SATU

14.6K 1.6K 217
                                    


"Sayang. Lihat tugas Bu Chaerin aku, enggak?"

Doyoung memutar kedua bola matanya malas mendengar Jaehyun memanggilnya dari arah kamarnya. Ia mengeluarkan dua kotak makan siang dan memberikannya kepada si Kembar.

"Kakak mau ngurus bayi besar itu dulu yang tidak lain dan bukan adalah Kakak kalian sendiri."

Setelah mengatakan itu, Doyoung pergi menuju tangga. Berdiri dengan bertolak pinggang sebelum berkata, "Jung Jaehyun. Keluar dari kamar sekarang dan ikuti aku!"

Doyoung melipat kedua tangannya di dada saat melihat Jaehyun sudah berada di depan matanya. Menggerakkan tangan kanannya untuk lekas turun dan berjalan meninggalkan Jaehyun.

"Di mana, Sayang? Jam sepuluh mata kuliahnya. Aku bisa terancam dapat nilai D."

"Lihat ke meja ruang keluargamu sekarang. Dan perhatikan, apakah ada sesuatu yang belum kau bereskan dan meletakan kembali di kamarmu?" tanya Doyoung yang menunjuk meja dengan dagunya.

Jaehyun tersenyun tanoa dosa. Ia berlari cepat menuju meja kecil itu. Memisahkan tugas yang harus di bawa hari ini dan tentu saja buku-buku lainnya termasuk mesin printer miliknya.

"Sudah kubilang sebelum aku pulang, bukan? Rapikan semua buku-buku, tugasmu dan mesin printer milikmu. Bukan laptopnya saja yang kamu rapikan dan bawa ke kamar."

Jaehyun masih tersenyum. Telinganya sudah biasa mendengar ceramah Doyoung setiap pagi. Katanya ceramah kekasihnya itu adalah penyemangat baginya.

"Kamu itu harusnya harus selalu aware sama barang-barangmu sendiri. Bukan dibiarin begitu saja. Untung aku pas datang tadi melihat semua barang-barang ini masih berserakan di ruang keluargamu."

"Iya Sayang iya. Setelah mengantarmu pulang, aku sangat lelah dan hanya membawa laptop milikku saja."

Doyoung mendengus.

"Siapa suruh memaksa pulang semalam? Aku suruh menginap di sini kamu malah tidak mau."

"Sepertinya ada yang masih kurang mendapatkan cubitan kasih sayang, ya?"

Jaehyun hanya menyengir sebelum kabur dari Doyoung. "Aku harus siap-siap. Kalau tidak si Kembar akan menyumpah-serapahi Kakaknya yang ganteng ini."

Doyoung hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jaehyun. "Kalau gue kagak cinta, udah gue pukul kali kepalanya. Heran gue, baru juga semalam udah lupa aja naruh barang di mana."

Sementara di ruang makan, Jeno dan Jaemin yang telah menyelesaikan sarapannya hanya saling memandang.

"Sumpah, Jaem! Gue kagak mau punya pacar yang sifatnya sebelas-dua belas sama Kak Doyoung. Pengang kuping gue," keluh Jeno yang sebenarnya sudah lelah dengan drama pagi kakaknya itu.

"Emang lo aja. Telinga gue juga capek dengar omelannya itu. Berasa makanan penutup pagi-pagi."

Tanpa keduanya sadari, Doyoung sudah berdiri di belakang keduanya. Keduanya menegang saat sebuah tangan mengalung di pundak mereka. Melirik tangan itu dan melirik ke arah berlawanan.

Jeno melihat Doyoung tersenyum ke arahnya dan gantian Jaemin yang melihat senyum itu.

"Pagi-pagi bicarain orang itu enggak baik. Apalagi orang itu yang selalu masakin sarapan buat kalian berdua dengan penuh cinta. Kalau bukan karena Kakak sayang sama kalian, mana mau Kakak masakin makanan, apalagi buat Kakak kalian yang suka makan itu."

Tangan Doyoung mencubit pipi kedua adik Jaehyun. "Kalian jangan kayak Kakak kalian, ya. Malasnya itu enggak ketulungan."

