tigapuluhdelapan

13.1K 2.1K 190
                                    

Hai.

Happy reading.

Kringgg ... Kringgg

"Sudah istirahat, em kami pamit ingin mencari Anala," ujar Tasya bangkit dari duduknya sambil menggandeng tangan kedua putranya.

Kean dan Pak Pratama saling tatap lalu mengangguk, Kean dan keluarga kecilnya itu berjalan keluar ruangan tersebut menuju kantin.

Sesampainya di kantin mereka disuguhkan dengan banyaknya siswa-siswi yang berdesakan, Kean dan Tasya menatap sekeliling mencari apakah putri kecil keduanya berada di kantin atau tidak.

Saat mendapati siluet tubuh seorang bocah perempuan dengan jepit rambut coklat, Kean, Tasya dan kedua putranya berjalan melangkah kearah meja dimana bocah perempuan itu berada.

"Anala!" panggil Angkasa dan Ancala saat mereka sudah dekat dengan bangku dimana Anala duduk.

Anala yang merasa terpanggil menoleh dan matanya melebar.

"Abang?" Kedua bocah laki-laki itu lalu berlari dan memeluk Anala, dan itu membuat kursi Anala sedikit terjengkang kebelakang dan dengan refleks pula Rayhan yang berada disisinya memegang kursi tersebut.

"Hati-hati boy." Kean menegur kedua putranya lalu menggeret dua kursi untuk kedua putranya itu duduk.

"Makasih Papa!" Kean mengangguk lalu menyeret dua kursi lagi untuk dia dan istrinya duduk.

"Buset, emaknya si bocil kenapa bisa dimari?" Haidar bertanya sambil berbisik pada Habibi yang duduk disebelahnya.

"Mana gue tahu, Lo pikir gue tukang kebun dirumahnya?"

Haidar mendengus lalu menatap kearah kedua Abang Anala tersebut.

"Kita boleh ikut gabung kan?" tanya Kean membuat Haidar dkk mengangguk.

"Oh boleh kok Om?" ujar Rahsya walau sedikit ragu.

"Kok nggak cocok ya dipanggil Om?" bisik Reyhan membuat Rahsya meringis.

"Bapaknya masih muda banget coy."

"Om nggak mau pesen Om?" tanya Haidar membuat Kean menoleh lalu mengangguk.

"Ini saya mau pesan." Setelah mengatakan itu Kean beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah stand makanan.

"Anala kita kangen lohhh," ujar Angkasa dan Ancala kompak sambil menatap Anala lekat.

"Anala juga kangen Abang." Anala tersenyum manis.

"ANALA BOCILLL GUE DATENG!" teriakan membahana milik Nadia itu membuat seluruh pasang mata menatap kearah gadis itu. Stela yang berada disamping Nadia hanya bisa meringis malu.

Nadia berlari kearah Anala, saat sudah berada sepuluh langkah didekat meja dimana Anala duduk, Nadia menghentikan langkahnya.

"Itu siapa Stel?" tanya Nadia heran sambil menunjuk Tasya.

Mata Stela memincing memindai wajah dua orang bocah kecil yang duduk tak jauh dari Anala, seketika mata gadis itu membulat sempurna dan menepuk-nepuk pundak Nadia keras.

"Gawat Nad gawat! Itu Nad, d-dia abangnya si bocil Nad!"

Nadia membulatkan matanya. "Kita lari aja Stel, hitungan satu dua tiga ya." Stela mengangguk keduanya berbalik badan.

"Satu ... Dua ... Ti—"

"KAKAK JAHAT JANGAN LARI!" Teriakan menggelengar itu membuat Nadia dan Stela menghentikan langkah mereka yang baru setapak.

"Nad gawat, nyawa nggak aman ini kayaknya."

Nadia dan Stela berbalik badan lalu tersenyum canggung, semua pasang mata menatap kedua gadis itu aneh.

WELFORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang