TUJUH

7.9K 1.1K 105
                                    


"Gue heran kenapa Jaehyun bisa suka sama siren satu itu? Padahal masih banyak cewek cantik dan uke manis, seperti kita-kita ini."

"Hahahaha ... iya. Uke sombong kayak gitu kok bisa dapatin Jaehyun yang ramahnya bagaikan pangeran kerajaan."

"Eh tadi lo bilang apa? Siren? Yang mirip duyung, tapi suka ngegoda manusia itu, ya?"

"Iya. Cocokkan buat dia? Hahahaha ... banyak tipu muslihat dia tuh. Gue yakin, dia ngegoda Jaehyu kayak lonte."

"Atau Jaehyun yang dikasih jampi-jampi sama si uke sok baik itu? Gila sih! Itu orang kagak ada senyum-senyumnya. Nyapa orang aja enggak."

"Hahahaha ... bener tuh, kemarin aja dia enggak ada nyapa kita sama sekali. Datang-datang ganggu kita yang lagi ngobrol sama Jaehyun. Mana pakai peluk-peluk segala lagi. Hiiiiih!"

Doyoung meremat tali tas miliknya. Menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke arah ketiga manusia—dua perempuan cantik dan satu laki-laki manis—yang menurutnya seperti sampah itu.

Langkahnya terhenti tepat di depan ketiganya. Kedua sudut bibirnya terangkat untuk menujukkan sebuah lengkungan senyum.

"Kalian. Kalau mau membicarakan orang lain itu mending jangan di belakangnya. Coba sini ngomong pas ada orangnya," katanya yang masih menunjukkan senyumnya.

"Wets!! Jangan kabur dulu dong. Gue mau ngomong sesuatu sama kalian," ujarnya lagi merentangkan kedua tangannya.

"Pertama. Kalau kalian enggak kenal sama orang di jalan, apa kalian akan menyapa? Jawabannya pasti enggak" ucapnya yang membuat ketiganya menelan kasar ludahnya.

"Kedua. Ngapain gue 'say hello' sama rumput tetangga yang katanya lebih indah, tapi busuk di dalamnya?" tanya yang membuat ketiga semakin terburu-buru membereskan barang masing-masing.

"Et!! Kalian jangan pergi dulu. Gue belom selesai ngomong," cegah Doyoung yang mengambil salah satu buku di tangan laki-laki berparas manis itu dengan cepat.

"Ketiga. Gue goda Jaehyun? Hahahaha ... gue kasih tahu sama kalian. Gue tuh enggak kenal siapa Jaehyun saat dia ngejar-ngejar gue. Bahkan gue mengabaikan Jung gembul itu terus-terusan selama satu tahun lebih," jelas Doyoung.

"Dan. Mau tahu kenapa Jaehyun cinta mati sama gue dan ngebucinin gue?" tanya Doyoung tersenyum remeh.

"Satu. Kalian harus siap ditigain sama Jaehyun, kalau sudah menyangkut kedua adiknya." Jari telunjuk Doyoung teracung di depannya.

"Dua. Kalian itu harus pasrah saat brother complek Jaehyun muncul," katanya yang menunjukkan jari tengahnya untuk menemani si telunjuk.

"Tiga. Kalian itu enggak bisa buat Jaehyun untuk bucin, kalau bukan gue. Karena, Jaehyun itu suka yang galak-galak manis kayak gue. Bukan kalian," ujarnya tersenyum merendahkan ketiganya.

Doyoung menyibak poni miliknya. "Satu lagi. Kalian pasti diajari oleh orang tua kalian untuk tidak menggunjing, bukan? Atau malah, enggak sama sekali?"

"Sepertinya enggak sama sekali, ya? Gue rasa udah enggak ada yang perlu diomongin lagi." Doyoung memberikan buku yang berada di tangannya. "Terima kasih untuk waktu kalian."

Doyoung berlalu dengan cepat. Menarik napasnya dalam-dalam untuk menahan segala emosinya. "Kalian pikir, Jung gembul itu seganteng yang kalian pikirkan? Jangan mimpi! Lihat saja, akan gue posting foto Jung gembul itu yang sedang tertidur dengan bibir terbuka dan iler di mana-mana."

Langkahnya membawanya ke salah satu ruang kelas. Menutupnya dan menggeram kesal. "Jung Sialan Jaehyun! Bisa enggak sih kadar kegantengan lo itu diturunin! Bangsat! Gue kesal banget, kalau setiap kali harus menghadapi spesies macam tiga manusia itu!"

Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang