Renjun melangkah masuk ke dalam rumahnya. "Renjun pulang, Ma.""Renjun," panggil Nyonya Huang dari arah dapur.
"Kamu tumben baru pulang jam segini? Ada tugas dadakan?" tanya Nyonya Huang sedikit khawatir. Pasalnya Renjun selalu mengabarinya bila akan pulang telat.
"Teman sekelas Renjun ada yang terlambat datang untuk piket, Ma. Dan apesnya lagi Pak Shindong masuk ke kelas hanya untuk memeriksa kebersihan." Renjun mulai bercerita.
"Memang lagi apesnya Renjun aja, kena omel Pak Shindong karena teman sekelas Renjun yang kebagian mengepel lantai telat. Alhasil, Renjun harus menunggunya selesai mengepel dulu, Ma."
Nyonya Huang mengangguk. Ia meletakan camilan di depan Renjun. "Makanlah. Siapa tahu kue kering buatan Mama bisa mengembalikan suasana hatimu."
Renjun mengangguk. Tangannya mengambil satu kue kering yang dibuat oleh ibunya. Matanya berbinar, kue buatan ibunya adalah yang terbaik menurutnya.
"Mama senang kalau kamu ada kesibukan seperti ini. Walaupun, kita jarang sarapan bersama karena jamu harus berangkat pagi-pagi. Mama cukup senang."
"Apalagi anak Mama yang manis ini sudah memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebersihan kelas. Bagaimana Mama tidak bangga? Walapun hanya menjadi seksi kebersihan, tetapi itu adalah posisi yang penting di kelas, selain ketua kelas dan wakil ketua kelas."
Renjun tersenyum. Memeluk sang ibu dengan erat. "Papa kapan mengunjungi kita di sini, Ma?"
"Sayang. Kamu tahu, kan, kantor pusat Papamu ada di sana. Dan lagi, istri pertama Papamu sedang mengandung anak kedua mereka. Dia lebih membutuhkan Papa di sana, kamu harus sabar, ya, Sayang."
Renjun mengangguk. Ia tahu posisinya tidak akan tergantikan oleh saudara tirinya yang berada di negara Tiongkok. Sebagai anak dari istri kedua, Renjun hanya bisa mengalah. Setidaknya ayahnya tidak melupakan keberadaan dirinya dan juga ibunya.
Bahkan Renjun tidak menggunakan marga ayahnya. Hanya karena takut media di sana mengendus keberadaan dirinya dan juga ibunya. Sehingga mengakibatkan nama keluarga besar ayahnya tercoreng.
Istri pertama ayahnya pun menerima mereka dengan sangat baik. Tidak ada perselisihan di keluarganya. Renjun pun sering mendapatkan kiriman pakaian dari ibu tirinya di sana. Benar-benar keluarga yang sangat harmonis, bukan?
"Bersihkan tubuhmu dan kita makan bersama, Sayang," titah Nyonya Huang yang diangguki oleh Renjun.
"Saat Mama pulang dari toko kue, Mama sudah membelikan sticker kelinci dan rubah yang kamu pesan."
"Terima kasih, Ma." Renjun tersenyum dan memeluk Nyonya Huang.
"Kenapa kamu tidak meminta Mama membelikan sticker kuda nil yang kamu suka dan singa?" tanya Nyonya Huang sedikit bingung. Pasalnya belum lama ini semenjak kenaikan kelas, anaknya meminta dibelikan sticker singa bersamaan dengan sticker kuda nil kesukaannya. Padahal dulu, anak semata wayangnya hanya ingin sticker berbentuk hewan kuda nil berwarna putih.
"Hanya ingin mengganti suasana saja, Ma. Sticker kuda nil Renjun masih banyak," balas Renjun.
Kaki mungilnya membawanya masuk ke dalam kamar. Sudah enam bulan ini, ia menyukai satu hal, yaitu seorang idola bernama Na Jaemin. Sungguh! Parasnya adalah idaman seorang Huang Renjun. Katakan Renjun adalah fanboy yang teramat mencintai idolanya.
Bahkan sejak saat pertama kali dirinya melihat artis penyanyi pendatang baru itu, ia melarang ibunya untuk masuk ke dalam kamarnya. Renjun tidak ingin melihat ibunya memasuki kamar yang sudah ia pasang berbagai macam sticker kelinci dan singa, yang mana merupakan ciri khas dari idolanya.
