TIGA BELAS

7K 964 359
                                    


Jaehyun memandang malas ke arah Doyoung yang tengah berjalan beriringan dengan Wonwoo. Bibir mencibir melihat bagaimana keduanya tengah berbincang bersama sosok laki-laki manis yang berada di samping Wonwoo. Sebenarnya bukan karena kekasihnya itu yang tengah berbincang dengan sang mantan, tetapi tangannya itu loh yang dengan enaknya memegang lengan kapten basket kampusnya.

"Berasa raja minyak banget itu si Wonwoo. Udah digandeng Hoshi, masih aja gandeng punya orang." Jaehyun mencibir kesal.

Bibir tersenyum ketika melihat Doyoung berpisah dengan pasangan itu. Jantungnya kini sudah bisa normal kembali. Api-api cemburuna kin—

"DOYOUNG!"

—kembali memanas setelah melihat beruang bergigi kelinci itu muncul dan memeluk Doyoung dengan sangat santai. Mengabaikan buah peach yang kini tengah memerah dengan amat teramat panas.

"Kang Daniel sialan! Cowok mesuk yang suka bang—DANIEL ANJING! NGAPAIN LO CIUM PIPI DOYOUNG GUE! BANGSAT!"

Kesabaran seorang Jung Jaehyun sudah diambang batas. Suasana parkir yang kosong membuat Daniel dan Doyoung melihat ke arah Jaehyun yang tengah berjalan ke arah mereka.

Langkahnya yang tegas. Napasnya yang memburu. Dadanya yang naik turun. Tangan yang mengepal kuat.

"Dia kenapa?" Daniel dengan tidak berdosanya bertanya ke arah Doyoung.

"Itu kali karena kamu cium pipi aku," balas Doyoung dengan santai.

"Lah?! Kan udah biasa. Yang lain juga sama. Kenapa sama aku dia malah marah?" tanya Daniel yang memiringkan kepalanya. "Kan itu kebiasaan kita dari kecil."

Jaehyun berdiri di depan Doyoung. Menghalangi si beruang besar itu. "Kagak usah cium-cium. Lo cium aja Seongwoo. Jangan Doyoung gue!"

Daniel mengerut bingung. "Dia lagi kepansan api cemburu apa gimana? Biasanya juga kalau gue sama yang lain cium pipi lo enggak sengamuk ini," tanyanya bingung.

"Ngamuk gue. Kenapa enggak suka? Sini-sini maju," tantang Jaehyun yang kini melipas lengan kaosnya.

Doyoung mendengar itu hanya menggeleng dan mendekatkan wajahnya tepat di belakang telinga kekasihnya. "Pulang sekarang," ucapnya pelan, "Daniel. Aku pulang dulu ya," katanya kemudian yang langsung menarik kerah kemeja Jaehyun.

"Yang. Bentar! Dia ngajak aku berantem. Kenapa sih pak—"

"Udah?" tanya Doyoung setelah mencium Jaehyun tepat di bibirnya. "Masih mau marah lagi?"

Jaehyun tersenyum. "Hehehe ... di rumah lagi, ya?"

"Just kiss, no more. Okay?"

Jaehyun mengangguk patuh. "Just kiss. Lagian mau lebih apanya? Kalau aku unboxing kamu duluan sebelum nikah, matilah aku di tangan enam sahabat kamu itu. Kan enggak lucu belum mantap-mantap udah mati."

"Ya ya ya ya. Tapi lebihnya kamu itu ya sampe remes-remes! Pelecehan itu namanya!"

Jaehyun hanya tersenyum. "Biar pantat kamu makin semok pas kita nikah itu maksudnya. Biar kelihat se—iya ampun, Yang!"

Doyoung menurunkan tas miliknya. "Bicara ngaco lagi, enggak ada tuh cium-ciuman sebulan!"

"Heh?! Mana bisa?! Aku enggak bisa. Cium—iya-iya. Pulang nanti adik aku ngambek kan repot."

***

Hari sudah semakin sore, tetapi Haechan melangkahkan kakinya menuju mini market yang berada di kompleh perumahannya. Perasaan masih senang ketika Pak Yesung menyebutkan dirinya dan Jeno berada di dalam satu kelompok.

"Mari kita rayakan dengan dua kotak es krim!"

Dengan bersenandung, Haechan masuk ke dalam mini market. Berjalan menuju mesin freezer, tempat di mana es krim disimpan. Kedua matanya berbinar melihat es krim-es krim berbagai jenis.

"Mau semua. Tapi tadi udah izin sama Mama, cuman makan dua kotak es krim cokelat. Hummmm ... yang mana ya? Yang biasa aja kali, ya?"

