Soobin melihat Haechan yang berdiri membawa sebuah kotak bekal. Memasang wajah bingung karena Haechan terus berjalan tanpa memanggil namanya untuk berkeliling ke sekolah. "Apa dia lupa?"Namun, ternyata ia salah. Kedua matanya melihat Haechan memberikan sekotak bekal kepada laki-laki bernama Jeno, si peringkat satu di kelas 11-2. Kepalanya mengangguk menyadari yang dilihatnya dan sesuai yang diucapkan wali kelas.
"Lo kalau mau mepet Haechan mending nyerah aja. Saingain lo berat, Bro," balas Junkyu teman sekelasnya.
"Berat? Gue enggak kalah ganteng, kok. Dan ...." Sobin menggantungkan kalimatnya. "Nilai ujian gue itu agak mengecewakan, sih."
"Semengecewakan berapa pun nilai lo, tapi lo bisa masuk kelas 11-2 itu bagus loh. Gue denger banyak yang ikut test dari kemarin, tapi gagal karena nilai mereka ternyata masuk di bawah kelas kita ini. Walau pun lolos, peringkat nilai di sekolah kita ini itu nomor satu," jelas Junkyu. "Emang total nilai lo berapa, Bin?"
"367 dari 400," jawab Soobin singkat. Wajahnya memandang bingung ke arah Junkyu yang nampak terkejut.
"Anjing! Peringkat gue turun satu! LIA! LIA! LO TURUN JADI PERINGKAT TIGA DIKELAS." Junkyu berteriak heboh. "SOOBIN SELISIH 1 ANGKA DARI JENO! LIA AJA SELISIH 8 ANGKA!"
Mendengar semua perkataan Junkyu, semua siswa berkumpul mengelilingo Soobin, kecuali Haechan, Felix dan Jeno. Mereka bertiga nampak biasa aja.
Soobin hanya tersenyum. Kemudian berdiri, "Maaf. Gue harus keliling sekolah sama si Lee Manis, permisi. Nanti kita ngobrol lagi, ya," pamit Soobin menuju Haechan dan menariknya keluar dari kelas. "Dari pada lo dicuekin sama si peringkat satu, mending temenin gue keliling sekarang. Gue jajanin apa yang lo mau, Lee Manis."
Jeno hanya diam memandang ke arah Soobin dan Haechan. Mengambil kotak makan siang yang ada di dalam laci dan pergi meninggalkan kelas. Kotak makan siang Haechan, ia tinggalkan begitu saja di atas meja seperti biasa.
***
Jaemin menekan tuts piano dengan kencang. Suasana hatinya buruk karena latihan dengan Renjun sama sekali tidak membuahkan hasil. Ditatapnya laki-laki yang lebih pendek darinya dengan tajam.
"KUPING GUE PENGANG, YA! LO KENAPA MENCET PIANONYA KAYAK GITU," marah Renjun
Jaemin berdecih sebagai respons. Harusnya gue yang marah. Kenapa jadi dia yang marah? batinnya berdiri. "Lo pernah nyanyi diiringin piano enggak sih?!"
Mendengar bentakan dari Jaemin, Renjun bertolak pinggang. "NGAPAIN LO BENTAK GUE? HARUSNYA GUE NANYA, LO PERNAH NGIRINGIN ORANG NYANYI KAGAK?!"
Emosi Jaemin naik. Di lempar ponsel miliknya. "Password 100620. Cari video 'Kak Doyoung' di galeri. Lihat sendiri. Gue mau makan. Kembaran gue udah nungguin," kata Jaemin yang segera pergi meninggalkan ruang musik. "Buang-buang waktu dua jam gue."
Renjun dapat mendengar itu. Ia yakin Jaemin sengaja mengatakan hal tersebut dengan nada suara yang dapat di dengernya. Renjun tidak bodoh menyadari bahwa waktu dua jam terbuang sia-sia karena keduanya yang tidak beriringan.
Ditariknya bangku yang tidak jauh darinya. Duduk dengan menyandar. Menarik napas dan membuangnya dengan pelan. Diambilnya ponsel milik Jaemin dan membukanya dengan kode yang laki-laki itu sebutkan.
Renjun terdiam melihat foto keluarga Jaemin dan Jeno. Lengkap. Tidak ada kurang sedikit pun. Hanya ada tambahan laki-laki yang datang membawa makan siang untuk kelasnya.