"Kalau saja wajah Na Jaemin kesayangan gue itu tidak mirip dengan Jung Jaemin sialan itu, sudah gue pasang semua poster-poster dari album miliknya!"
Renjun mendengus. "Tapi Na Jaemin lebih tampan dari Jung Jaemin sialan itu. Lebih gagah. Apalagi pas kemarin dia mempertontonkan otot lengan dan perutnya. Gue bisa gila! Oh! Nana!"
Seketika, kekesalan Renjun pada teman sekelasnya hilang. Tergantikan dengan wajah-wajah idolanya yang memperbaiki suasana hatinya. Dengan cepat, Renjun meraih album idolanya dan menyalakan lagu-lagu yang ada pada album tersebut. Na Jaemin, salam cinta dari pemuda Huang ini.
***
"Kak Jaehyun. Jangan makan ramyeon satu minggu ke depan, ya." Jeno terlihat khawatir atas kondisi Jaehyun yang mengenaskan.
Jaehyun terlihat pucat. Bahkan hanya melihat bentuk mi saja dirinya sudah mual. Sungguh hebat efek hukuman dari Doyoung.
"Lagian makan ramyeon sampai lima mangkuk. Kak Jaehyun, kenapa memangnya? Ditolak tugasnya sama dosen Kakak?"
Jaehyun hanya mengangguk lemas. Tidak mungkin ia jujur, karena kegatelan yang berasal hormon playboy miliknya. Dan berakhir mendapatkan hukuman dari Doyoung. Bila ia bercerita pun, kedua adiknya akan dengan senang hati ikut menceramahinya.
Jeno dan Jaemin selalu berada di pihak Doyoung. Terkadang Jaehyun heran, siapa sebenarnya Kakak kandung mereka berdua? Kenapa mereka lebih memilih berada di pihak Doyoung yang merupakan kekasihnya.
Jaehyun sendiri menghindari omelan Jaemin yang hampir mirip dengan Doyoung. Belum lagi Jeno, walaupun terkesan pendiam, Jeno tidak kalah memiliki mulut yang tajam walau sekedar sebuah sindiran.
Hidup seorang Jaehyun benar-benar indah. Punya adik kembar yang memiliki sifat sebelas-dua belas dengan Doyoung.
"Kak Jaehyun. Kakak kenapa bisa betah sama Kak Doyoung yang selalu ngomong tiada henti?" tanya Jeno.
"Jeno. Doyoung walaupun suka ngomong, tetapi dia sangat perhatian sama Kakak. Sama kayak kamu, walaupun terkesan diam, kamu perhatian sama Kakak," jawab Jaehyun yang memutar malas kedua bola matanya.
"Terus. Kenapa Kak Jaehyun kuat sama segala omelan Kak Doyoung? Jaemin aja capek mendengarnya." Kini Jaemin bertanya dengan penuh penasaran.
"Doyoung itu ngomel karena Kakak pasti ada salah. Dia itu hanya mau Kakak selalu ingat yang benar, jangan lakuin yang salah."
"Cih! Berarti Kak Jaehyun melakukan kesalahan, bukan?" tanya Jaemin yang berdecih melihat Jaehyun.
"Sudah Jeno duga. Kakak habis ngapain sampai dihukum sama Kak Doyoung? Kadang udah tua, kenapa enggak inget umur, coba?" kata Jeno menambahkan.
"Pasti bukan karena bangun kesiangan hari ini, kan? Pasti ada hal lain, ngaku kenapa?"
Jaehyun meneguk ludahnya kasar. Kedua adiknya memang pintar dalam hal seperti ini. Seharusnya ia sadar dari arah pertanyaan Jeno di awal dan berakhir dengan Jaemin yang menyudutkannya.
"Hehehehe ... biasa kegagalan menjaga ketampanan Kakak kalian ini?"
***
25 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)
أدب الهواةBoys Love Pair: Jaedo, Nohyuck dan Jaemren "Semoga Jeno enggak dapat pacar yang suka ngomong kayak Kak Doyoung." "Semoga Jaemin enggak dapat pacar yang galak kayak Kak Doyoung." "Cukup Kak Jaehyun aja. Kita jangan!" "Adik kurang ajar! Kakak sumpahin...