Haechan mulai mengambil satu kotak es krim kesukaannya. Ketika ia hendak mengambil satu kotak lagi, sebuah tangan merebutnya. Dilihatnya sosok tinggi yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Es krim segede gini mending beli satu kotak aja. Kalau kebanyakan nanti sakit loh," kata laki-laki itu yang kemudian pergi meninggalkan Haechan dengan wajah bingung dan kesalnya.

"Apa sih?! Yang mau makan gue, kenapa dia yang repot. Kenal juga enggak." Haechan berbalik ke arah mesin freezer. Mata menjadi sendu mengingat kotak es krim cokelat yang diambil oleh laki-laki itu adalah yang terakhir. "Gagal kan gue ngerayain hari bahagia gue dengan dua kotak es krim cokelat!"

Dengan langkah malasnya. Haechan berjalan menuju kasir dengan membawa satu kotak es krim. Matanya menatap tajam ketika melihat laki-laki asing yang mengambil kotak es krim miliknya. Langkahnya cepat dan berdiri di samping laki-laki itu.

"Es krim gue itu!" sungut Haechan yang diabaikan oleh laki-laki asing itu.

"Sebagai gantinya," laki-laki asing itu menyerahkan satu kantung belanjaan berisi buah kepada Haechan, "makan buah yang banyak ya. Kebanyakan makan es krim juga enggak sehat. Apalagi makan-makanan manis, nanti yang ada kena diabetes. Dah ya, gue pergi dulu manis. Semoga kita bertemu lagi."

Haechan hanya menatap bingung ke arah laki-laki itu. Es krim cokelat kesukaannya ditukar dengan sekantung buah-buahan? Heachan merengut kesal. "YAK! KEMBALI LO MALING ES KRIM!!! ITU ES KRIM GUE!!!!!!!"

Napas Haechan memburu. Mengabaikan pasang mata yang kini menatapnya takut. "Mbak! Nih es krim dan uangnya! Cepetan!" katanya yang meletakkan es krim dan uang di atas meja kasir. Haechan kembali mengabaikan tatapan kesal orang di belakangnya. Iya di belakangnya, karena Haechan menyerobot antrean.

"NYEBELIN BANGET IH COWOK TADI! GUE HARAP ENGGAK KETEMU LAGI! GANTENG TAPI NYEBELIN IYUUUUH! MASIH GANTENGAN JENO YA! NYEBELINNYA JENO JUGA BERKELAS! ENGGAK KAYAK DIA! NAJIS!"

Haechan terus mengeluarkan sumpah serapahnya. Melewati rumah yang beber berada tepat di sebelahnya.

"Eh si Manis. Kita ketemu lagi."

Langkah Haechan terhenti. Suara laki-laki asing yang ada di mini market tadi. Haechan berbalik. Sejak kapan ini rumah laku? Terus dia tetangga baru gue gitu?

"Kenalan yuk?" katanya yang keluar dari perkarangan rumahnya. Laki-laki itu tampak asik menjilati es krim cokelat kesukaan Haechan. "Choi Soobin."

Haechan menatap malas uluran tangan laki-laki bernama Choi Soobin itu. Menyentuhnya saja Haechan merasa enggan.

"Kita satu komplek masa enggak mau saling kenal. Siapa nih namanya, Manis?" kata Soobin.

"LEE!" teriak Haechan yang langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

Soobin ternyum. "Manis. Kayak es krim. Jadi suka. See you Lee Manis."

***

Chenle menatap malas ke arah kakaknya yang kini tengah berjoget seperti seekor cacing kepanasan. "Kak Renjun! Ayo main sama Chenle. Chenle bosen ini."

Renjun hanya mengangguk. "Tunggu Chenle. Bentar la--YA TUHAN! NA JAEMIN GANTENG BANGET!! GILA! GILA! SEKSI BANGET! HAMIL ONLINE INI GUE LAMA-LAMA!"

Mulut Chenle terbuka lebar. "Tadi bilang apa? Kak Renjun hamil online? Kok bisa? Emang lewat mana dimasukinnya kalau online?" katanya yang memiringkan kepala. "Kata guru biologi Chenle di Cina, harus ada yang dimasukin biar bisa hamil dipelajaran reproduksi."

Renjun menatap malas ke arah adiknya itu. "Diem dulu! Jangan ganggu. Ini calon kakak ipar kamu lagi tampil."

"Masih gantengan Kakak Ganteng Pertama ke mana-mana. Dia mah lewat itu lewat."

Renjun diam. Chenle suka sama siapa sih? Jeno apa Jaemin? 

***

11 Maret 2021

Kakak Beradik Jung (Jaedo, Nohyuck & Jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang