"Lo nyari mati hah?"
"Kan yang penting kak Yuta dateng" Lirihnya. "Kakak datang aja udah cukup."
(Eps. 1)"Yakin?" Keyla berkacak pinggang. "nanti kalau aku pergi, kalian sedih."
(Eps. 5)"Kak Yuta."
Mata Yuta mengerjap-ngerjap. Ia mengernyit sakit sebab kepalanya terasa berat dan pusing.
Perlahan, ia menoleh ke samping. Kesadarannya berkumpul dengan cepat begitu retinanya menangkap siapa yang tengah duduk di atas kasurnya sekarang.
"Kela?" gumamnya.
Ia dengan cepat duduk, mendekat dan menyentuh lengan gadis itu. Terasa nyata.
Namun selain gadis itu yang terasa nyata, Yuta kembali terhenyak melihat goresan serta lebam kehijauan di lengan adiknya itu.
Sudut bibirnya berkedut. Ia tersenyum getir. "Udah diobatin...?" tanyanya ragu.
Keyla menggeleng. "Percuma," jawabnya. "Aku obati pun, habis itu dipukul papa lagi."
Yuta menunduk mendengar jawaban Keyla. Ia mengusap tengkuknya yang terasa dingin sebab duduk berhadapan dengan Keyla mampu membuatnya kebingungan sendiri.
Terlebih lagi, saat ini mata gadis itu berkaca-kaca.
"Kak Yuta mabuk?"
Yuta mengangguk, tak ingin menyangkal. Sudah seminggu tugasnya lalai, absen dari banyak kelas, menghabiskan waktu untuk minum dan membuat dirinya terbang.
Yuta tak ingin menyangkal, bahwa dirinya kacau dan bersusah payah menghapus semua rasa sesak dan rasa bersalah yang memenuhi dadanya setiap saat.
"Kenapa..?" tanya Keyla serak. "Aku takut sama orang mabuk."
Yuta menghela panjang. "Rasanya kepala gue mau meledak, Kela. Sakit."
Yuta melirik Keyla yang kini menunduk, tersenyum tipis dan memainkan jemarinya.
"Aku juga sakit," ujarnya pelan.
"Sakit? Sakit kenapa Key? Udah diobatin?" tanyanya cepat, mendekat dan meletak tangannya di wajah Keyla.
Keyla menggeleng. Ia menurunkan tangan Yuta dari pipinya. "Rasanya dada aku sakit lihat kalian kayak gini."
"Bahkan saat udah mati pun, aku tetap buat masalah ya?" ujarnya lirih. Setetes air matanya mengalir jatuh. "Keinginan terbesar aku bukan ngeliat kak Bara di penjara, kak," ucapnya bergetar.
Ia menatap Yuta dengan mata sembab. Ia tersenyum getir sambil terus berusaha berbicara dengan suara normal. "Keinginan terbesar aku, untuk ngeliat semuanya berakhir bahagia," ucapnya, menunduk dan mengusap air matanya yang semakin mengaburkan pandangan.
"Tapi kalian malah—"
"Keyla," potong Yuta. Ia merapatkan tubuhnya pada gadis itu dan menangkup wajahnya. "Bukan salah lo, Key. Lo pergi karena udah capek kan? Lo pergi karena kesalahan kita dan ini konsekuensi untuk matinya kemanusiaan kita disaat-saat lo masih ada disini."
Tanpa ragu, Yuta menarik Keyla kencang, mendekapnya erat dan merasakan dengan baik aroma tubuh gadis itu.
Yuta diam mendengarkan isak tangis Keyla yang untuk pertama kalinya, ia resapi dengan baik. Ia cerna dengan baik.
Hari-hari sebelumnya, Yuta tak pernah mengindahkan suara ini dengan jelas. Tak pernah mencoba mengerti dan mencoba menenangkannya.
Maka, kedua sudut bibir Yuta tertarik. Tersenyum lega sebab akhirnya dirinya menjadi pundak saat air mata Keyla jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Sweetest, Keyla [END]
Teen Fiction"Kalau Kak Sean, mau aku pergi?" "Iya. Selama itu bisa bikin keluarga gue tentram, gue mau lo pergi." "Selamanya kita gak bakal bisa jadi keluarga. Lo bukan adek gue. Begitupun gue bukan kakak lo. Mau seberharap apapun lo sekarang, lo tetap harus sa...