enambelas

21.1K 3.2K 230
                                    

Halo haaaaaa

Aku kembali lagi xixixiiii

Seperti biasa aku minta uang parkirnya dulu dengan tekan bintang dan juga beri komentar.

Udah? Kalau udah yuk kita gas nguengggggggg💨💨💨

Eh iya kira-kira bisa nggak nih tembus 1k vote? Bisa lah yaaaaa

Udah ah banyak cincong akunya

Happy reading

Setelah kejadian di kantin tadi Habibi sama sekali tak membuka suaranya, pemuda itu terus diam padahal sedari tadi Anala sudah mengajaknya berbicara.

"Bang Hab ngambekan ih, lihat tuh mukanya jadi jelek," ujar Anala santai yang berada di sebelah pemuda tersebut. Habibi mendengus.

"Ih Bang Hab lihat Anala sini itu loh matanya ada beleknya."

"Bang Hab jangan ngambek terus nanti cepet tua."

"Bang Habbbb udahan kenapa ngambeknya nanti Anala kasih rumus matematika deh."

"Bang Habbbbbbbbb."

Oke kesabaran Anala sudah habis, dengan perasaan dongkol yang mendominasi bocah itu menggigit lengan Habibi yang berada di kursinya membuat pemuda itu berteriak keras.

"AAAAAAAWWWW!"

Habibi menatap Anala tajam sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan watadosnya.

"Hehe akhirnya Bang Hab mau ngomong juga."

Rahsya yang berada di dekat Anala terkekeh pelan. "Anaal kasihan itu Habibi, lihatin mukanya udah kayak nahan berak."

Anala sontak menatap ke arah Habibi yang mukanya sudah merah padam karena menahan amarah yang akan meluap.

"Jangan melotot gitu dong Bang Hab, nanti kalau matanya loncat gimana? Nanti kalau udah loncat terus nggak punya mata gimana? Nanti Bang Hab nggak bisa lihat wajah cantik Anala kalau Glow up loh," ucap Anala memeringati Habibi yang memelototkan matanya.

"Lo siapa yang ngajarin soal glow up sih cil?" tanya Haidar gemas, pasalnya bocah tujuh tahun itu sudah mengenal istilah yang harusnya belum bocah itu pahami.

"Teh Nanad sama teh Stela kan pernah pakai skincare waktu Anala tanya, itu buat apa jawabnya biar glow up terus nanti banyak yang ngejar gitu," jawab Anala santai membuat Nadia yang baru saja masuk kelas melotot.

"Heh apaan! Gue nggak ada ngomong gitu ya!" elak Nadia tak terima.

"Anak kecil itu biasanya jujur Nad jadi Lo nggak usah ngelak lagi," ucap Reyhan yang diangguki Rahsya.

"Bisa aja nih bocil ngibul, dia kan orangnya tengil gitu," kesal Nadia lalu menghentak-hentakkan kakinya.

"Dih teh Nanad tuh yang suka ngibul," cibir Anala sambil menampilkan ekspresi sinisnya.

"Nggak ada balas budinya ya Lo," sebal Nadia.

"Ya karena Anala nggak punya Budi, kalau teh Nanad mau balas Budi ya udah balas aja Pak Budi," ucap Anala membuat Nadia menatapnya datar.

"Nggak gitu konsepnya bocillllllllll!"

Anala mengedikan bahunya lalu berjalan ke arah bangkunya namun sebelum itu bocah itu berucap, "Bang Hab jangan ngambek mulu ya, mukanya jelek soalnya, nanti kalau ngambek terus juga tambah tua."

"Ini bocil satu ye, tingkahnya ada aja," gemas Haidar lalu mencubit pipi Anala keras membuat bocah itu berteriak kesakitan.

Rayhan dan Daffa menatap Haidar tajam membuat pemuda itu menyengir.

WELFORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang