SEMBILAN

7.5K 1.1K 235
                                    

Chenle tampak mengagumi bangunan sekolah tempat Renjun selama ini belajar. Tidak kalah megah seperti sekolah lamanya di Hongkong. "Kalau seperti ini Chenle mau di sini saja sampai lulus. Tidak perlu sendirian di rumah."

"Hei lihat ada anak baru."

Mendengar sebuah suara yang sepertinya untuknya, Chenle segera mencari asal suara itu. Tubuhnya ia putar hingga menemukan segerombolan murid laki-laki yang tengah melihat ke arahnya. Tubuhnya membungkuk sebelum menyapa. "Halo Kakak-kakak. Aku Chenle murid baru di sini."

Suara tawa terdengar. "Kenapa semakin banyak murid yang berasal dari luar negara kita? Apa mereka tidak memiliki sekolah berstandar internasional di negara mereka sendiri?"

"Kau benar. Mereka pikir sekolah di luar negeri itu hebat ya?"

Chenle hanya mengedipkan matanya tidak mengerti. Ada banyak bahas Korea yang belum dia mengerti sama sekali. Sedangkan Renjun sudah terlebih dahulu meninggalkannya di ruang guru. Dan memang pada dasarnya ia sangat penasaran dan berakhir ke luar ruang guru tanpa sepengetahuan guru lainnya.

"Maaf Kak. Itu artinya apa ya? Aku belum terlalu lancar bahasa Korea," tanya Chenle yang hanya tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya.

Lagi dan lagi, terdengar suara tawa yang membuat Chenle memiringkan kepala. Apakah dirinya tampak lucu dan menggemaskan hingga membuat mereka tertawa? Chenle jadi rindu dengan teman-temannya yang selalu mencubit kedua pipibya ketika tersenyum dan memiringkan kepala seperti ini.

Salah satu dari mereka melangkah mendekat. "Kau mau tahu tadi artinya apa?" tanya yang langsung diangguki oleh Chenle. "Artinya, sekolah kami itu sangat terkenal di luar negeri sehingga banyak anak-anak seperti kalian yang masuk ke sini."

Chenle mengedipkan matanya. "Hehehehe ... maaf Kak. Can you use a simple language to me?"

"Before you move to our scho—"

"Berhenti mengganggu anak baru, Kak Hangyul."

Chenle tampak penasaran dengan sebuah suara yang berhasil menginterupsi laki-laki yang sedang berbicara di dengannya. Kepalanya ia julurkan untuk melihat siapa laki-laki yang berada di belakang murid itu.

"Pergi atau gue laporin perbuatan kalian ke Kak Mark dan Kak Hyunsuk."

Murid bernama Hangyul itu mendengus kesal. "Kenapa sih lo selalu ganggu kesenangan gue sama temen-temen gue?! Sok pahlawan banget lo berdua tahu enggak! Tai lah!"

Jaemin menggeleng setelah mendengar kata-kata kakak kelasnya itu. "Are you okay?" tanyanya kemudian yang sudah berjalan mendekat ke arah murid baru itu.

"Chenle tidak apa-apa, Kak."

"Chenle? Your name?"

Chenle memiringkan kepalanya lagi. Kenapa Kakak ganteng ini bertanya balik? Bukankah tadi Chenle sudah menyebutkan nama sendiri? batin Chenle.

Jaemin menepuk keningnya setelah menyadari sesuatu. "Iya-iya. Kau menyebut namamu sendiri sudah pasti itu namamu. Maaf-maaf. Ngomong-ngomong kenapa kau berada di sini? Bukankah seharusnya kau berada di ruang guru?" tanya Jaemin pada akhirnya dengan bahasa yang mudah dimengerti. Sejak tadi ia sudah memperhatikan murid baru ini yang terlihat tidak mengerti dengan bahasa Korea.

Sadar akan murid bernama Chenle itu mengerti dengan kalimatnya, Jaemin tampak paham dengan situasi saat ini. "Are you lost?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Chenle. "Okay. Follow me, aku akan mengantarmu ke ruang guru."

"Terima kasih, Kakak Ganteng." Chenle mengucapkan terima kasih dengan senyumnya. "Nanti siang Chenle akan traktir Kakak Ganteng makan siang."

"Kakak Ganteng? Aku tidak seganteng itu. Panggil saja Jaemin. Aku berada di tingkat dua."

Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang