Di kamarnya, selesai mendorong Yuta keluar, gadis itu langsung jatuh tergeletak di lantai.
Tubuhnya bergetar hebat. Keyla menangis sesenggukan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. "Sakit banget bu... Hiks" tangannya mulai naik meremas lengannya yang ngilu tak henti.
"Kan malu badannya jadi jelek," bisiknya pada angin, lagi. "Kenapa sih ibu harus cinta sama bajingan itu?!" tanyanya histeris, kembali menggerang sakit.
Ia meringkuk memeluk dirinya sendiri, menangis sejadi-jadinya. Sungguh, Keyla benci semuanya.
Gadis itu memejamkan mata membiarkan seluruh air matanya tumpah. Bisa-bisa ia mati karena ketakutan lebih dulu daripada mati karena dipukul.
Bahkan sudah berapa jam lewat pun, ia masih belum bisa menenangkan diri sehabis dibanting ke sana-kemari, ditenggelamkan di bak mandi, di pukul dengan Shower hose sampai tulangnya bunyi.
Keyla tidak sanggup lagi.
Keyla ingat, bagaimana saat lehernya terasa nyaris patah setelah ia dibanting sampai tidak bisa bangun lagi.
Apa Keyla harus lapor polisi...?
Ia takut. Ia takut hal ini terulang dan justru jauh lebih parah. Tapi dia harus bilang apa..? Dia di hajar karena salah paham?
Keyla menggeleng takut. Kalau dia dikira bohong lagi bagaimana..? Kalau ia semakin dipukul bagaimana..?
Keyla terisak pilu. Bahkan di kamarnya yang hanya ia seorang pun, ia masih merinding ketakutan. Gadis itu sudah menggigit jarinya sampai luka-luka, ia sudah berulang kali menghantamkan kepalanya ke dinding selama satu jam terakhir, berharap ia pingsan dan tertidur saja.
Rasanya kepalanya mau meledak terus mengingat wajah marah Haris, juga caci makinya yang cukup menghantam hatinya sampai ke tulang-tulang.
"Ayo tidur... Tidur..!" serunya frustrasi, memukul kepalanya sendiri yang tidak mau beristirahat.
Putus asa, Keyla bangkit dan merangkak menuju kasurnya, kembali menghantamkan kepala ke dinding yang sama sekencang yang ia bisa.
Namun berulang kali pun Keyla coba sampai kulit kepalanya memerah, ia tetap terjaga.
Gadis itu menghempaskan tubuh ke kasur. Menangis pasrah. Matanya menatap nanar ke arah langit-langit kamar, kemudian beralih menatap jendela di atas kepala kasurnya.
Tangisnya terdengar tenang sejenak. Matanya menatap dalam ke arah kelap-kelip lampu kota dari jendelanya.
Namun tak berlangsung lama, gadis itu langsung menenggelamkan wajahnya di bantal. Menangis dengan mata terpejam.
Saking sakit tubuh dan takutnya ia malam itu, Keyla benar-benar berharap ia tidak akan terbangun lagi esok hari.
***
Satu pekan terlewati.
Keyla membuka mata. Mengambil handphonenya dan melihat tanggal. Ini sudah hari Senin lagi. Sudah seminggu ia tidak masuk sekolah dan mengurung diri di kamar.
Gadis itu menatap tangannya. Setelah kejadian itu, tangannya mendadak sering tremor. Saat makan, saat menyisir rambut, bahkan saat ia tengah diam melamun sekalipun.
Keyla perlahan bangkit dari kasurnya. Pusing langsung menyergap. Pandangannya kabur sesaat.
Sudah cukup bersembunyinya. Keyla merasa dirinya sudah cukup tenang dan sedikit yakin bisa mengendalikan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Sweetest, Keyla [END]
Fiksi Remaja"Kalau Kak Sean, mau aku pergi?" "Iya. Selama itu bisa bikin keluarga gue tentram, gue mau lo pergi." "Selamanya kita gak bakal bisa jadi keluarga. Lo bukan adek gue. Begitupun gue bukan kakak lo. Mau seberharap apapun lo sekarang, lo tetap harus sa...