Keyla mengerjap-ngerjap saat merasa terlalu silau. Gadis itu membuka matanya kemudian terkesiap saat melihat langit sudah terang.
Dibukanya gorden dengan tangan, kemudian memekik kencang. "ANJRIT?!" Ia langsung mengecek jamnya, kemudian semakin terkejut saat ternyata ini sudah pukul tujuh.
Bisa-bisanya ia tidak terbangun?
Keyla mendesah frustasi, mengacak rambutnya kesal. "Gak sekolah aja apa ya?" gumamnya bingung, menatap pantulannya di cermin. Sepertinya libur adalah ide yang baik. Bisa-bisa ia seharian dimaki Fara karena datang ke sekolah dengan wajah seperti ini.
Bahkan sekarang, untuk melihat pun Keyla harus berjuang. Matanya bengkak dan panas.
Sepertinya ia benar-benar menangis deras semalam. Tapi tak apa. Tidak ada larangan untuknya menangis, toh sekarang ia cukup lega karena bebannya sudah sedikit ia lampiaskan semalam.
Ia menghela panjang. Sedikitnya senyum senang terukir di wajahnya. Karena hari ini libur, ini waktunya untuk tidur sampai malam.
Selamat tidur, Keyla.
***
Pukul dua siang, matahari naik setinggi-tingginya. Di kasurnya, Yumi menggeliat gelisah. Keringat dingin tampak memenuhi seluruh tubuhnya. Napasnya terdengar berat pun dadanya terasa sesak.
Wanita itu mengerjap-ngerjap mencoba mengumpulkan kesadaran saat pandangannya mulai menggelap. Sebelah tangannya meraih kotak obat untuk meredakan rasa sakitnya.
Dengan tergesa, ia membuka tutup botolnya setelah berhasil menemukannya. "Ya ampun..." ringisnya saat ternyata obat miliknya sudah habis. Sialnya, stok obatnya ada di dapur.
"Yutaa!" panggilnya serak. Hening, tidak ada jawaban. Ia bangkit dan menumpu tubuhnya dengan kedua tangan di atas kasur. "Naomiii!" panggilnya lebih keras.
Ia mendesah frustasi. Disekanya keringat yang nyaris mengenai matanya. Sepertinya sia-sia memanggil anak-anaknya, mereka semua sedang berada di luar.
Yumi menggerakkan tubuhnya dengan susah payah menuju ujung kasur. Kaki dinginnya seketika menggigil begitu menyentuh ubin. Wajahnya yang pucat tampak meringis sakit.
Sembari bertumpu pada dinding, ia berjalan tertatih-tatih keluar dari kamarnya menuju dapur.
Saat itu, pandangannya sudah berputar sempurna. Ia hanya berjalan mengandalkan tangannya yang meraba-raba seperti orang buta.
Merasa tangannya berhasil menyentuh meja makan, Yumi tersenyum lega.
"Tante?"
Kedua alis Yumi terangkat. Mendengar panggilan itu, Yumi menyipitkan mata dan berusaha fokus untuk melihat Keyla dihadapannya.
Keyla langsung menjatuhkan Indomie yang hendak dimasaknya, kemudian langsung memegangi Yumi yang limbung.
"Tante kenapa?!" tanyanya panik, sekarang wajahnya pucat melebihi Yumi.
Nafas Yumi memberat. Suaranya tercekat sebatas tenggorokan. Dengan tangan gemetar, ia menunjuk-nunjuk lemari atas dapur.
Keyla bingung.
"Kenapa? Lemarinya kenapa?" tanyanya panik.
Yumi setengah mati menjaga kesadarannya. Mereka seperti orang buta dan orang bisu yang kesulitan memahami satu sama lain.
"O..bat," lirih Yumi kecil dan serak.
Keyla mendekatkan telinganya ke wajah Yumi. "Ulang Tan," pintanya, serius mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Sweetest, Keyla [END]
Ficção Adolescente"Kalau Kak Sean, mau aku pergi?" "Iya. Selama itu bisa bikin keluarga gue tentram, gue mau lo pergi." "Selamanya kita gak bakal bisa jadi keluarga. Lo bukan adek gue. Begitupun gue bukan kakak lo. Mau seberharap apapun lo sekarang, lo tetap harus sa...