Doyoung keluar dari mobil Jaehyun. Meninggalkan kekasihnya yang masih terlelap karena perut penuhnya.
Kedua manik mata Doyoung mencari keberadaan adik-adik kembar Jaehyun. Ia tersenyum dan mengangkat tangan kanannya saat melihat Jeno berlari ke arahnya. Berbeda dengan Jaemin yang berjalan santai.
"Halo. Kak Doyoung," kata Jeno dengan cepat dan langsung masuk ke dalam mobil. Doyoung hanya memandang Jeno penuh tanya, hingga sebuab suara yang membuatnya berbalik.
"Halo. Kakaknya Jeno, ya? Salam kenal, Kak. Aku Haechan, calon adik iparnya Kakak," sapa seorang laki-laki yang memiliki pipi gembul di depan Doyoung yang sedang memperkenalkan dirinya.
"Hai juga Hae--"
"KAK DOYOUNG! MASUK SEKARANG. JENO LAPAR MAU MAKAN!" potong Jeno yang sangat yakin dengan teman sekelasnya itu pasti sedang berkata hal yang tidak-tidak.
Doyoung berbalik menghadap ke arah Jeno. "Sebentar Jeno. Jaem--"
"Tunggu Jaemin di dalam mobil aja. Ayo masuk sekarang, Kak!" rajuk Jeno.
Doyoung hanya memandang penuh tanya ke arah Jeno. Ia sama sekali tidak menyangka Jeno kini sedang merajuk seperti itu. "Tunggu sebentar, Kakak mau pam--"
"Lo pulang sana. Gue sama Kakak gue mau pulang. Hush!" usir Jeno dari dalam mobil.
"Jeno! Kamu itu ken--"
"Kak Doyoung, ayo masuk! Tuh. Jaemin udah dekat. Lagian ngapain, sih, jalan lama amat. Kayak putri kerajaan aja!"
Doyoung pusing setengah mati mendengar tingkah Jeno yang seperti ini. Baru kali ini ia melihat tingkah laku Jeno yang terkesan aneh. Mungkin ada hubungannya dengan laki-laki berpipi gembul yang kini ada di belakangnya. Doyoung berbalik dan mendapati teman Jeno masih berada di posisi semula.
"Aku pamit dulu, ya, Kak. Kasihan Jenonya udah lapar. Dia pasti juga capek. Haechan pulang dulu, ya Kak, soalnya bis selanjutnya akan datang." Haechan berjalan menuju pintu gerbang sekolahnya. Namun, ia berbalik lagi dan tersenyum ke arah Jeno.
Siapa tadi yang bilang nunggu jemputan?! Anjing! Bikin kesel gue dari tadi!
"DADAH, JENO. JANGAN LUPA MAKAN, YA. HAECHAN NANTI SAMPAI RUMAH JUGA MAKAN. ISTIRAHAT JANGAN LUPA. SAMPAI KETEMU BESOK, JENO."
Jeno hanya menutup telinganya dan bergumam, "Gue enggak dengar ... gue enggak dengar. Biarin aja beruang hutan itu teriak-teriak. Kagak peduli gue. Berisik!"
Doyoung yang mendengar itu hanya tersenyum. Ia jadi ingat bagaimana dulu dirinya bersama dengan Jaehyun. Tapi, kisahnya tidak seperti Jeno yang dikejar oleh laki-laki berpipi gembul itu. Melainkan, Jaehyun sendiri yang mengejar dirinya terus-menerus seperti tidak kenal menyerah.
"Halo Kak Doyoung," sapa Jaemin yang sudah ada di depan Doyoung.
"Jaemin lapar, Kak," lanjutnya dengan wajah lesu.
"Masuk ke dalam mobil. Kakak tadi beliin kamu sama Jeno makanan. Kalian makan dulu di mobil, ya. Nanti sampai rumah Kakak masakin makan malam sekalian," balas Doyoung yang kini merangkul Jaemin dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
"Kak Jaehyun kenapa tidur, Kak?" tanya Jeno saat Doyoung dan Jaemin masuk ke dalam mobil.
Doyoung hanya tersenyum dan menyalakan mobil milik Jaehyun sebelum ia menjawab pertanyaan Jeno. "Kakak kalian kekenyangan. Habis makan ramyeon sampai lima mangkuk di tambah ramyeon punya Kakak setengah."
"Lima mangkuk? Kak Jaehyun malu-maluin," ujar Jaemin yang menyerahkan sekotak bimbimbab kepada Jeno.
"Kayak enggak pernah makan ramyeon aja," lanjutnya lagi.
Doyoung hanya tersenyum. Sedangkan, Jeno menggelengkan kepalanya mendengar hal itu.
Mereka untung kagak tahu, kalau Jaehyun makan banyak karena gue. Salah dia juga sok kegantengan.
Lapar apa doyan? Malu-maluin banget punya Kakak kayak gitu.
***
Haechan masuk ke dalam rumahnya. Suasana sepi selalu ia dapatkan sepanjang waktu. Sebagai anak tunggal dan memiliki orangtua yang keduanya adalah pekerja, Haechan sudah biasa dengan suasana seperti ini.
"Setidaknya Mama selalu pulang siang dari restoran untuk masak."
Langkah Haechan menuju kamarnya. Meletakan tas miliknya. Ia tersenyum dan loncat dengan senang.
"Setelah 212 hari, akhirnya Jeno menanyakan sesuatu tentang Haechan! Senang banget!"
Haechan berlari menuju tempat tidurnya. Mengambil boneka anjing miliknya. "Jenjen. Temani Haechan nulis diary, ya?"
Tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, Haechan mengambil buku diary miliknya dan mulai menulis.
Dear Diary,
Hari ke 213 adalah hari terbaik sepanjang hidup Haechan setelah pertemuan pertama Haechan dengan si Pangeran. Setelah hampir seratus pertanyaan yang Haechan tanyakan untuk Pangeran Jeno, dan selalu diangguri begitu saja. Akhirnya Pangeran bertanya mengenai Haechan.
Sungguh, Haechan senang sekali. Apakah ini sebuah kemajuan? Kalau iya, tolong seperti ini.
"Lo nunggui apa, sih?!"
"Lo ngapain, sih?! Ngikutin gue mulu!"
Haechan akan selalu ingat dengan kedua pertanyaan itu. Bagai bunga mawar yang baru aja mekar di antara kita berdua. Haecham senang banget!
Sepertinya besok Haechan mau masakin Jeno yang spesial. Tapi, jangan pakai nasi. Dia kan selalu dibawain makan. Enaknya apa, ya? Diary sama Jenjen punya usul, enggak? Kalau punya bisikin Haechan, ya?
Thank you, Diary. Sudah menjadi teman Haechan bercerita. Besok Haechan cerita lagi, ya. Jangan bosan sama Haechan.
Salam hangat,
Haechan calonnya Jung Jeno. (Amin)Setelah menulis, Haechan menutup bukunya dengan penuh senyum. Ia melihat penuh cinta foto Jeno yang ia tempel di halaman depan diary miliknya.
"Waktunya makan. Haechan enggak boleh sakit! Kalau sakit siapa yang bakal disamping Jeno?" tanyanya pada diri sendiri.
***
24 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)
FanfictionBoys Love Pair: Jaedo, Nohyuck dan Jaemren "Semoga Jeno enggak dapat pacar yang suka ngomong kayak Kak Doyoung." "Semoga Jaemin enggak dapat pacar yang galak kayak Kak Doyoung." "Cukup Kak Jaehyun aja. Kita jangan!" "Adik kurang ajar! Kakak sumpahin...