Iri? Jelas Renjun sangat iri. Di rumahnya, tidak ada foto keluarga bersama sang ayah. Hanya bersama ibunya. Sedangkan foto ayahnya, terpisah dengan bingkai lainnya. Miris sekali hidup Renjun. Terlahir dari keluarga yang disisihkan dan dirahasiakan dari publik.
Kepala Renjun menggeleng. "Apa coba yang gue pikirin? Menyandang nama Huang saja sudah berarti. Zhong hanyalah sebagai hadiah tambahan yang Tuhan berikan."
Tangan Renjun kembali memasukan kode untuk membuka ponsel Jaemin. Melamun cukup lama membuat ponsel Jaemin kembali terkunci. Ia dengan cepat mencari galeri dan folder yang di maksud.
Renjum cukup tertegun melihat Jaemin bermain piano dan Jeno bermain gitar. Permainan keduanya mengiringi laki-laki itu dengan baik. Tidak ada kesalahan note satu pun.
"Gue yang enggak kompeten berarti, ya? Pantes Jaemin ngamuk sampai segitunya."
***
Doyoung tersemyum tepat di depan seorang perempuan yang tengah mengacungkan ponselnya. "Hai. Kalau ambil foto cowok orang, itu izin dulu sama yang punya."
Tangan Doyoung begitu cepat mengambil ponsel milik perempuan itu. Melihat galeri dan tersenyum. "Banyak juga foto Jaehyun."
"Kembaliin! Lo melanggar privasi orang!" Perempuan itu berusaha merebit, tapi Doyoung dengan cepat mengkat tangannya. Tersenyum miring.
"Privasi orang? Ngaca tolong. Mengambil foto orang tanpa izin itu juga melanggar privasi orang. Coba cemati baik-baik, ya." Doyoung mengembalikan ponsel milik perempuan itu. "Kalau mau minta foto Jaehyun bilang gue, nanti gue kasih harga spesial. 5 juta won untuk satu foto."
Doyoung berlalu. "Tapi itu cuman satu mata doang. Bye-bye!"
Kakinya berjalan menuju ke arah Jaehyun yang tengah mengobrol dengan kakak tingkatnya, Johnny dan Taeyong. Memeluk tangan Jaehyun dengan erat.
"Haduh. Kenapa harus mesra-mesraan di depan gue? Ten lagi kagak ada di samping gue lagi," kata Taeyong kesal.
"Mending lo, Yong. Taeil udah lulus. Gue berasa jomblo kalau kalian lengkap dengan pasangan," keluh Johnny.
Jaehyun hanya tersenyum. "Kenapa? Kok tumben banget meluk kayak gini?"
"Kalau aku jual foto kamu buat fans kamu boleh?" tanya Doyoung meminta izin dan mendapatian tatapan melotot dari Jaehyun.
"Yang! Kamu tega banget aku dijadiin bahan jualan. Katanya enggak mau berbagi," balas Jaehyun.
Doyoung tersenyum. "Kalau dipikir-pikir lumayan buat untung, Yang. Satu mata seharga 5 juta won. Bibir seharga 12 juta won. Hidung seharga 8 juta won. Full face seharga 50 juta won. Seperempat bodi 100 juta won. Full satu bodi 500 juta won. Lumayan, 'kan?"
Jaehyung menganga. Johnny dan Taeyong pun ikut menganga mendengar Doyoung menyebutian harga foto Jaehyun untuk setiap bagian tubuh.
"Enggak sekalian kamu jual aku juga?" tanya Jaehyun tidak percaya.
"Ngapain? Foto aja udah cukup buat mereka, tapi kalau mereka punya duit, sih." Doyoung berkata dengan enteng. "Gimana?"
Johnny melihat ke arah Taeyong. Begitu pun dengan Taeyong.
"Sepemkirian sama gue?" tanya Johnny.
"Lo pasti mikir, pacar kita enggak kayak Doyoung, 'kan?" balas Taeyong. Diangguki oleh Johnny.
Doyoung gila! Jaehyun mau aja sama Doyoung!
9 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)
FanfictionBoys Love Pair: Jaedo, Nohyuck dan Jaemren "Semoga Jeno enggak dapat pacar yang suka ngomong kayak Kak Doyoung." "Semoga Jaemin enggak dapat pacar yang galak kayak Kak Doyoung." "Cukup Kak Jaehyun aja. Kita jangan!" "Adik kurang ajar! Kakak sumpahin...