Pertempuran di Alubarna

712 107 11
                                    

Berkat bantuan dari Kepiting Gurun, Kungfu Dugong, dan Bebek Squad, mereka berhasil tiba di Alubarna.

Namun mereka sedikit terlambat, Pasukan Kerajaan dan Pemberontak sudah hampir bertemu sapa.

Karena tidak kebagian bebek, (Name) pergi dengan Nami.

Bebek yang dinaiki keduanya terus melaju membelah jalanan berpasir.

Saat melihat agen Boroque Works, mereka berpencar sesuai rencana.

Bebek yang dinaiki (Name), Nami, dan Zoro berhenti di sekitar perkotaan saat dua orang agen Boroque Works mengejar kami.

"Kuberi tahu. Kalian berdua pintar! Ya, akulah putri Vivi-" Ucap Nami.

"Apa yang kau katakan? Akulah putri Vivi yang asli." Kata Zoro.

Kedua agen itu tampak bingung sementara aku tidak bersuara dan memilih menyembunyikan diri di belakang Nami.

Kami semua lalu membuka jubah penyamaran kami kecuali aku yang mempertahankan jubahku.

"Kau salah!" Ledek Nami dan Zoro.

Wajah agen Boroque Works terlihat kesal tapi kemudian Mr. 1 berlari ke arah (Name) yang kabur.

Zoro dan Nami sontak menoleh ke belakang kaget. "Nani?!" Pekik keduanya kaget.

Miss Paku (jujur aku lupa namanya), menyeringai melihat wajah kaget Nami dan Zoro.

Mudah saja ditebak. Putri Vivi menggunakan kalian berdua sebagai umpan dan satu-satunya orang yang tidak menunjukkan wajahnya adalah putri itu sendi-"

"Ah, masa?" Sela (Name) lalu menghindari serangan Mr. 1 dengan mudah dan loncat ke atas gedung. (Name) lalu membuka jubah penyamarannya. "Kalian tertipu~." Ledek (Name) lalu tertawa keras. "Dan kau membocorkan kekuatanmu, Mr. 1~."

Wajah Mr. 1 tampak marah karena dia terlanjur merubah kedua tangannya menjadi pisau.

"Pengguna buah iblis?!" Pekik Nami dan Zoro.

Miss Paku menatap tidak percaya sosok (Name). "Kau seharusnya sudah dibunuh oleh bos!" Ucapnya marah.

Aku tersenyum. "Aturan utama dalam pembunuhan, jangan libatkan perasaan pribadi bahkan jika itu adalah dendam. Aturan kedua, jangan menaruh simpati barang secuil. Aturan ketiga, pastikan korbanmu tewas." Jeda sejenak. "Sayang sekali Crocodile melanggar tiga aturan itu." Ucapku tenang lalu menoleh ke arah Zoro. "Bisa kau atasi mereka berdua Zoro? Yang perempuan juga punya buah iblis. Dia manusia paku."

Zoro menyeringai. "Mudah saja. Kalian pergi dan sembunyi saja sana."

Aku menganggukkan kepala sebelum pergi dengan cara melompati rumah warga, mencari kelompok yang bisa aku bantu.

Tak lama kemudian aku bertemu dengan Vivi bersamaan dengan Sanji.

"Sanji-san! (Name)-san!" Pekik Vivi.

"Nani?! (Name)?! Akaime no Akuma?! Kau seharusnya sudah mati dibunuh boss nyau!" Pekik Mr. 2.

(Name) berdecak kesal. "Aku masih hidup, sialan."

"(Name)-cwan, bisa tolong antarkan Vivi-chan ke istana? Yang disini biar aku urus." Ucap Sanji.

Aku mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, aku memotong kedua sayap angsa di belakang punggung Mr. 2.

(Name) terus mengikuti Vivi, menjaga sang putri Alabasta agar tiba tepat waktu.

Saat mereka tiba di barisan barikade pasukan kerajaan, seorang pasukan kerajaan menahan keduanya. "Berhenti. Apa kau pemberontak?"

"Jika kau masuk ke daerah blok Utara, kau hanya akan menemukan istana raja! Kau mendengarku?"

"Kami diperintahkan agar semua sipil tidak boleh mengikuti pertempuran dan harus evakuasi!"

"Hei, apakah kau mendengar kami? Ini bukan tempat untuk bermain!"

"Wakatta!" Ucap Vivi sambil mengatur napasnya.

"Putri Vivi?" Tanya mereka.

(Name) menatap mereka tajam. "Apalagi yang kalian tunggu? Beri jalan untuk putri Vivi!"

Mereka lalu menyingkir.

"Tunggu, aku butuh kuda-"

"Aku akan mengantarmu, Vivi. Kita akan terbang." Selaku namun dibalas gelengan oleh Vivi.

"Tidak perlu, (Name)-san. Aku-"

"Tanum." Pintaku serius.

Vivi menatapku sesaat sebelum mengangguk. "Tapi jangan terbang. Itu akan menarik perhatian musuh."

Aku mengangguk.

Vivi lalu meminta dua ekor kuda yang langsung disiapkan oleh Pasukan Kerajaan.

Kami lalu menuju ke tempat Chaka.

"Itu Putri Vivi!"

"Putri Vivi kembali?!"

"Kenapa di saat seperti ini-"

Chaka menatap Vivi tidak percaya atas apa yang baru saja Vivi perintahkan padanya. "Apa anda yakin, Vivi-sama? Apa anda sudah mempertimbangkannya? Jika kita melakukan itu, negri ini akan-"

"Akan apa? Mati?" Tanya Vivi. "Kurasa bukan. Ini bukan Alabasta. Alabasta adalah ..." Diam sejenak. "Orang-orang yang sedang menderita sekarang! Jika mereka hidup, barulah negri ini bisa bertahan! Pertempuran harus dihentikan, itulah intinya! Onegai! Jika aku bisa mendapatkan perhatian mereka, meski hanya sebentar ... aku bisa melakukan sesuatu! Aku tahu aku bisa melakukan sesuatu! Istana ini ... Hancurkanlah!"

Semua yang ada disana kaget atas perintah Vivi.

Sejenak para pasukan kerajaan ribut hingga Chaka bertekuk lutut di hadapan Vivi.

"Sesuai perintah anda!" Ucapnya tegas, tanpa keraguan.

Yang entah kenapa membawa perasan familiar di benak seorang (Name).

Hola! Saya kembali!

Btw mau tanya. Bagaimana menurut kalian jika aku membuat book fanfic baru tapi Oc nya pakai kursi roda alias kakinya cacat?

Kalau setuju, cocoknya fanfic apa? BNHA, Black Clover, Fairy Tail atau One Piece?

Terus, tolong recomend gambar (Name) dengan tokoh One Piece. Aku mau buat biar bisa diisi di setiap chapter.

Pssst. Yang gambar (Name) x Sabo masih dalam pengerjaan. Jadi tolong maklumi kalau makin lama updatenya, ya. Atau GK perlu gambar aja? Yah, author sih GK masalah. Biar stok halunya gak dibagi-bagi 😈🤣😈🤣😈🤣😈🤣😈🤣😈.

Tolong jawab, ya! Jangan lupa komen dan votenya!

Akaime no (Name) (One Piece x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang