Suasana perpustakaan begitu sunyi. Hanya ada kelas 11-2 yang sedang mengerjakan tugas dengan ditemani oleh Ibu Victoria.
Satu meja terlihat begitu penuh dengan beberapa tumpuk buku. Jeno mengambil buku-buku tersebut sebagai bahan mengerjakan tugasnya. Benar-benar mencerminkan siswa peringkat terbaik di kelasnya.
Sekolah Jeno dan Jaemin memiliki sistem pembagian kelas berdasarkan peringkat. Dengan satu kelas berisi 30 murid. Dan Jeno dengan sialnya berada di peringkat 31, dan membuatnya menempati kelas 11-2 sebagai peringkat pertama di kelas itu.
"Kenapa juga Jaemin pakai sakit seminggu sebelum ujian kenaikan kelas?"
Sebagai anak kembar, Jeno dan Jaemin mempunyai ikatan yang kuat. Termasuk saat sakit keduanya akan bergantian. Sehari sebelum ujian di mulai, Jeno jatuh sakit setelah minggu lalu Jaemin yang sakit. Dan membuat Jeno selama dua hari berturut-turut tidak dapat berkonsentrasi saat mengerjakan ujiannya karena sakit.
"Kalau dia tidak sakit kan gue bisa masuk kelas 11-1 dan tidak terjebak dengan beruang hutan itu," gerutu Jeno yang malas menanggapi Haechan yang masih melihat ke arahnya tanpa senyum yang memudar.
"Jeno ... Jeno ... Jeno ... lo tuh ganteng kalau lagi diam. Tambah ganteng kalau lagi pakai kacamata. Makin ganteng kalau lagi belajar. Lebih ganteng lagi kalau aku selalu di samping kamu!"
Seruan Haechan terdengar dengan jelas di pendengaran Jeno. Membuat laki-laki berkacamata itu bergidik ngeri dan mempercepat mengerjakan tugasnya.
Tentunya seruan Haechan tidak hanya di dengar oleh Jeno sang objek. Tetapi juga, beberapa murid yang berada di sekitarnya. Suara-suara heboh, namun pelan tetap dapat didengar oleh keduanya. Bukan sebuah rahasia lagi untuk penghuni kelas, kalau Haechan begitu agresif mengejar Jeno yang sayangnya tidak ada timbal baliknya sampai saat ini.
Jeno sudah jengah. Ia benar-benar dengan cepat mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Victoria. Membereskan buku-buku yang diambilnya dan berlalu begitu saja.
"Bu Victoria," panggil Jeno.
"Oh. Jeno. Kamu sudah selesai?" tanyanya kemudian dan mendapatkan anggukan dari muridnya.
"Sudah Bu. Ini tugas saya. Apa boleh saya keluar?" tanya Jeno meminta izin.
"Tentu. Kamu boleh istirahat lebih dulu."
Jeno membungkuk dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada gurunya. Setelah berpamitan, Jeno dengan cepat keluar dari perpustakaan. Menghiraukan teriakan Haechan.
"Ih! Jeno kok ninggalin Haechan! Enggak baik calon pacar ditinggal! Jeno!"
"Lee Donghyuck."
Ibu Victoria yang sejak tadi memperhatikan muridnya itu hanya menunggu hingga mulut itu berhenti berbicara. Ia tersenyum dan menatap tajam ke arah Haechan.
"Kamu tahu ini perpustakaan, kan?" Haechan menggangguk diam. Tangannya memukul pelan bibirnya yang lupa di mana ia saat ini.
"Ibu akan kurangkan 10 poin untuk tugasmu."
Mata Haechan membulat sempurna. Ia berdiri sebelum berkata, "Ibu kok tega sama Haechan? Haechan kan cuman ngomong doang. Enggak buat gaduh perpustakaan. Kalau tugas Haechan dapat 80, terus dikurangin jadi 70, ya, nilai Haechan di bawah standar dong, Bu."
Ibu Victoria hanya mengangguk. "Kalau gitu kamu harus dapat nilai setidaknya 85. Dan kalau kamu masih banyak bicara lagi, Ibu tambahin pengurangan nilai kamu jadi 15, mau?"
Haechan merengut. Ia mengambil buku miliknya dan mulai mengerjakan tugasnya yang sejak tadi dianggurinya. Memandang Jeno adalah tugas pertama Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)
FanfictionBoys Love Pair: Jaedo, Nohyuck dan Jaemren "Semoga Jeno enggak dapat pacar yang suka ngomong kayak Kak Doyoung." "Semoga Jaemin enggak dapat pacar yang galak kayak Kak Doyoung." "Cukup Kak Jaehyun aja. Kita jangan!" "Adik kurang ajar! Kakak sumpahin...