"Jeno enggak mau kan dengar ceramah Kakak yang suka ngomong ini?" tanya Doyoung yang di jawab Jeno dengan anggukan.

"Dan Jaemin, kamu enggak mau dapat omelan dari Kakak, kan?" tanya Doyoung yang dijawab anggukan oleh Jaemin seperti Jeno.

"Bagus. Sekarang kalian tunggu di ruang tamu. Kakak mau melanjutkan sesi ceramah kedua untuk Kakak kalian. Enggak lama, cuman lima menit dan kalian tidak akan terlambat. Biasa rutinitas Kakak kalian itu harus dijalankan."

Jeno dan Jaemin dengan cepat mengambil kotak makan siang mereka. Memasukan ke dalam tas dan bergegas menuju ke ruang tamu. Dan tidak lama terdengar teriakan Doyoung memanggil Jaehyun.

***

"JAEMIN! GUE BILANG BUAT LO DATANG PAGIAN. LO PIKET HARI INI! GUE KAGAK MAU TAHU PULANG SEKOLAH LO PIKET! PEL LANTAI KELAS!"

Jaemin menatap datar teman sekelasnya yang tidak lebih tinggi darinya alias pendek itu. Lima belas menit lagi bel masuk berbunyi dan sekarang dia mendapatkan teriakan tepat di depan kelas. Membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Tenang, Renjun. Gue ada ritual setiap pagi."

Renjun bertolak pinggang. "Ritual ... ritual ... nenek moyang lo! Bilang aja lo boker! Boker tinggal di sekolah apa susahnya."

Jaemin tersenyum. Sumpah! Gue boker setiap kali mandi.

"Tolong, please. Suaranya kecilin. Kedua telinga gue udah capek mendengar setiap umpatan Kak Doyoung buat Kakak gue. Lo jangan ikutan."

Ranjun masig memandang tajam Jaemin. "Bukan urusan gue itu. Urusan gue adalah mantau kalian yang punya jadwal piket. Dan jadwal lo hari ini, Jung Jaemin!"

Jaemin melangkah. Menarik lengan Renjun buat masuk ke dalam kelas. "Sumpah, Renjun! Sumpah! Lo kan bisa nunggu gue di dalam kelas. Terserah lo ceramahin gue kayak gimana. Bebas! Tapi jangan di luar dong. Gue kan malu!"

"Bodo amat!" Renjun memilih duduk di bangkunya.

"Lo pulang pel kelas sampai wangi. Atau gue bakal masukin lo ke dalam daftar murid tidak piket." Final Renjun yang membuat Jaemin mendengus.

Siyeon! Lo salah pilih seksi kebersihan kelas, anjir!

***

Jeno mengintip dari luar kelas. Mencari seseorang yang dihindarinya. Melihat sang objek tidak ada, Jeno melangkah masuk ke dalam. Meletakan tasnya dan duduk dengan rapi.

"Masih ada lima belas men--"

"Jeno! Aku nungguin kamu di depan dari tadi. Kamu kenapa udah di kelas aja."

Belom ada semenit gue duduk. Beruang hutan ini udah nongol aja. Jeno menatap malas teman sekelasnya itu.

"Aku bawain kamu roti isi. Kamu makan, ya."

Jeno hanga diam. Tidak ada pergerakkam untuk menerima atau menolak. "Haechan. Gue udah bilang sama lo, kalau gue selalu sarapan di rumah."

"Enggak apa-apa. Kamu bisa makan pas istirahat pertama. Aku jamin masih enak! Ini buatan spesial Lee Donghyuck alias Haechan yang manis ini untuk si Tampan Jung Jeno."

"Iya iya. Nanti gue makan." Jeno dengan terpaksa menerima kotak makan siang berwarna merah mudah dengan motif piglet.

Haechan tersenyum. "Kalau gini kan kamu jadi makan kelihatan ganteng. Buat aku jadi makin suka sama kamu."

Jeno mendengus. Guenya kagak mau sama lo. Lo tuh banyak ngomong kayak Kak Doyoung.

***

21 Mei 2020

Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang