak bahasa wajah Agus berubah kaku setelah mendengar apa yang baru saja terucap dari mulut Kasih. Ia melemparkan senyum palsu, mencoba mengendalikan suasana lalu melemparkan pandangan ke arah lain. Saat itu Kasih tidak tahu bahwa ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Agus pamit pada Kasih setelah mereka berdua berpakaian. Biasanya, Agus akan berpisah dengan meninggalkan kecupan manis di keningnya, namun hari itu berbeda. Kasih hanya melihat pria itu angkat kaki dengan terburu-buru, meninggalkannya dalam kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penulis Toilet
Historia CortaBuku Penulis Toilet adalah kumpulan cerita pendek yang menjadi wadah penulis untuk menuangkan imajinasi liarnya. Dengan seguhan cerita-cerita yang menarik dan nyentrik, penulis berharap para pembaca mampu menikmati setiap cerita yang termaktub di da...